LDR (Part 3)

9.8K 512 26
                                    


Mohon maaf sebelumnya kepada readers jika part ini terbagi menjadi beberapa sub, karena memang kondisinya seperti itu tidak dibuat - buat.
Berada jauh dari suami itu berat, hanya dengan menulisnya bisa melepaskan rindu yang menyesakkan dada. Hiks! 😥😣

~~~~~~~~~~~~~

Pagi yang cerah tanpamu itu serasa detik waktu berjalan sangat lambat. Baru beberapa jam saja tak ada kamu disampingku terasa hampa. Entah seperti ada yang kurang. Kosong!?

Mungkin kalian yang belum menikah, pasti pernah merasakan bagaimana jauh dari orangtua karena kuliah atau bekerja diluar daerah. Tapi dengan alasan kemandirian pasti serasa bebas hidup diluar tanpa pengawasan orangtua. Yang paling dirindukan saat di rumah itu biasanya masakan mama dan juga momen ketika diomeli sang mama. Sedangkan sebaliknya, sangat berbeda jauh rasanya ketika berada jauh dari suami tercinta.

Sepulang dari bandara, kami beristirahat sejenak, lalu sarapan pagi bersama seperti kemarin tanpa mas Aji. Sepi, hening, tak ada gairah, untuk membuka percakapan saja tak ingin, semoga aku cepat terbiasa untuk melewati ini.

"Penak tow nduk, tinggal di Papua? Apa masih banyak perang suku disana?" tanya ibu membuka obral siang ini.

"Ya alhamdulillah, bu.. Dari kecil sampe selesai kuliah disana betah aja, kan sama orangtua." jawabku yakin.

"Dari kapan tow tinggal di Papua? Apa lahir disana?"

"Dari kelas 1 SD bu. Kami sekeluarga merantau, trus mama dan papa bekerja disana. Alhamdulillah mama jadi PNS dan papa punya usaha yang maju."

"Alhamdulillah, beruntung ya bisa merantau dan sukses disana."

"Nggeh, bu. Bisa ketemu mas juga termasuk keberuntungan." tambahku dengan senyuman lebar.

Dan seketika itu juga aku merasa begitu dekat dengan ibu mertuaku. Bisa berbincang empat mata panjang lebar alias curhat di warung kelontong milik Ibu, siapa sangka kan!? Moga seterusnya akan seperti ini ya!

"Ya memang suamimu berbeda dengan anak Ibu yang lain. Dia lebih pendiam, kalem, dan paling pengertian. Walau kadang tingkahnya juga agak menjengkelkan. Dia yang paling disayang bapak. Dulu waktu masih kecil, dia yang selalu diajak bapak kemana - mana, naik motor, jalan - jalan berdua. Dia juga yang paling keras dididik sama bapak. Setiap adzan berkumandang, bapak langsung mengajaknya ke mesjid dekat rumah. Makanya sampai sekarang Aji paling rajin ke mesjid daripada saudaranya yang lain. "

"Masyaa Allah, bu. Aku juga ndak nyangka bisa berjodoh sama mas. Padahal Malang - Jayapura, gak ada yang menyangka ya bu." sahutku dengan bangga.

Lumayan lama obrolan yang sedang terjadi itu. Bahagia sekali bisa akrab dengan ibu mertua. Padahal kebanyakan orang bercerita bahwa mertua itu jahat, judes, selalu "menangan" dari menantu perempuannya. Mungkin itu hanya menjadi mitos saja sekarang. Semoga kalian nanti bisa mendapat mertua yang penyayang seperti aku ya!
Aamiin.. 😁😁

~~~~~~~~~~~~~~~

Hari sudah menjelang malam.
Sedari siang chat BBM selalu aku pantau. Beberapa menit nge-cek, buka-buka status, apa chat terakhirku sudah di read sama si mas?

"Maghrib nih, disana pasti sudah jam 8 kok mas belum bales ya? Ngapain sih? Kangen gak sih?" gumamku sendiri di kamar.

Tak lama handphone berdering...
Drrrrrrt....drrrrt....

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang