Ujian Pertama

12.3K 534 28
                                    

"Sayang, mau temenin mas gak?" Baru saja aku masuk rumah sepulang olahraga sore terlihat suamiku sangat rapi dengan pakaiannya.

"Udah sore gini memangnya mau kemana?"

"Kalo mau, buruan ganti bajunya sekarang. Nanti kita sholat maghrib di luar saja."

"Hmmm..." aku hanya mengangguk.

Penuh dengan kejutan. Ya begitulah suamiku. Ada banyak hal yang sangat sering membuatku penasaran padanya dan disaat aku tau itu sangat membuatku terkejut. Tapi, aku mulai menyukai sifatnya yang seperti itu. Bagiku itu sangat menggemaskan.

Setelah aku siap, suamiku mulai menghidupkan motor butut kesayangannya. Hehe... karena itu harta yang baru saja dia punya. Aku tidak meremehkannya sama sekali. Justru aku bangga padanya. Kenapa? Karena dia tak pernah meminta apapun pada orangtuanya untuk penghidupan baru kami walau sebenarnya keuangan kami sangat mengkhawatirkan saat ini.

Dia adalah tipe pria mandiri, lebih menjaga gengsi daripada menggantungkan diri pada orang lain hanya karena ada kekurangan dalam dirinya. Persis seperti papaku. Moga Allah senantiasa memberikan kelapangan dan kemudahan rizki untuknya. Aamiin.

Beberapa saat di perjalanan telah terdengar kumandang adzan maghrib. Dan mas Aji membelokkan motornya di sebuah masjid yang sangat populer dan terbesar di kota Timika. Masjid Babussalam.

Setelah memarkirkan motornya, kami menuju tempat wudhu masing-masing. Lalu, segera merapatkan barisan shaf dan mengikuti shalat berjamaah dengan khusu'. Selesai itu aku mencium tangannya. Alhamdulillah! Indahnya pernikahan yang sedang aku jalani, moga ini adalah salah satu tanda bahwa Allah meridhoi ibadah kami. Aamiin.

Setengah jam kemudian, mas Aji mengarahkan motornya ke sebuah rumah makan kecil yang sangat sederhana.

"Mau makan apa yank? Sate ayam apa kambing?" tanyanya sambil menarik sebuah kursi agar memudahkannya duduk.

Kulihat di daftar menu yang tertempel di dinding. Wow! Aku begitu terkejut dengan menu sederhana yang lumayan mahal.

Sate kambing Rp. 35.000/porsi
Sate ayam Rp. 25.000/porsi
Sate sapi Rp. 30.000/porsi
Gule kambing Rp. 35.000/porsi
Gule sapi Rp. 30.000/porsi

.............

Sesampai di rumah.
"Kenapa menu makanan disini mahal banget, yank?" Tanyaku cemas karena pasti dia mengeluarkan ongkos yang lumayan besar hanya untuk makanan sederhana tadi.

"Ya, memang segitu harganya disini. Jangan kaget!? Disini dekat sama PT. FI dan bisa dibilang juga kota kecil ini sumbernya uang, makanya apa-apa mahal. Bagi orang pekerja di PT. FI itu masih standar," jelasnya sambil merebahkan tubuh di atas kasur.

Ooh, jadi begitu yah!

PT. FI adalah singkatan dari PT. Freeport Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan. PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. PT Freeport Indonesia menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Waaah hebat ya negara kita bisa mengekspor hasil tambangnya ke seluruh dunia! Bangga donk!?
Walaupun banyak beredar gosip kalau perusahaan tersebut dikuasai bangsa Amerika. Jangan mudah terpengaruh ya! Coba di kroscek lagi informasinya.

Sebelum menikah, suamiku pernah 2x mendapat tugas atau yang disebut satgas freeport selama menjadi anggota di satuannya. Dia bilang segala sesuatu yang dibutuhkannya gratis, terutama makanan dan minuman. Yang membuat para prajurit betah bertugas disana khususnya bujang karena semua makanan yang disajikan beraneka macam, paling dominan ya makanan weastern karena disana banyak sekali pegawai dari luar Indonesia. Dan mereka bisa makan sepuasnya disaat jam makan tiba. Sayangnya, makanan itu tidak boleh "dibungkus" alias dibawa pulang ke pos mereka. Jadi mereka harus makan enak dan gratis cukup di restoran itu. Hmmm... Lumayan kan untuk menghibur para prajurit yang rindu keluarga mereka dengan menyenangkan hatinya melalui sajian dan fasilitas gratis disana. 

"Mungkin akan beda rasanya bagi yang sudah berkeluarga. Senyamannya tempat itu jika tanpa pasangan, apalagi sudah punya anak pasti tetap saja akan terasa hampa, sepi. Apa enaknya makan makanan itu sendiri, sedangkan kamu cuma makan seadanya saja di rumah. Emang aku cowok apaan?" Sahutnya setelah bercerita panjang lebar. Tiba-tiba dia memelukku dengan mesra dan begitu hangat.

Rasanya malam ini begitu singkat saat ada kamu disampingku.

..................................

Minggu, pkl. 08.00 WIT

"Sayang...
Ikut yuck!" selesai sarapan pagi dan beberes rumah, mas Aji terlihat begitu sibuk berpakaian.

"Emangnya mau kemana?" sahutku bahagia.

"Temani mas main badminton ya! Ada temen ngajak tanding nich! Nanti adek harus semangatin.. "

"Dimana?"

"Deket aja, di lapangan Kuala situ. "

"Aku ganti dulu ya,"

"Sip!"

Suamiku itu orangnya serba bisa, ya memang setiap prajurit seharusnya begitu kan!? Dari masak, urus rumah, dan olahraga apapun dia juara (sekompi sih!? Hihi... 😝😁) seperti renang, badminton, tenis meja, lari sprint, dll. Dan aku senang sekali dia begitu peduli dengan kesehatan tubuhnya. Eh, dia anti rokok dan gak ngopi lho!? Tapi setelah menikah, dia jadi ketularan suka sama kopi gara-gara aku-nya yang pecinta kopi. Hehe..

Beberapa menit kemudian, kami berboncengan mesra dan dia begitu sedikit romantis menggenggam 1 tanganku. Yaa maklumlah kami baru menikah sebulan, masih anget-angetnya kan!?

Drrrrrrrrt...
Drrrrrrrrt...
Drrrrrrrrt...

Sesampai di samping lapangan dia tampak begitu tergesa mengangkat telpon di handphonenya yang sudah  berbunyi beberapa kali. Ada 3-5 misscall disana.

"Assalamualaikum, kenapa Vi? "

"......"

"Apa??? Innalillahi wa'inna ilaihi raaji'uun.. "

"Oke, hari ini tak usahakan ijin pulang!"

Wajahku mulai cemas, berita apa tadi? Kenapa mas bicara begitu?

"Dek, kita harus kembali ke Malang". Kata-katanya membuat napasku sedikit tersendat.

"Ada apa, mas?"

"Bapak, dek. Bapak meninggal.. "

"Astagfirullah, innalillahi... Ya Allah.." napasku mulai tersengal-sengal dan tak terasa bulir cairan bening jatuh membasahi pipiku. Aku begitu sedih, begitu mendalam.

"Kita pulang ya. Biar mas uruskan ijin untuk kembali ke Malang. "

Aku hanya bisa mengangguk, menahan rasa pilu yang sangat menyesakkan. Beliau adalah ayah suamiku, dan juga ayah baruku. Sekian lama aku mengharapkan kehadiran seorang ayah yang benar-benar bisa mendidikku dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Karena, aku berasal dari keluarga yang pecah, sedari kecil kedua orang tuaku berpisah (bercerai😭) dan aku tak pernah tahu bagaimana rasanya berada di dalam keluarga yang utuh (jangan ditanya lagi kelanjutan ini ya!? 😢).

Aku baru saja merasakan hadirnya yang begitu hangat, menerimaku bukan hanya sebagai menantu tapi juga anaknya sendiri. Dia begitu penyayang, tidak membedakan antara anaknya yang satu dan yang lain. Ooh ya Allah, mengapa secepat ini? Aku baru sebulan menikah, mengapa Kau ambil salah satu orang yang kusayangi dan baru saja hadir menghiasai hatiku?

Pikiranku berkecamuk..
Tangisku memuncak sesampai kami di rumah.

******

Mohon maaf sebesar-besarnya🙏
Utk para readers karena baru bisa melanjutkan kisah ini
Karena penulis melanjutkan study selama 2th ini dan baru saja selesai.
Makasih ya buat kalian yg masih setia menanti kelanjutannya.
Insya Allah setelah ini akan lebih rajin untuk menulis😁😁😁

Salam...
Tbc

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang