dr Sp. OG 😩

9.2K 395 8
                                    


Minggu, jam 10 pagi.

Aku sampai lupa hari.
Biasanya setiap malam minggu, mas selalu mengajakku datting walau hanya sekedar cari makan di luar. Lumayan bisa me-refresh pikiran kami yang terkadang sumpek dengan urusan di dalam asrama, terutama mas Aji.

Tapi, karena Sabtu kemarin adalah jadwalnya piket jadinya aku hanya di rumah dengan romantisme dan kegombalannya semalam.

Dan, pagi ini aku mencoba tes kehamilan yang sudah sangat membuatku resah selama 2 bulan ini.  Tapi, aku bingung mengapa hasilnya negatif? Lalu masalah apa yang sedang aku alami sampai aku tidak mendapatkan datang bulan seperti biasanya? Apa aku tidak normal?

"Sayang!" kedua lengannya tiba - tiba mendekap perutku dari belakang dan menyadarkanku dari lamunan singkat tadi di teras belakang rumah.

"Eh sudah pulang ya? Kok gak salam?" tanyaku sedikit kaget.

"Masa' gak denger? Dari tadi mas salam kok pas masuk rumah. Hmmm...mikirin apa sih?" jawabnya mesra tepat di samping telingaku.

"Ih...geli, ah!" ku gerakan kepalaku menghindari hembusan suaranya, "Hmm...gak ada kok, aku cm liatin ayamnya mas itu lucu masih kecil - kecil pada rebutan masuk di dalam bulu induknya." jawabku mengalihkan pembicaraan.

"Oh itu, iya mereka baru menetas 3 hari yang lalu. Untungnya mas langsung tutup kandangnya, jadi mereka gak bisa keluar. Lumayan yang netas ada 10, banyak kan?"

"Seneng ya punya banyak anak gitu, tapi apa induknya gak kerepotan ya?"

"Coba adek tanyakan dulu," balasnya tersenyum meledek.

"Hahahaha... Yawes nanti aku wawancarai induknya," kami tertawa geli dan pelukannya makin erat di perutku, lalu satu tangannya mengelus lembut.

"Nanti jam 4 sore kita ke dokter ya?"

"Iya mas, aku juga penasaran sebenarnya apa yang sedang aku alami sampai aku tidak haid padahal aku tidak hamil,"

~~~~~~~~~~

Rumah, jam 20.30 WIT

Rasanya lelah sekali berada di poli BKIA RSIA satu - satunya di kota Timika ini. Mengantre panjang dari sore hingga terlewat isya'. Bukan karena dokternya yang lelet atau pelayanannya yang lamban, tetapi karena pasiennya yang tidak pernah sepi di sana. Ditambah perjalanan yang lumayan jauh untuk kesana, yaa kurang lebih 30 menit jika tidak ada kendala selama perjalanan.

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur empuk dan berusaha segera memejamkan mata. Aku mengingat - ingat kembali apa yang dokter tadi sampaikan padaku.

"Rahim Ibu baik - baik saja kok, ini sudah ada penebalan tapi tidak ada tanda - tanda kehamilan. Biasanya keterlambatan ini dikarenakan kadar hormon Ibu yang tidak stabil. Apa Ibu akhir - akhir ini kecapean atau banyak pikiran begitu, Bu?" dokter menunjukkan hasil USG - nya dan menjelaskan secara rinci kondisiku saat ini.

"Sebenarnya tidak ada apa - apa, dokter. Saya tidak merasa kecapean ataupun stress, tapi dari sebelum menikah saya pernah telat haid juga selama 3 bulan karena kecapean bekerja. Apa itu juga berpengaruh ya, dok?" tanyaku penasaran.

"Ya bisa saja, Bu. Apa Ibu sekarang masih bekerja juga?"

"Tidak, dokter. Saya hanya di rumah semenjak menikah"

"Kalo begitu, saya resepkan obat supaya haidnya keluar ya Bu. Tapi, mungkin terasa lebih sakit dari biasanya. Dan Ibu harus perbaiki asuhan gizi juga, rajin olahraga, kurangi stress ya Bu. Oh ya, bapaknya tidak merokok kan? Jangan lupa istrinya dihibur trus ya Pak, supaya selalu bahagia. Karena suasana hati juga memengaruhi kadar hormonnya"

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang