Kesabaran & Ikhtiar

3.8K 243 15
                                    

Aku tak mengerti
Mengapa kau hadir saat aku tak berharap dan mungkin hampir melupakanmu
Aku hanya mampu berikhtiar dan ikhtiar lagi untuk memperbaiki segalanya
Karena aku bukanlah manusia yang sempurna

_G_

~***~


Beberapa bulan telah berlalu, aku sedikit lupa dengan alurnya. Mungkin karena terlalu lama kupendam sendiri.

Saat itu tiba - tiba hubunganku dan bu Nazar mulai merenggang, begitu juga dengan bu Tejo. Aku lupa awalnya mengapa, tapi hari demi hari berlalu membuka sifat asli diantara kami yang selama ini tertutupi.

Mungkin hanya terlihat sepele tapi hal itu menjadi sangat fatal di kehidupan organisasi Persit.

Ya sudah sewajarnya sebagai istri seorang bintara memiliki sebuah jabatan di organisasi Persit anak ranting dan aku sangat menikmatinya. Tapi berbeda dengan bu Tejo yang merasa terbebani dengan hal tersebut, alasannya karena ia adalah wanita pekerja dan kondisi tubuh yang mudah sakit, juga situasi rumah tangga yang kadang kurang kondusif.

Dan hampir sama dengan bu Nazar kali ini, sejak anaknya berusia 3 bulan, ia pun memutuskan untuk bekerja di salah satu puskesmas pembantu di wilayah kota Timika sebagai seorang bidan. Lalu, ia juga beranggapan sama dengan bu Tejo untuk tidak ingin (bahkan tidak berniat) untuk bergabung menjadi anggota pengurus Persit. Menyedihkan!

Hal itu semakin nampak ketika ketua Persit anak ranting melakukan rolling anggota pengurus dan mengganti beberapa anggota yang sudah sangat lama menjabat di kepengurusan. Saat diundang untuk rapat, bu Nazar sengaja tak hadir disana. Padahal aku sudah menjelaskan dengan sangat sabar tentang hal ini, tapi suaminya yang mendukung untuk tak ikut berkecimpung dalam organisasi membuatnya semakin keukeh. Sampai - sampai ibu ketua kami yang menelponnya untuk datang ke kantor Persit. Memalukan!

Aku masih bisa bertoleransi dengan kondisi bu Tejo untuk menolak jabatan di organisasi itu, tapi tidak dengan bu Nazar yang hanya mengutamakan keegoisannya saja. Yaa memang, bekerja di organisasi tidak menghasilkan rupiah apapun, sama halnya dengan kerja sosial tapi dibalik itu semua ada pembelajaran yang sangat berharga dibandingkan dengan nilai rupiah. Seperti kebersamaan, kekeluargaan yang kokoh dan rasa cinta kasih antar sesama anggota kepengurusan.

Tapi, ya sudahlah.... Semua kembali pada diri masing - masing untuk bisa mendewasa dan bijak di waktu yang tepat. Mempertahankan keegoisan hanya akan merugikan diri sendiri, tak ada gunanya. Sejak saat itulah aku mulai enggan untuk bisa menjadi teman terdekatnya.

Bukan hanya itu saja, sejak ia hamil dan suaminya jarang di rumah, tingkahnya mulai nyeleneh dan tampak tidak dewasa.

Saat itu, ia berkunjung ke rumah bu Tejo yang kebetulan rumahnya masih sangat berantakan karena Oni sedang tumbuh dengan aktifnya sedangkan ia harus segera berangkat kerja pagi sekali.

"Assalamualaikum, bu Tejo...masak apa ka?" ia datang di depan pintu lalu membukanya.

"Wa'alaikumsalam, bentar Bu. Saya masih di kamar abis mandi,"

"Ya Allah, bu Tejo nie males banget sih! Rumah kok dibiarin berantakan gini, ngapain aja?" ceplosnya polos.

"Hah? Apa Bu? Sampeyan bilang apa tadi?" seketika bu Tejo membuka pintu kamar dan ingin memperjelas apa yang barusan didengarnya.

"Ini lho! Rumah berantakan sekali, sih? Coba dibersihkan kah?!" masih dengan ceplosannya.

"Ih biar sudah, mau berantakan atau rapi ya suka - suka saya tow Bu! Kan ini rumah saya. Kalo sampeyan gak suka ya pulang aja," jawabnya ketus dari celah pintu kamar yang terbuka setengah.

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang