Giat Pertamaku

23.3K 1K 102
                                    

Mulai hari ini aku sudah resmi menjadi warga Persit Yon 754 Timika. Setelah menghadap ke Ibu Ketua Anak Ranting 1, dilanjutkan ke Ibu Wakil Ketua dan Ketua Persit Ranting 2 Yon 754 tadi pagi, aku sudah wajib untuk mengikuti kegiatan warga Persit tiap harinya.

Sederhana saja, seperti olahraga voli tiap Senin sore, pengajian rutin rumah warga Persit tiap Selasa sore, pengajian rutin di masjid Mayon tiap Kamis sore, dan senam pagi dilanjut dengan voli tiap Jumat pagi.

Mungkin bagi yang tidak biasa beraktifitas diluar rumah ya tampak memberatkan. Tapi bagiku ini sangat menyenangkan. Coba pikirkan jika setiap hari hanya di rumah saja bertemu suami melakukan hal yang sama dari pagi hingga malam, sedangkan posisi rumah asrama sangat jauh dari tempat hiburan seperti mall, pertokoan, cafe atau resto di kota - kota besar. Dan jarang ada interaksi antar warga sekitar, pasti sangat menjenuhkan.

Jadi dengan kegiatan yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh pengurus organisasi Persit diharapkan adanya interaksi antar warga Persit, bisa saling mengenal satu sama lain dan timbul adanya rasa persaudaraan. Menyenangkan bukan! ^^

~~~~~♡~~~~~

"Bu, ayo berangkat!" Ajak Bu Tejo menghampiri pintu rumahku yang sedikit tertutup. Sore ini ada kegiatan voli di lapangan kompi.

"Iya sebentar, Bu. Saya masih pake sepatu!" Jawabku lantang dari dalam rumah.

"Mau nebeng, Bu?" tawarnya sambil menuntun motor maticnya. Ia selalu memarkirkan motornya di depan rumahku karena kebetulan terasku lebih sejuk dan dirancang untuk itu. Tak masalah jika tetangga sebelah menumpang satu motor disana.

"Kosong ya? Boleh dech!"

Kami berdua mencoba akrab dengan obrolan santai di atas motor menuju lapangan voli.

"Pean kerja ya Bu?" Tanyaku membuka obrolan.

"Iya Bu! Kalo gak kerja gaji suami mana cukup buat hari - hari, Bu?" Jawabnya membuatku penasaran, ada rasa aneh dengan ucapannya hingga memancingku untuk bertanya lagi.

Bukannya gaji suaminya dan suamiku sama besar karena se-leting? Bagiku itu sudah lebih dari cukup bisa untuk ditabung sebagian, tapi kenapa buat ia tidak?

"Kenapa gak cukup Bu?"

"Yaa karena banyak kebutuhannya. Suami lagi mendanai adeknya kuliah kebidanan dan ditambah lagi sama susu anak. Pasti pean tau sendiri berapa yang harus dibayar untuk kuliah bidan kan! Ya begitulah, karena dia mengutamakan adeknya ketimbang saya jadi mau gak mau ya saya juga harus kerja." Jawabnya percaya diri tapi nampak ada sedikit kemarahan di hatinya.

"Oh gitu ya Bu?"

"Iya Bu. Nanti kalo pean mau cari kerja mending secepatnya aja, daripada ditunjuk jadi anggota pengurus Persit. Hehe" usulnya agak aneh. Motor telah terparkir di pinggir lapangan dan nampak sudah banyak orang berkumpul disana.

"Insha Allah, Bu. Nanti saya pasti kerja kalo suami mengijinkan," Kami bergabung dengan ibu - ibu yang lain menunggu giliran bermain voli.

"Ayo ibu - ibu pengantin baru masuk lapangan! Giliran main!" Salah seorang ibu berteriak memberi komando.

Deg!!!
Astaghfirullah, aku bisa gak ya? Dah gak papa maju dulu aja. Yang penting berani dulu. Semua yang ada disini pun pasti juga pernah mengalami ini.

Aku coba memberanikan diri untuk tampil di lapangan, tak ingin mendapat cap buruk jika tampak memalukan karena malu - malu menunjukkan diri. Disini aku membawa nama baik suamiku, aku punya kewajiban untuk menjaganya. Dan aku tidak boleh menyusahkannya hanya karena permasalahan "ibu - ibu" yang tidak begitu penting dibandingkan tugasnya.

Olahraga voli, cukup menyenangkan bagi yang bisa memainkannya. Tapi aku? Dari sejak SMA sama sekali tak bisa men- serven bola. Jika Anda berada di posisiku pasti tau apa yang sedang ku rasakan. Berada di sekeliling warga persit, beberapa ibu menyoraki menyemangati, karena suamiku termasuk "populer" di lingkungan ibu - ibu jadinya aku sedikit menjadi sorotan.

Pukulan pertama, wuuus! Melesat melewati net. Alhamdulillah!
"Mantap!" ucap ibu Dantonkes selaku tertua di tonkes kompi markas.
Permainan pun berlanjut sampai selesai. Tak kusangka kalau serven pertamaku bisa melewati net, padahal sebelumnya tidak pernah satupun. Hehe :-P

"Wah! Lumayan juga pukulannya ibu Bakes ya!" Sapa seorang ibu di tepi lapangan padaku dengan senyum. Beliau adalah salah satu warga Persit Tonkes yang terlama di Bataliyon ini. Menyenangkan sekali jika baru saja bergabung tapi sudah ada yang mau mengenal. Tidak begitu sulit juga untuk beradaptasi dengan lingkungan baru ini.

"Bu Aji! Tolong kemari sebentar," selesai bermain tiba-tiba bu Anto memanggilku dengan sedikit serius.

"Ya bu, ada apa?"

"Besok hari Sabtu ada pertemuan anak ranting di Aula Kompi jam 8 pagi. Jadi sampean harus perkenalan di depan ya! Nanti sebutkan nama kecil, tanggal lahir, nama suami, NRP, jabatan, sama hobi. Datang setengah jam sebelum acara dimulai ya!"

"Oh iya bu. Nanti yang perkenalan ada berapa orang ya bu?"

"Cuma sampean aja, berani ya maju di depan sendiri! Gak papa, belajar dari sekarang nanti juga terbiasa kok. Oh iya, jangan lupa hafalkan lagu mars dan hymne Persit juga sifat dan watak Persit. Barangkali ditanyakan nanti sama ibu ketua,"

HAH!!!
Perkenalan diri di depan ibu Persit sekompi, berdiri sendirian dan entah apa saja yang akan ditanyakan oleh ibu-ibu Persit tertua termasuk seluruh anggotanya. Benar-benar membuatku hampir "jantungan".

Oke! Tarik napas dalam lalu hembuskan perlahan. Fuuuuh! Setidaknya bisa sedikit lebih tenang dengan cara ini. Sama sekali tidak terpikirkan olehku jika menjadi istri prajurit harus bermental hampir sama seperti prajurit juga.

Bagaimana nantinya disaat perkenalan mereka menanyakan hal yang sama sekali tidak kuketahui, apalagi tentang kemiliteran, para pejabatnya, atau organisasi Persit itu sendiri? Huft....semoga besok ada keajaiban.

"Bu, sampean kenapa? Kok bengong?" Pertanyaan bu Tejo mengejutkanku dan ternyata kami sudah tiba di depan rumah.

"Kepikiran pertemuan besok, Bu. Saya perkenalan sendiri di depan, bikin stress duluan nich!"

"Hehehe.. gak apa-apa, Bu. Saya juga dulu gitu kok, gak usah terlalu dipikir ya! Santai saja, cuma perkenalan sama ditanya soal lagu itu atau sifat dan watak Persit."

"Iya tow?"

"Iya Bu, aman wes!"

"Hehehe.. suwun ya Bu,"

Semoga saja benar yang disampaikan bu Tejo barusan.

Hai readers!!!
Assalamu'alaikum...
Maaf ya baru dilanjut part ini, karna baru nemu mood boster-nya nich!? Hehehe...

Moga memuaskan ya!
Oh ya, silahkan tinggalkan jejak Anda... ditunggu banget kritik & saran yang membangun.

Makasih😊😊😊

Tbc

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang