BAB 28

54.3K 3.1K 392
                                    

HELLOOO

MAAP YAAA KLO UPDATENYA SUKA LAMAA

SUKA ILANG IDE NJIR

BTWWW INI MSH POV SAMUEL YAAA

ENJOYYY

---------

"Jake, dia sangat ketakutan padaku."

Saat ini aku tengah ke kantor Jake dan berada di ruangannya. Hal yang langka aku bercerita pada Jake. Namun, kurasa tidak ada lagi yang bisa memberiku saran.

Jake pernah pacaran, kan. Pasti dia tahu tips and tricknya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jake penasaran.

"Aku hanya menciumnya, tapi dia melihatku sebagai monster," ucapku. Aku seperti seorang anak yang tengah mengadu pada ayahnya.

Jake menggeleng dan sudah mengira hal itu terjadi. Samuel memang bodoh. Semuanya mau dilakukan secara instan.

Jake jadi kasihan pada Bella, pasti dia ketakutan tiba-tiba dicium seperti itu. Apa pilihan yang tepat membantu Samuel?

Padahal Arabella bisa saja dengannya. Namun, Jake tidak bisa. Dia sangat senang melihat Samuel bisa mencintai seseorang, dengan benar.

Namun, Jake berjanji benar-benar memisahkan mereka berdua jika Samuel menyakiti Arabella lagi

"Coba kasih Arabella sesuatu, seperti bunga, coklat, pakaian, perhiasan. Terserah padamu. Beri dia hal yang membuatnya senang," saran Jake dengan sabarnya. Padahal saat ini ia tengah mengerjakan dokumen yang menumpuk di hadapannya.

Dan atas saran itulah, aku kembali ke kafe untuk menemui Arabella.

Aku tidak kuat meninggalkannya lama-lama. Bisa saja ada pria lebih tampan yang menarik perhatiannya atau lebih kaya. Aku tidak akan membiarkan hal itu.

Aku juga tahu sudah ada beberapa orang yang menyatakan cinta pada Arabella, yang untungnya ditolak. Jangan tanyakan bagaimana kondisi pria-pria itu sekarang.

Ada beberapa yang ku patahkan lengannya, ku robohkan rumahnya, atau ku bunuh. Aku tidak begitu ingat.

Namun, bisa ku pastikan mereka tidak akan menganggu wanitaku lagi.

"Kenapa kau memanggilku?" Tanya Arabella takut. Ya, aku memintanya untuk ke ruangan VIP, biar ada privasi. Dan aku bisa menikmati wajahnya sedekat ini.

Tanpa berlama-lama, aku memberikannya bunga, tapi bukan sembarang bunga. Uang senilai jutaan rupiah tergantung di bunga itu. Aku pintar, kan.

Wanita mana yang tidak suka bunga? Apalagi bunga uang?

Evelyn saja sangat suka. Arabella juga seharusnya begitu, kan.

"For you."

Arabella menatapku dengan aneh. Dia menatap bunga itu tanpa semangat yang kubayangkan. Bahkan wajahnya masih terlihat ketakutan jika melihatku.

Aku maju selangkah, dia malah mundur.

"Aku tidak bisa menerimanya. Aku bukan barang," ucap Arabella tanpa menatapku.

Hell, siapa yang menganggapnya barang? Apa karena aku memberikannya uang makanya dia berpikir seperti itu?

Padahal bunga ini spesial karena akan kuberikan kepada orang spesial pula.

"Baiklah, aku akan membuangnya jika kau tak mau."

Arabella tampak kaget dengan ucapanku. Padahal tidak ada yang salah kurasa. Barang jelek harus dibuang, kan.

"A-aku akan menerimanya saja," ucapnya. Sepertinya dia sangat takut aku membuangnya. Akan tetapi, syukurlah dia menerimanya.

Aku tersenyum lebar saat dia memeluk bucket bunga itu. Bahkan sangat Arabella jaga karena takut bunga itu jatuh. Wajah Arabella sampai tertutupi olehnya, membuatku kesal saja, kenapa aku membeli yang se besar itu sih.

 Wajah Arabella sampai tertutupi olehnya, membuatku kesal saja, kenapa aku membeli yang se besar itu sih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan memberikannya ke panti asuhan," ucap Arabella.

Aku terkejut mendengarnya. Kukira akan digunakan untuk dirinya sendiri. Uang segitu sangat cukup untuk membelikannya pakaian.

Aku sangat mengharapkan Arabella membeli bikini atau lingerie baru. Pasti sangat cantik.

Namun, aku tidak bisa memprotesnya. Terserah Arabella mau diapakan. Diterima saja sudah sangat menyenangkan bagiku.

Aku melihatnya yang masih kaku di hadapanku. Setidaknya aku dapat ciuman kan karena telah memberikannya sesuatu.

Biasanya jika dengan Evelyn, aku langsung bisa memasukinya. Dengan Arabella sulit sekali dan tidak tertebak.

"Apa kau mau menerimaku kembali?" Tanyaku. Sudah pasti iya, kan. Selama ini tidak ada yang pernah menolak Samuel.

Arabella semakin mundur dan bersiap akan pergi dari ruangan ini. Aku hanya menanyakan hal se simpel itu saja, dia aba-aba mau kabur.

"K-kurasa aku harus kembali bekerja."

Dia gugup dan berbalik akan meninggalkanku. Dengan cepat aku menahannya, aku memeluknya erat dan ku sandarkan kepalaku di bahunya.

Sebentar saja aku ingin menghirup vanila itu dengan jelas.

Tubuhnya kaku dan menegang. Ingin sekali aku mencium leher itu, bahkan menggigitnya hingga aku dapat merasakan vanila nya.

"Kalau begitu, boleh aku hanya menggigit lehermu?" Tanyaku hati-hati. Aku sudah tahu akan ditolak, tapi entah mengapa aku ingin Arabella mengiyakannya.

Bosan sekali meminum darah hewan. Tidak ada rasanya.

Aku ingin merasakan Arabella lagi, kenapa sulit sekali sih?

Arabella tampak semakin ketakutan dengan ucapanku. Sial, padahal aku sudah menahan diriku agar tidak tergoda olehnya. Aku ingin mengikuti saran Jake yang harus melakukannya secara pelan-pelan.

Tapi tidak bisa, rabbit ku sangat menggoda.

Diam saja aku bernafsu.

Aku memelas padanya agar dia mengizinkanku mengisap darahnya. Kau tahu kan vampir itu tidak dapat menahan lapar. Aku sudah tidak minum selama dua hari.

Tiga hari yang lalu aku meminum darah hewan dan aku tidak menginginkannya lagi, jadi aku menahannya hingga saat ini.

Tanpa kuduga, Arabella mengangguk.

----------

SABAR SABAR JGN JUDGE ARABELLA DULU

SAMUEL PAKE PELET KALI YA MAKANYA ARABELLA MAU😔

VOTE COMMENT JGN LUPAA

THANK UUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now