BAB 87

9.3K 882 40
                                    

ENJOYYY

-------

Arabella tiba-tiba saja pingsan. Matanya terpejam dan kepalanya terantuk ke dadaku, menggantungkan ku dengan kalimatnya yang ambigu.

Aku sangat berharap tadi, ku kira dia sudah mengingat semuanya. Yang ku khawatirkan adalah tubuhnya sedikit kejang-kejang setelah merasakan darahku.

Untungnya saat ini Arabella tidak begitu pucat lagi, dia sudah tertidur dengan tenang membuatku dapat bernapas lega.

Begitu pun dengan Bastian yang ikut bersandar di sebelahku. Kami berdua merasakan lelah yang sama.

Baru kali ini aku dapat waktu berdua dengan Bastian, biasanya dia akan menghindari ku dan menatapku tajam, kadang juga menggoda Arabella untuk menjauhi ku.

Tidak dapat ku bayangkan Bastian akan menjadi adik ipar, pasti sangat menyebalkan.

Namun mengingat cerita Arabella tadi, aku merasa beruntung ada yang menjaga wanitaku di saat-saat seperti ini.

"Terima kasih sudah melindungi Arabella, kalau tidak ada kau, aku tidak tahu bagaimana nasib little Samuel sekarang," ucapku dengan tulus.

Aku menatapnya yang membalasku dengan bingung. Kurasa hal yang aneh aku berterima kasih padanya, mengingat memang sudah tanggung jawabnya juga menjaga Arabella.

Aku pun memperjelasnya.

"Dari pemerkosaan itu, saat di hutan, Arabella menceritakannya padaku," lanjut ku memberitahunya lebih.

Tidak seperti dugaanku, wajahnya malah semakin mengerut dan menatapku bertanya seakan dia tidak tahu dengan apa yang ku bicarakan.

Terlihat sekali raut wajahnya yang terkejut.

"Diperkosa?! Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku tertidur di hutan dan saat terbangun aku menemukan Arabella hampir saja terbakar. Dia berada di kobaran api," jelasnya yang membuatku ikutan bertanya-tanya.

Mengapa dari sudut pandang Bastian dan Arabella sepertinya berbeda. Aku ingin menanyakan lebih lanjut, akan tetapi ku yakin Bastian pun tidak mengetahuinya, akan percuma saja.

Aku hanya menggigit bibir dalam, menahan rasa penasaran ini.

Ku yakin tidak mungkin Arabella berbohong. Kalau dia diperkosa, lalu siapa yang menyelamatkannya? Otakku jadi berpikir keras dibuatnya.

"Seharusnya aku yang berterima kasih, kau sudah membuat Arabella tertawa. Selama tiga hari ini kami hanya terus berlari dan bersembunyi. Kau tahu seberapa menegangkannya itu? Aku tidak menyangka Alarick kuat juga ternyata, ku kira hanya Dariel vampir terkuat yang pernah ku temui," ucapnya dengan sedikit tertawa, yang ku yakin itu hanya tawa paksaan.

Raut wajahnya terlihat capai dan tidak se cerah biasanya. Aku masih membencinya karena memisahkan ku dengan Arabella, namun aku mengerti perasaannya. Dariel memang tampak tidak bisa dibantah.

Aku ikut termenung dan melihat ke arah dinding, menelaah. Aku tahu seberapa kuat Alarick. Dia yang mengajariku untuk memanfaatkan orang lain. Hal itulah yang menjadikanku seperti ini.

Memanfaatkan darah Arabella dan menjadikannya Evelyn. Cerita lama yang tidak mau ku ulang kembali dan membuatku terpenjara sekarang.

"Dia hanya Daddy yang payah dan patah hati. Padahal sudah bertahun-tahun yang lalu. Alarick tidak sekuat itu, dia hanya mengandalkan pasukannya. Kenapa kalian tidak jadi menghapus ingatannya? Padahal sudah ku bantu! Dasar bodoh," ejek ku pada Bastian.

Wajahnya langsung cemberut dan menatapku bermusuhan, membuatku tertawa kecil dibuatnya.

Aku sudah beberapa kali ingin menghapus ingatan Alarick, hanya saja ku rasa tidak begitu penting, selagi tidak menganggu hubunganku dengan Arabella. Jujur saja aku tidak tahu akhirnya akan begini.

"Alarick mengetahuinya, dia bersembunyi dan menunggu pasukannya datang. Intinya aku dan Dariel tidak memprediksi hal itu. Tiba-tiba saja banyak vampir liar yang menyerang. Pasukan kami memang banyak tapi dibanding vampir-vampir itu, tentu saja kalah. Aku merasa tenang setelah bertemu denganmu, Sam, aku tidak bisa menjaga Arabella sendirian. Benar-benar payah, kan?" Tanyanya menunduk dan tidak berani menatapku.

Alisku menaik mendengar ucapannya yang tidak percaya diri itu. Kurasa hal yang wajar, Bastian masih vampir baru, dia pasti masih belum mengerti bagaimana kekuatannya bekerja.

Dan aku tidak bisa menyalahkannya.

"Kau sudah membantu dengan membawa Arabella padaku. Kita hanya harus keluar dari sini dan biar aku yang melawan Alarick. Bapak tua itu memang harus diberi pelajaran," tekadku kuat.

Aku sudah cukup lelah dengan kelakuannya yang selalu merugikan Arabella. Dari menculiknya hingga ingin membunuhnya. Aku benar-benar membenci seseorang yang berniat buruk pada wanitaku.

Tiba-tiba saja terasa pergerakan dari seseorang di pangkuanku, membuat perhatian kami teralihkan.

Perlahan Arabella membuka mata dan menyentuh keningnya. Sontak aku mendudukkannya dengan benar dan mengurut kepalanya lembut.

"Sam," lirihnya memanggilku.

Aku membalasnya dengan gumaman dan menatapnya lekat, memastikan dia baik-baik saja.

"Jangan tinggalkan aku lagi, please, aku takut dan rasanya hampa. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku benar-benar merindukanmu, Sam," mohon Arabella dengan mencengkram bahuku.

Dapat ku lihat wajah Bastian yang tertegun dan merasa semakin bersalah. Ku harap setelah ini dia menyadari bahwa aku dan Arabella memang tidak dapat dipisahkan.

Sejak penyatuan, kami bergantung satu sama lain. Tidak hanya soal darah, namun jiwa, pikiran, dan perasaan. Aku dan Arabella sudah seperti dalam satu tubuh yang sama.

"Aku tidak kemana-mana, Bella. Jangan khawatirkan apapun lagi. Kau aman bersamaku."

Aku mengelus punggungnya dan membiarkannya bersandar pada dadaku. Akhirnya Arabella dapat bernapas lega dan keningnya tidak mengerut lagi.

Walaupun aku sedikit sedih dia belum mengingatku. Namun, kini aku tidak gelisah lagi selama Arabella berada di sisiku.

Tanpa ku sadari, tangan Arabella menuju rantai yang mengikatku dan menggenggamnya.

Setelah kurasakan aura panas dari sana, refleks mataku melihatnya. Tangan Arabella yang memanas dan berwarna orange, seakan dia menyimpan banyak api di sana.

Aku sedikit melotot dan menatapnya tidak percaya. Tidak jauh beda dengan reaksi Bastian yang langsung menjauhi kami.

"Ahh api api, bahaya!" teriaknya memenuhi ruangan ini, dasar chicken.

Dengan mudahnya api itu membakar borgolku dan membuatnya terlepas. Bahkan besi-besi di sana terlihat mencair dan Arabella tidak tampak kesakitan sama sekali.

Dia tersenyum canggung dan terlihat bingung menjelaskannya.

"Ah iya, aku baru ingat jika tubuhku bisa mengeluarkan api. Hmm jangan takut, Sam, ini tidak akan membahayakan mu. Aku berjanji," ucapnya seperti takut aku akan lari hanya karena melihat api itu.

Aku malah menatapnya kagum dan tidak percaya. Ini semua menjawab pertanyaanku tadi. Aku tidak tahu darimana kekuatannya, selama itu dapat melindungi Arabella, aku benar-benar bersyukur.

Di samping itu, aku tersenyum mesum dengan pikiran nakal ku. Astaga, di saat seperti ini saja isi otakku selalu mengarah ke sana.

Arabella yang hanya diam dan menatapku dengan tatapan polosnya itu membuatku ingin menyentuhnya lagi dan lagi.

"Aku tidak takut, Bella. Aku jadi membayangkan jika kita melakukannya di atas api dan kau yang bergerak liar di atasku. Aku tidak sabar merasakan milikmu yang menghangatkan ku, rabbit."

-----------

EHEHEHEHEE SAM LU EMG MESUM AKUT SIH

LAGI SERIUS INI WOI MALAH MIKIR KE SANA

HERMAN DEH GUE

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAAAA BIAR GUE CEPET UPDATE

LOVE YOUUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now