BAB 1

355K 9.5K 176
                                    

FOLLOW DULU YUU SEBELUM BACAA!!

VOTE DAN COMMENT JUGAA

ENJOYYY

-----------

Ini gila!

Bagaimana mungkin aku tiba-tiba saja terbangun di sebuah kamar yang sama sekali tidak aku kenali.

Dan lebih parahnya, aku tidak ingat apa-apa semalam.

Tubuhku sangat lemas bahkan kepalaku terasa berputar-putar saat aku mencoba duduk. Seakan ada seseorang yang mengambil jiwaku tanpa aba-aba. Membuatku kembali tidur terlentang.

Kamar ini kaku dan didominasi dengan warna abu. Yang paling penting, kamar ini luasnya sama seperti rumahku. Mulutku spontan menganga melihat kamar dengan dekorasinya yang indah.

Bahkan ada jendela besar di depanku yang hampir memenuhi tembok tersebut.

Suara ketukan pada pintu kayu di pojok sana mengalihkan perhatianku. Seseorang tersebut mendekatiku dan menaruh tangannya di keningku. Setelah itu, tiba-tiba saja ia tersenyum.

"Sepertinya nona telah sembuh," ucapnya.

Bajunya yang khas berwarna monokrom membuatku dapat menebak jika pria itu adalah pelayan di sini.

Dia membantuku duduk di pinggir kasur dan terlihat sibuk di balik ruangan kecil di sana. Pelayan tersebut kembali mendekatiku dengan membawa sebuah gaun berwarna putih tulang yang sangat cantik.

"Tuan sudah menunggu anda. Lebih baik nona bersiap-siap sekarang." Setelah mengatakan itu dia membungkuk dan beranjak pergi dari kamar ini. Meninggalkan kebingungan yang masih tersimpan di otakku.

Tuan? Hell! Bahkan aku selama ini selalu tinggal sendiri. Dan sekarang entah apa yang terjadi aku bisa berada di sini.

Tubuhku terasa bau dan mau tak mau aku bergegas mandi. Ini sungguh tidak nyaman dan membingungkan.

Setelah menyematkan gaun tersebut. Aku kembali dibuat terkejut dengan perubahan wajahku. Tidak maksudku wajahku tidak berubah bentuk seperti yang kalian pikirkan. Hanya saja menjadi lebih putih dan bersinar dari biasanya.

Jujur saja, aku bukan tipe orang yang sangat merawat wajahku. Tentu saja karena harga untuk membeli produk perawatan tidak wajar bagi dompetku.

Dan entah bagaimana rambutku yang biasanya kubiarkan pendek seperti rambut lelaki. Tiba-tiba saja berubah panjang dan terlihat halus. Berwarna hitam legam yang membuatku seperti penjual-penjual produk di tv yang biasanya kutonton.

Tanganku tak henti-hentinya meraba setiap lekuk tubuhku. Aku yakin ini aku, tapi dengan versi yang berbeda. Dan kehidupan yang berbeda pula.

Seakan-akan saat ini aku sedang di alam mimpi.

Suara ketukan pintu sekali lagi menghentikan lamunanku.

"Kau terlalu lama, kau tau! Apa kamu tak ingat peraturan nomor lima puluh dua. Jangan pernah membuatku lama menunggu!" Seorang pria dengan jas yang tersampir di pundaknya. Cara berjalannya yang tegas menunjukkan wibawa kekuasaanya.

"Peraturan?" Lirihku membeo. Tiba-tiba saja aku merasakan hawa di sekitarku memanas. Dan terselip ketakutan yang amat sangat di diriku.

Jujur saja, aku bukanlah tipe orang yang mudah takut apalagi terintimidasi oleh orang. Aku tipe yang sebaliknya alias pemberontak. Dan poin plusnya aku bisa taekwondo.

Aku semakin terkejut saat melihat pria itu sudah berada tepat di depanku. Padahal suara langkah kakinya sangat tidak terdengar. Tidak mungkin ia berjinjit pelan-pelan ke arahku, bukan. Dan yang membuatku semakin bingung aura di sekitarnya menggelap dan lampu yang hidup mati memperkeruh suasana kamar ini.

Tangan kekarnya mencengkram daguku, dipaksanya mendongak menatapnya. Tinggiku yang hanya sebahunya membuat leherku sedikit terangkat.

"Kau pura-pura lupa, hah?" Suara basnya terasa menggelitik di telingaku. Membuat ketakutanku kian bertambah.

"Kau tadi berjanji akan ke kamarku dan menyerahkan dirimu!" Lanjutnya. Mataku spontan terbelalak mendengar ucapannya.

"Menyerahkan diri seperti apa maksudmu?"

Matanya berkilat tajam dan berubah warna. Ia semakin mendekatiku, salah, lebih tepatnya ke arah leherku. Gaun off shoulder ini memudahkan ia mengendus leherku.

Aku akui, aku sedikir menyesal dengan pilihan pelayan tadi. Gaun ini tidak terbuka, namun tipe off shoulder. Dimana bahu putihku terpampang jelas sekarang.

Tiba-tiba saja ia mengangkatku ke meja rias di belakangku. Membuat tinggiku setara dengannya. Dan sialnya, itu malah memudahkan ia untuk mengendus leherku lebih dalam. Kepalaku spontak mendongak dengan gelisah.

" Jika kau tidak ingin ke kamarku. Di sini juga tidak apa-apa. Kamarmu sendiri yang akan menjadi saksi penyatuan kita." Ia berbisik di telingaku dengan jarak dekat dan aku tidak bisa mundur karena sudah terpojok seperti ini.

Sudah kucoba untuk mengeluarkan jurus taekwondoku yang sempat kupelajari beberapa tahun yang lalu. Namun, anehnya tubuhku seakan tidak merespon tindakanku. Tubuhku sekarang terlalu kaku dan lemah.

Kepalanya berhenti mengendus bahuku dan terdiam di detak nadi leherku. Rasanya sangat dekat.

Bibirnya mengecup detakan itu berulang kali hingga tak lama kemudian kurasakan sakit yang teramat sangat di daerah sana.

Ini rasanya benar-benar seperti kamu tengah disuntik tepat di nadimu. Dan sesuatu dalam tubuhmu tersedot keluar.

Spontan aku mengerang kesakitan atas tindakannya. "Berhenti, tolong berhenti." Aku memukulnya tepat di lehernya yang seharusnya menjadi titik kelemahan seseorang.

Namun, pria ini tidak. Seakan ia tidak merasakan apa-apa atas tindakanku.

Sial, rasanya aku kekurangan tenaga dengan hisapannya yang tak berhenti-berhenti. Malah ia semakin ganas menyedotnya. Membuatku lama-kelamaan melemas, tanganku pun yang tadi tengah memukulnya sekarang terjatuh tepat di atas pahaku.

Mataku berkunang-kunang dan tidak lama kemudian, mataku terpejam.

Suara hisapan mulutnya masih terdengar dalam pingsanku sekalipun. Dan dengan teganya, ia tidak berhenti dan menahan tubuhku agar tetap pada posisiku saat ini.

Seakan aku akan menemui ajalku hari ini.

-----------

LIKE, COMMENT, SHARE YAA KALAU SUKA

KALAU GA, GA DILANJUT

BYEEE🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now