Ramadhan Pertama

6.6K 329 21
                                    

A successful marriage requires falling in love many times, always with the same person. 

__Mignon Mclaughlin__

*****

Sudah sebulan lamanya suamiku berada di rumah. Tak terasa 3 bulan tanpa dia di rumah sudah cepat berlalu dan terbayar dengan kehadirannya saat ini. Yaa beginilah kehidupan kami, harus bisa kuat dan sabar sewaktu - waktu, menahan keinginan untuk bisa bermanja ria pada pria tangguh idaman kami disaat ia sedang melaksanakan tugas pertamanya sebagai seorang abdi negara. Apakah kalian (para gadis) sanggup?

Yang paling aku suka dari hubungan ini adalah ketika kami dipaksa untuk tidak bisa bertemu dan tatap muka dalam beberapa waktu (bisa tahunan lho!). Lalu disaat bertemu untuk pertama kalinya lagi, rasa itupun terulang kembali. Detak jantung terasa tak karuan, dadaku bergetar, nafasku seperti sesak. Hal yang pernah aku alami saat pertama kali aku menatapnya di bangku kuliah dulu. 

Entah untuk yang keberapa kalinya aku begini. Terkadang aku sampai lupa bahwa sebenarnya pria yang sedang menatapku dengan lembut itu adalah suamiku, hingga akhirnya aku tersadar saat ia memeluk erat tubuhku lalu mengecup lembut bibirku yang lama tidak disentuh olehnya. Yaa......dialah pintu surgaku yang selalu aku rindukan, yang tak pernah putus ku panjatkan doa untuknya.

"Dek, masak apa?" tanya mas Aji lembut.

"Masak sambel goreng kecap, ada tempe, tahu dan udangnya dikit. Pasti mas suka deh!" usai memasak, aku pindahkan semua makanan ke piring saji dan ku letakkan di atas meja makan mini kami.

"Cuma itu?" tanyanya lagi.

"Hmmm ada ayam goreng sama sayur asem. Seger 'kan?" aku menaik-turunkan alis padanya.

"Ya udah, mas siapin piringnya ya! Adek cepetan cuci tangan baru kita makan," ia menuju dapur mengambil 2 piring makan beserta sendoknya. Lalu aku segera mencuci tangan dan memindahkan seluruh makanan tadi di atas karpet depan tivi, agar bisa lesehan berdua.

Beginilah seharusnya keluarga kecilku. Bisa makan bersama setiap Minggu pagi adalah hal yang paling menyenangkan bagi kami. Apapun masakan yang aku hidangkan untuknya, tidak pernah sekalipun tak ia habiskan. Padahal aku termasuk wanita yang belum begitu pandai memasak, tapi cukup pintar untuk coba - coba resep masakan baru dan bersyukurnya ia selalu menyukai itu.

Sejak menikah, belum pernah sekalipun aku mendapati suamiku makan di warung saat ia berada di lingkungan asrama (rumah). Kecuali jika kami sepakat untuk makan di luar pada hari itu. Ia memang tipe pria sederhana dan mau menerimaku apa adanya, menyenangkan sekali 'kan? Tapi sebagai seorang istri, aku tetap berusaha memberikan segala yang terbaik untuknya selama di rumah. Dari suasana rumah, pakaian yang selalu bersih, harum dan rapi, masakan yang bisa menggugah seleranya dan pijatan "plus - plus" andalanku saat ia lelah. Hehe :D

Jadi saat kami sedang berjauhan, aku berharap hal -hal itulah yang akan selalu ia rindukan untuk segera pulang. Walaupun ia hampir tidak pernah mengatakan isi hatinya, aku tau persis apa yang sedang ia butuhkan saat itu. Memang sengaja aku lakukan segalanya sebagai tanda baktiku padanya, agar ridhonya selalu ada untukku. Bukankah ridho seorang suami adalah ridho dari Allah bagi istrinya? Mungkin karena kami masih diberi tenggang waktu untuk bisa saling mengenal dan memahami sebelum sang buah hati hadir sehingga tujuan pernikahan ini bisa dengan mudah kami gapai bersama. Yaa hanya itu harapanku dengannya, insyaa Allah.

"Mas, bentar ke pasar  besar yuk! Aku mau belanja untuk persiapan puasa lusa nanti,"  

"Mau beli apa aja emangnya?"

"Banyak, sayang. Itu bumbu di dapur juga udah pada habis. Aku mau ngisi kulkas sama sayuran, lauk dan buah, supaya nanti pas sudah masuk Ramadhan aku bisa fokus sama targetku."

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang