The First Year

4K 239 15
                                    

.
.
.
Kali ini aku tak akan bercerita yang berlebihan tentang kehidupan asrama yang yaaa...menurutku sudah biasa sih!? Dan setahun pun telah berlalu dengan berbagai cerita di dalamnya.

Tapi, kalian harus tau bahwa seberat apapun permasalahan rumah tangga ataupun keorganisasian (Persit) dan lingkungan sekitar kita, tetap harus yakin semua itu hanyalah ujian dari Allah. Tak perlu khawatir dan takut pada setiap kesalahan ataupun masalah yang terjadi, semua pasti bisa terselesaikan dengan sabar dan sholat.

Seperti saat itu, menjelang acara HUT Persit ke 69 biasanya selalu diadakan perlombaan di kalangan ibu Persit se batalyon. Diantaranya lomba tumpeng, kerajinan tangan, administrasi Persit anak ranting, dan lain sebagainya. Sedangkan aku diikutsertakan sebagai salah satu penyaji tumpeng dengan mempersiapkan bahan makanan yang akan dihias nantinya.

Sebagai tangan kanan ibu ketua Persit anak ranting 1, hampir seluruh rahasia yang ada padanya aku tahu. Hanya saja karena kepolosan dan ketidaktahuanku, para pesaing sang ibu memanfaatkanku untuk bisa selalu mendapatkan bahan gunjingan untuknya.

Aaaaah....!
Kejadian ini benar - benar karena kebodohanku, sampai beliau mendapat masalah yang cukup serius saat lomba itu. Walaupun sebenarnya memang melanggar aturan perlombaan.

Usai lomba menghiasi tumpeng dan dinyatakan kompi Markas memenangkan juara ke 2, kejadian itu pun tidak disangka menjebakku.

"Selamat ya dek kompimu juara 2!" ucap ibu Jay sebagai ketua Persit anak ranting 2 padaku, nampaknya ia iri karena kompinya kalah kali ini.

"Katanya kamu ikutan yang bagian masak ya, dek? Bikin apa? Sini biar saya icipin," lanjutnya sambil melihat jenis makanan di atas tumpeng hasil karya kompiku.

"Iya, ijin Ibu... Terimakasih, alhamdulillah banyak yang membantu. Kebetulan saya masak sambel goreng kentang ini. Silahkan dicicipi, Ibu." aku menunjuk sisi pinggir tumpeng yang masih rapi dan sebentar lagi pasti mulai berkurang isinya.

"Lho ada sambel goreng kentang juga tow! Pasti enak nich? Ya wajar aja menang, dek." ia mengambil seujung sendok kentang dan ati, lalu mencicipinya. "Eh, ini ati sapi 'kan? Enak banget, dek! Pinter kamu masak ya,"

"Alhamdulillah, Ibu...resep dari mertua. Hehe..." aku mulai bangga dengan pencapaian ini.

"Emang habis dana berapa? Kok pake ati sapi dan kentang?" ia mulai memancingku.

"Waaah karena ini masak untuk kompi jadi sebagian didanai sama bu Romi, Bu. Sekitar hampir 500ribu, tapi sisanya masakannya selain untuk tumpeng mau dimakan bersama setelah ini." entah ini keceplosan atau memang ketidaktahuanku.

"Lhooo...? Banyak banget, bu Aji? Gak salah itu?" wajahnya seperti tak terima dengan ucapanku. Lalu setelah itu, ia pun membalikan tubuhnya berjalan menjauhi meja tumpengku.

"Ada apa ya, Bu?" aku sedikit mengeraskan suara padanya karena jaraknya semakin jauh.

Tampak ia mendekati Ibu Wakil Ketua Persit Ranting dan membicarakan sesuatu, lalu sang Ibu sedikit terkejut dan seperti mencari sesuatu di sekelilingnya.

"Dek, sini deh!" Ibu Wakil melambaikan tangannya.

Aku pun mengangguk, lalu segera menghampirinya dengan rasa cemas dan bingung.

"Iya, ijin Ibu."

"Beneran Ibumu belanja untuk tumpeng sampai 500ribu?" ia bertanya dengan santai.

"Ijin, maaf Bu. Apa ada yang salah dengan ucapan saya tadi pada Ibu Jay ya?" aku benar - benar khawatir sekarang.

"Gak usah takut, saya cuma tanya saja kok! Mana bu Romi? Gak keliatan dari selesai acara tadi,"

"Tadi beliau ijin ke kantor Persit mau ambil piring katanya, Bu. Oh itu baru datang, Bu."

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritWhere stories live. Discover now