Pertemuan

9.4K 421 22
                                    

Minggu pagi... Rasanya kalau sudah mau ketemu itu waktu berjalan sangat cepat ya! Aku harus menyiapkan koper beserta isinya untuk dibawa pulang. Lumayan besar untuk ku isi dengan pakaianku sendiri.

Tiba - tiba ada yang mengetuk pintu kamar.

"Tok! Tok! Tok!"

"Mbak, boleh masuk?" sapanya dari balik pintu kamar.

"Masuk aja, gak dikunci kok, dek!" jawabku.

"Mbak ngapain? Dicariin Ibu, disuruh sarapan," Novi menghampiriku dan duduk di sisi dipan.

"Ini lagi siapkan baju yang mau dibawa nanti malam, dek. Bentar lagi juga selesai," jawabku dengan senyuman.

"Mbak, gak usah balik wes!? Disini aja biar gak sepi rumahnya," rayunya dengan lembut.

"Lho!? Kalo aku gak kembali, kasian masmu sendirian disana kan?!"

"Yaa kan mas sudah terbiasa sendiri, mba.. Lagian disana bataliyon di dekat hutan kan! Ih....pasti serem dech!" rayunya lagi.

"Kalo begitu ngapain masmu nikah donk? Disana juga ada banyak ibu persit yang mendampingi suaminya bertahun - tahun dan pasti mereka juga betah walaupun kondisinya begitu. Ya berarti aku juga bisa betah disana, demi suami kan?!" jelasku meyakinkannya.

"Ya udah kalo gitu nanti cepetan buatin ponakan ya mba... Hehe.." ledeknya lagi.

"Iih...apaan sich? Ada - ada aja kamu nich!"

"Hahaha.... Yawes, ayo sarapan mba! Udah ditungguin Ibu dari tadi tuch!"

"Ayo... Ini juga dah kelar kok,"

Di meja makan, semuanya sudah berkumpul dan mulai menyantap hidangan sarapan masing - masing. Dan aku agak sungkan karena pagi ini tidak membantu Ibu memasak di dapur.

"Kenapa lama sekali kalian berdua? Ini sudah ditunggu dari tadi lho!? Ayo cepetan ambil makanannya!" sapa Ibu yang sedang sibuk menuangkan nasi dan lauk pauk untuk Andre.

"Iya Bu, tadi mba Mia masih sibuk siapin koper. Udah gak sabar mau ketemu pujaan hatinya!" gurau Novi sambil senyum meledek padaku.

"Iya Bu, maaf ya tadi aku ndak bisa bantu Ibu masak. Soalnya banyak barangnya mas yang harus dibawa kembali ke Timika, jadi agak kerepotan. Maaf ya Bu.."

"Hmmm... Masa' sich mba? Paling dah gak sabar, rindunya dah segunung. Hehe...maklum manten anyar... Hahaha..." tambah Andre menyemangati Novi.

"Wes tow ojo rame kalo lagi makan!" tegur Ibu menyudahi ledekan padaku. "Iya, nduk.. Gak apa - apa, tadi Ibu masak cuma gampang aja gak ada yang repot. Sekarang sarapan dulu ya!?"

Menyenangkan ya bisa memiliki
Ibu mertua sebaik beliau, dan ini memang benar adanya beliau sangat baik padaku, bahkan aku tak dibedakan dengan anak - anaknya yg lain. Lagipula, jaman sekarang sudah banyak ibu mertua yang menyadari keberadaan menantu perempuannya itu sangatlah penting terutama disaat anak lelakinya tidak di rumah dan digantikan sementara oleh sang menantu. Jadi jangan berpikir negatif sm ibu mertua kalian yaa! Eh bagi yang sudah menikah lho.. 😁😁

"Oh iya Bu, nanti aku balik ke Jakarta jam 11 siang!? Dik, tolong anter sampe stasiun pake mobil ya.. " Andre memulai percakapan lagi.

"Nanti Ibu bawakan soto ya, Ndre. Sampe mess langsung dipanasin."

"Iya Bu, tapi sedikit aja ya soale gak ada tempat besar disana." balas Andre pada Ibu.

"Nanti kamu bagi sama temenmu kan bisa tow!? Dah nanti Ibu siapkan aja."

"Mas Andre nie sudah dibungkuskan masih juga protes!" sambung Novi.

"Yowes.... Manut aku!?" balas Andre tanda menyerah.

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang