We're Strong Wife! 2

5.9K 324 28
                                    

Rasulullah. SAW bersabda ;

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu


*****


Yaa setinggi itulah derajat seorang suami bagi istrinya, sebagaimana yang sudah disampaikan oleh Rasulullah. SAW sejak 10 abad silam. Mau tidak mau, suka tidak suka, kudu manut. Ini bukan berarti seorang suami boleh menghina atau memperlakukan istrinya semana - mena lho!? Justru pria yang paling baik agamanya adalah dia yang paling baik kepada keluarganya (istri).

Aku ingin sekali menebak apa yang sedang dirasakan Bu Nazar sekarang, tapi aku menahan diri untuk bersu'udzon pada pria yang belakangan ini selalu membantuku disaat suamiku tak di rumah.

"Kalo udah tenang, mulai aja ceritanya. Aku akan dengarkan," tanganku masih menggenggam tangannya, meyakinkan hatinya bahwa aku siap menjadi pendengar setianya.

"Hiks.....hhhhhh....." ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar.

"Berat ya?" tanyaku. Ia menggeleng.

"Aku takut,"

"Hemmm...."

"Aku takut membuatnya terus kecewa, say. Dia begitu baik padaku selama 2 bulan pernikahan kami, tapi aku juga 2x membuatnya kecewa." jelasnya lirih.

Aku menoleh ke arah jendela dan menutup sedikit daun pintu dan membiarkan ada celah disana, memastikan tak ada oranglain di luar yang akan mendengar suaranya.

"Kecewa gimana tow? Kalian baru aja berjalan bersama dan 2 bulan itu waktu yang masih sangat pendek untuk bisa saling memahami."

"Iya say, memang kelihatannya biasa-biasa aja tapi waktu dia tau aku datang bulan wajahnya langsung berubah lesu. Aku jadi gak enak 'kan?"

"Oh soal itu,"

"Dia pengen sekali punya anak, say. Tapi, aku malah mgecewain dia terus. Hiks..." ia mulai sesenggukan lagi.

"Sabar, say. Anak itu rejeki dari Allah. Sebesar apapun keinginan dan usaha kita tapi kalo Allah belum berkehendak ya gak bisa kita memaksakannya hadir. Lagian suamimu juga pasti paham dengan itu, kenapa kamu yang jadi cemas?"

"Aku merasa bersalah, say."

"Astaghfirullah, gak boleh mikir gitu. Istighfar... Suatu saat jika memang sudah waktunya pasti dia akan datang tanpa kita minta kok, percaya deh! Om pasti mengerti, dia juga termasuk orang yang paham agama 'kan? Selagi om biasa-biasa aja dan gak menuntut itu, kamu gak perlu khawatir dan itu juga bukan sebuah kesalahan. Jadi tenang ya sekarang, positif thinking aja sama Allah dan diri sendiri, nikmati dulu waktu berdua kalian, nanti kalo sudah ada baby pasti akan susah nyari waktu seperti itu lagi." cerocosku padanya.

Tidak-tahukah ia kalau aku sendiri pun menantikannya datang. Aku pun berusaha menahan diri untuk tidak salah berbicara padanya, walaupun ucapannya sedikit membuatku sebal.

"Astaghfirullah, makasih ya jeng udah mau dengarkan aku."

" Iya, sama - sama. Ini minum dulu," aku menyodorkan segelas sirup orange dingin padanya. Ku siapkan saat ia mulai tenang tadi.

"Oh, soal jadi pengurus tadi bisa 'kan kalo aku menolak duluan?" Aku memutar bola mataku.

"Nanti aku sampaikan aja ke Ibu Danki ya, aku gak bisa menentukan soal itu."

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang