Bertahanlah!

4.7K 264 12
                                    

Hal yang paling membuatku teramat sedih adalah...
Ketika aku harus mengikhlaskan hati atas sebuah kehilangan...

_G_

~***~

"Assalamualaikum, ma... Gimana kabarnya?"

"Wa'alaikumsalam, nduk... Alhamdulillah sehat, gimana kamu disana? Beneran jadi hamil 'kan?"

"Alhamdulillah maa... Aku sehat, tapi aku sering laper, tiap 2 jam sekali rasanya isi lambung dah hilang aja. Yaa beneran hamil tow!? Kemarin baru USG lagi lho! Eh... Mama mimpi apa nie?"

"Yaa alhamdulillah kalo gitu, takutnya kayak yang dulu itu sering telat ternyata bukan hamil,"

"Aku beneran hamil, maa... Dah sekarang kasih tau Mia sebelumnya mama mimpi apa mau dapet rejeki gede?"

"Mimpi apa ya? Hmmm.... Oh iyaa, kemarin mama mimpi dapet ayam jago gede dan cantik banget, suara kokoknya juga bagus. Kira - kira apa maknanya ya?"

"Masyaa Allah, beneran ma?"

"Iyaa... Memang hasil USG gimana?"

"Hihihi.... Hasilnya si dedek cowok, ma.. Selamat yaa mama dah jadi uti sekarang."

"Wow!!! Alhamdulillah, barokallah ya nduk. Sehat - sehat disana, makan yang banyak ya gak usah milih - milih, tidur cukup, jangan stress. Nanti kalo mau lahiran mama kesana,"

"Aamiin ya Allah!? Iyaa nanti aku kabarin kalo dah deket lahiran,"

"Yawes, nduk. Mama ada pengajian di mushola depan, nanti lanjut lagi ya!"

"Iyaa maa, jaga kesehatan juga disana. Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam..."

Tut.... Ponsel mati.

Aku berusaha untuk bisa menghubunginya setiap hari, tapi terkadang telponku dibiarkan saja berdering tanpa ada yang mengangkatnya. Yaa begitulah mama, yang di jaman semoderen ini masih tetap gaptek dan merasa ponsel bukanlah kebutuhan primernya.

"Bu Tejo, ayo berangkat! Dah jam 3 lewat nich!" teriakku di depan teras, mengajaknya berangkat giat sore di lapangan kompi Bant.

"Bentar, Bu. Pake sepatu!" balasnya dari depan rumahnya.

"Ayo bareng ya! Ini motor saya nganggur," aku mengeluarkan motor vario CBS hitam yang lumayan besar untuk ku kendarai.

Jangan membayangkan bagaimana cara ibu hamil usia 5 bulan mengendarai motor ya! Disini kami sudah terbiasa, bahkan memindahkan galon dari motor ke dalam rumah pun aku bisa. Terpaksa ku lakukan disaat pak suami tak berada di rumah.

"Ah jangan, Bu! Saya bawa motor sendiri saja, saya gak bisa bawa motor gede gitu. Takut saya!"

"Yawes kalo gitu, ayo dah barengan!"

"Yuck!!!"

Letak kompi Bant berada di samping asrama kompi Markas yang lumayan jauh jika harus berjalan kaki dari rumahku. Jadi tetap harus mengendarai motor untuk segera tiba disana agar tidak terlambat.

Setelah beberapa set permainan voli, bu Tejo mendapat giliran menjaga anak dan kali ini si mungil Mitha anak dari bu Jack yang ia jaga. Saking semangatnya, saat bayi Mitha yang masih berusia 6 bulan mulai rewel, ia menggendongnya dan mengayun si bayi dengan semangat, kalau menurutku gaya ayunnya seperti mengocok air dalam botol. Iiish....berbahaya!

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang