Home Alone - Part 2

7.3K 379 20
                                    


Siang ini begitu ramai di asrama kompleks depan. Ya walaupun hanya ber 6, ada aku, bu Anto pemilik rumah, bu Arif, bu Anom, bu Tejo dan bu Chiko. Tapi suara kami begitu riuh terdengar sampai beberapa meter.

Oh ya, aku belum cerita seperti apa kompleks asramaku kan? Hmmm...

Asrama batalyon infanteri yang hanya satu - satunya di kota Timika (sekarang sudah berganti menjadi Yonkostrad) termasuk wilayah yang cukup besar. Ada 3 kompi yang berada di dalam wilayahnya, yaitu kompi Markas, kompi A dan kompi Bantuan. Sedangkan mas Aji merupakan bintara peleton kesehatan kompi Markas yang wilayah dan personelnya paling banyak diantara kompi lain.

Aku senang berada disini. Walaupun tetangga yang ada tak seramai di asrama belakang. Ada 3 deret perumahan di area asrama depan, masing - masing ada 5 sampai 7 rumah dan semuanya berpenghuni. Diantara asrama depan dan belakang dibatasi dengan aliran sungai yang sangat jernih. Hampir setiap minggu banyak orang yang bermain air disana. Bahkan ada beberapa rumah anggota yang mengambil air dari sungai itu untuk kebutuhan rumah tangga.

Lokasi yang memang sangat sepi dan jauh dari kota Timika, dikelilingi dengan hutan dan hanya ada beberapa rumah warga asli Papua. Suasana disini sangat asri dan sejuk. Banyak masyarakat juga yang menjadikan area sekitar batalyon sebagai tempat piknik karena memiliki sungai yang sangat jernih dan tidak begitu dalam.

Indah sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Indah sekali...

Oh ya, papeda yang tadi kami buat ber-enam sekarang siap untuk disantap bersama. Menyenangkan sekali bisa bercengkrama dengan orang baru yang akan menjadi saudara terdekat selama berada di asrama. Mereka orang - orang sederhana yang datang dari berbagai daerah.

Disaat berkumpul bersama seperti ini aku bisa sedikit melupakan perpisahanku tadi pagi dengan mas Aji. Diantara kami pun ada juga yang suaminya masih dalam status satgas. Jadi, kami sama - sama pejuang LDM kan? Long Distance Marriage.. Hehehe..

Papeda yang biasa kami buat ini adalah makanan asli masyarakat Papua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Papeda yang biasa kami buat ini adalah makanan asli masyarakat Papua. Tapi, kami jarang sekali memasaknya dari sagu asli. Alasannya? Hmmm.. Mahal... Hehe..

Cara makannya gimana?
Gampang kok, tinggal disruput saja seperti air. Tapi, hati - hati ada duri ikannya ya! Hehe...

~~~~~~~~

Malam ini, untuk pertama kalinya aku di rumah sendiri tanpa wujud nyata suamiku. Walaupun aku juga pernah tidur sendiri saat gilirannya jadwal piket, tp saat itu ia masih bisa pulang dan menengokku di rumah.

Usai adzan isya', ku rebahkan tubuhku diatas matras di depan tivi. Sesekali mengecek BBM yang sedari sore chat terakhirku belum dibalas oleh mas Aji. Sedikit menyebalkan, tapi aku selalu berusaha untuk berpikir positif disaat seperti ini.

Sepi, hanya terdengar suara tivi dan juga nyanyian jangkrik yang akan sangat setia menemaniku untuk beberapa malam ke depan. Aku jadi teringat obrolan bersama ibu - ibu siang tadi,

"Gak papa, mba...masih ditinggal ke Jakarta, tetep bisa komunikasi kan! Lhaa saya hampir setahun ini, ayahnya Ahmad belum tau kapan bisa turun satgas. Mana komunikasi cuma bisa lewat radio seminggu sekali, belum lagi kalo pas hujan itu suaranya gak jelas cuma kresek - kresek tok... Ujian kesabaran beneran," bu Chiko menyapaku dengan keluhannya tadi siang.

"Memangnya om Chiko satgas dimana bu?" tanyaku balik.

"Sudah 2x ini dapet satgas pamrahwan di pedalaman, mba. Tapi, kali ini yang paling lama. Pertama satgas itu pas saya masih hamil Ahmad jadi cuma dapet 6 bulan terus turun." jawabnya lembut, tampak ada raut kelelahan di wajahnya. Aku tak tega untuk melanjutkan rasa penasaranku.

Yaa...aku masih lebih beruntung dibandingkan dengannya. Walaupun sama - sama ditinggal bertugas, bedanya suamiku masih bisa dijangkau dalam berkomunikasi.

"Sabarlah sedikit ya hati.. Mungkin mas masih sibuk dengan urusannya di RS jadi belum sempat mengabari" gumamku menenangkan pikiran yang mulai sedikit meracau.

Beberapa menit kemudian, notifikasi chat BBM akhirnya berbunyi.

Tiiiiing!

Mas Aji : Sayang..

Me : Kenapa baru bales?

Mas Aji : Tadi masih repot ngurus berkas pasien untuk operasi besok. Ini mas juga lagi ijin keluar beli makan sebentar.

Me : Ya paling gak aku dikabari tow sayang? Dari sore tadi aku nungguin balasan.

Mas Aji : Iya, inikan juga mas lagi ngabarin

Me : Iiiih... 😑😑 yawes, sudah makan apa belum?

Mas Aji : Ini lagi nunggu pesanan dateng

Me : sama siapa?

Mas Aji : sendiri, adek sudah makan?

Me : sudah, sayang.. Disini kan sudah malam, jadi aku pasti sudah makan dari tadi. Trus mas nanti tidur dimana?

Mas Aji : Ya di RS (Deg!)

Me : Apa gak disiapkan tempat khusus gitu buat mas istirahat?

Mas Aji : Ya gak, dek. Seadanya saja, namanya juga jaga pasien. Ya dah, adek cepet istirahat aja yaa! Besok baru mas telpon, abis isya mas juga mau cepet tidur. Capek banget..

Me : Hmmm... Mas hati - hati disana ya! Met rehat.. 😘😘

Mas Aji : 😘😘

Alhamdulillah akhirnya kegelisahanku terjawabkan. Kabar yang sangat sederhana itu bisa membuatku jauh lebih tenang dibandingkan beberapa jam yang lalu. Begitu yaa hati wanita! Mudah sekali berubah mood - nya. Karena aku sendiri pun tak ingin menjadi ribet dengan ke-galau-an. Semua sudah ku pasrahkan pada Allah, doa - doa indah tak pernah putus aku panjatnya untuknya, agar keselamatan selalu terjaga dimanapun ia berada.

Krssssssk......krssssssk...

"Kayak ada yang gerak ya di dalam kamar? Apaan sih udah jam 9 malem gini? Pasti kodok dari luar masuk gak pake permisi nich!"

Aku segera mengambil sapu di dapur dan ku buka lebar pintu depan agar yang kukira kodok tadi bisa dengan mudah keluar rumah.

Kalian tau, setiap malam ada banyak kodok yg dari ukuran sebesar kelereng sampai bola pingpong (sekeluarga kayaknya! 😒) berkumpul di teras rumah dan terkadang ada yang masuk melewati celah pintu dan membuang kotorannya seenak udel di dalam rumah. Jijaaay banget kan! 😑😑

"Kalo sampe ketemu tak bejeg - bejeg itu kamu, dok!" ku buka pintu kamar lebar yang tadinya hanya bercelah 5 senti dan kunyalakan lampu kamar.

"Eh.. Tapi kok panjang ya? Item lagi.. Apaan tuh?" Aku mendekati meja riasku perlahan dengan sapu di tangan yang siap kapan saja memukul sasaran.

"Astaghfirullah... ULAAAAAAR!!!"






To be continued...

*****

Ada yang rindu sama kelanjutan cerita ini? Vote dan komen donk ya!

Maaf yaa baru ngapdet, soalnya kemarin 3 hari si Mas Aji yang asli pulang dinas sebentar. Jadi yaaaa gitu dech! Sementara off dulu.. Gapapa yaa... Hehe...

Tapi, sekarang dy udah balik lagi kok.. Jadi bisa lanjut lagi..
Makasih yaa buat kalian yang sudah meluangkan waktu untuk baca cerita amatiran ini..

Salam, author😘❤

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang