Nyeri

1.5K 95 9
                                    

Bacalah part ini dengan Bismillah

Di ruang tunggu bersalin, mama tampak begitu cemas tapi ia mencoba menutupinya, mengobrol dengan sesama ibu yang juga sedang menunggu anaknya melahirkan.

"Maa....." sapa mas Aji.

"Eh iyaa, gimana mas?"

"Insyaa Allah besok Mia akan operasi Caesar. Karena ketuban sudah merembes, kalo menunggu bukaan lengkap belum tentu juga bayi bisa lahir lancar karena bobotnya sudah diambang batas untuk anak pertama. Resiko infeksi juga bisa terjadi dengan kondisi begitu malah bisa membahayakan bayi."

"Ya Allah.... Trus jadwal operasinya jam berapa besok, mas?" mama sangat gelisah.

"Belum tau, maa... Keputusan ini juga baru kami rundingkan setelah pemeriksaan terakhir dokter tadi. Jadi besok saat dokter visit baru akan saya sampaikan persetujuan operasinya."

"Oh begitu,"

"Kalo gitu, mama tidur di Asrama saja yaa! Besok pagi biar dianter lagi sama Aan kesini."

"Ya sudah kalo begitu, mama pulang dulu yaa mas! Titip Mia yaa, moga besok pagi ada perkembangan baik. Assalamu'alaikum," mas Aji mencium punggung tangan mama dan om Aan segera mengantarnya pulang ke Asrama.

"An! Nyetirnya hati-hati yaa!? Gak usah ngebut, ini sudah malam,"

"Siap, bang! Ijin pamit pulang, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam..."

~~~~~

Di dalam kamar bersalin, aku hanya seorang diri dan ada beberapa pasien di bed yang lain. Sesekali saja mas Aji diperbolehkan masuk karena para bidan dan perawat bergilir mengobservasi pasien yang akan melahirkan. Aku masih menahan nyeri kontraksi yang datang dan pergi, tapi sayangnya pembukaan belum juga bertambah padahal ini sudah masuk 5 jam sejak bukaan pertama.

"Ayooo, Nak. Bantu mama yaa! Adek harus lahir lewat jalan yang sudah Allah siapkan, ayoo nak segera turun yaa..." lirihku saat kontraksi mereda.

Seperti inikah rasanya akan melahirkan? Aku benar-benar sangat cemas. Mataku sangat mengantuk tapi otakku terus saja berpikir. Perutku nyeri karena adanya kontraksi dan pinggangku rasanya seperti akan patah.

Oh ya Allah... ya Allah.... yaa Allah... Berikan pertolongan-Mu, subhanallah... subhanallah... subhanallah... Allahu akbar.... Allahu akbar... Allahu akbar...
Hhhhhhmm.... Huuuuuuuft!

Aku terus menata napasku, agar disaat nanti kontraksi makin kuat aku tidak kelelahan dan bisa mengejan dengan baik. Yaaa tipis memang harapan untuk bisa melahirkan normal dengan kondisi ini, tapi aku masih tetap berharap pada Allah karena Dia-lah yang menghendaki segala sesuatu.

"Yang, minum yaa... Mas bawain teh anget." Aku tak menyadari jika suamiku sudah berada disampingku barusan.

Lalu mas Aji membantuku duduk.

"Maem juga yaa?!" Tawarnya juga.

"Maem apa?"

"Tadi om Aan belikan nasi padang di kantin RS. Mas suap yaa?" aku mengangguk pelan.

Selesai menyuapiku, mas pamit untuk berjaga diluar. Karena jika terlalu lama di dalam ruangan bersalin pasti akan ditegur oleh bidan jaga. Yaa memang aturannya sudah seperti itu, mungkin karena ruangannya tidak begitu luas sehingga membatasi adanya penjaga pasien.

Setelah makan, aku berusaha untuk bisa tidur malam ini. Mataku sangat mengantuk dan tubuhku pun juga sangat lelah. Aku berharap besok ada keajaiban yang sangat indah dari Allah.

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang