BAB 12

86.4K 3.4K 43
                                    

HELLO AGAINNNN

SYULIT YAH TERNYATA 10 VOTE

JADI YASUDAH GUE UPDATE AJA

SIAPA YANG NUNGGUIN?!☝️

ENJOYY🤍

---------

"S-samuel," panggilku lemas. Rasanya sangat nanggung seperti sudah di ujung tanduk lalu dihentikan begitu saja.

"Apa sayang?" Samuel menggodaku dengan bisikannya yang serak itu. Dia menjilat-jilatku dari telinga hingga ke leher. Namun, bukan itu yang kumau.

Aku ingin Samuel kembali memainkan jarinya di bawahku. Vaginaku masih berdenyut merasakan gelinya. Aku mau lebih. Aku mau cairan itu keluar dan merasakan puncak klimaks lagi.

Aku menatapnya memelas. Sedangkan Samuel, dia pura-pura tidak peka dan menunggu ucapanku.

"Memohonlah, rabbit."

Matanya yang tajam itu menatapku berkabut, begitu pula dengan mataku yang sama-sama bergairah.

Aku menggeleng pelan, tidak mau memohon padanya. Akan tetapi sangat sulit menahan sesuatu yang sudah ingin keluar.

Dengan memberanikan diri aku menyentuh tangannya. Ya, tanganku sudah terlepas dari jeratannya. Aku membawa tangan itu ke arah vaginaku.

Mataku beralih menatap hal lain karena terlalu malu untuk menatap Samuel.

Astaga, apa aku terlalu agresif jika begini. Tapi bodo amat aku sudah tidak kuat lagi.

Jarinya sudah ku letakkan di vaginaku. Samuel tersenyum senang dengan tingkahku. Sayangnya dia tetap tidak menggerakkan jarinya.

Wajahku sudah menunjukkan bahwa aku sangat frustrasi.

"S-samuel, please," mohon ku pada akhirnya. Tubuhku terasa bergetar saat mengucapkannya.

Samuel menyeringai dan dengan cepat dia menggerakkan jarinya. Tidak tanggung-tangung dia memasukkan ketiga jarinya sekaligus.

"AHH AHHH SAMUEL." Aku mendesah sangat keras karena jari itu bergerak dengan cepat di dalamku.

Punyaku serasa di acak-acak olehnya. Samuel bergerak tidak tentu membuatku semakin kegelian.

"Ahh enak ahh," tanpa sadar aku mendesah se sexy itu. Samuel semakin berkabut melihatku yang terangsang olehnya.

Tanganku pun sudah sedari tadi mengacak-ngacak rambutnya tuk jadi pelampiasanku. Aku remas rambut Samuel dengan kuat saat klimaks itu hampir keluar.

Rasanya lebih geli daripada yang tadi. Seperti dua kali lipat.

Aku mendesah kegilaan, dadaku membusung hingga putingku mengenai jasnya.

Tiba-tiba saja Samuel menaikkan kakiku ke pinggangnya hingga aku hanya berdiri dengan satu kaki. Dan parahnya ini membuatku semakin terangsang. Pahaku terbuka lebar, terlihat jelas bagaimana tangan Samuel memainkannya.

Cairanku benar-benar sudah di ujung tanduk.

"AHHH SAMUEL," teriakku saat cairan itu keluar.

Mataku terpejam erat dan badanku melengkung ke belakang. Vaginaku sangat berdenyut masih mengeluarkan cairan itu. Cairan yang sangat banyak hingga menetes ke pahaku dan jas Samuel.

Aku yang tidak kuat menaruh kepalaku di bahunya. Jika tidak, mungkin aku sudah tumbang sekarang.

Samuel menurunkan kakiku dan melepaskan jarinya dari vaginaku. Jarinya dipenuhi cairan bening yang sangat banyak.

Aku terkejut melihat Samuel yang dengan santainya menjilati jari itu. Bahkan dia mengemutnya hingga cairan tersebut digantikan oleh salivanya.

"Hmm rasanya seperti vanila hangat dan sangat kental. Enak, sayang," ucapnya memuji cairanku.

Entah mengapa hal itu membuatku sedikit terangsang.

Mataku masih merem melek tidak dapat melihatnya dengan jelas. Aku mengantuk sekali seperti ingin tidur.

Samuel menahan pinggangku dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelahnya lagi masih menjilat cairanku.

Aku mengambil napas sebanyak-banyaknya seakan sudah lama tidak merasakan udara. Lelah sekali.

Aku melihat bajuku yang sudah robek dan tidak bisa kupakai lagi. Tidak mungkin kan aku keluar dengan telanjang. Bagaimana jika ada yang melihat? Itu akan sangat memalukan.

Tiba-tiba saja Samuel membuka jasnya dan kemeja yang dia pakai. Samuel memakaikan kemeja putih itu padaku dan mengancingkannya. Aku hanya diam, lemas dengan apa yang baru saja terjadi. Napasku juga masih ngos-ngosan.

Samuel yang paham aku tidak kuat berjalan, menggendongku. Jangankan berjalan, berdiri saja kakiku gemetaran.

Samuel menggendongku bridal style, aku yang masih malu menutupi wajahku di dadanya. Sesekali Samuel mencium lembut keningku.

"Kau sangat payah, rabbit, baru dimainkan jari saja kau sudah selemas ini," ejeknya padaku.

"Bagaimana jika penisku yang masuk?" Bisiknya sensual.

Wajah Samuel berseri-seri setelah mengatakannya. Jangan bilang dia mengkhayalkan nya. Tidak, aku tidak mau, titik.

Suara Samuel masih serak menandakan jika dia masih bergairah. Tapi aku tidak peduli karena masih merasa lemas dan tidak bertenaga.

Aku tidak membalas ucapannya yang kurang ajar itu. Lebih baik aku tidur, karena sedari tadi mataku sudah merem melek tidak kuat untuk membuka mata.

Tidak berapa lama aku terpejam dan semuanya berubah gelap.

"Mimpi indah, cantik," bisiknya sebelum aku benar-benar jatuh ke alam mimpiku.

--------

Aku membuka mataku setelah tertidur dengan sangat lama. Pinggangku rasanya mati rasa dan vaginaku masih berdenyut seakan merasakan lagi jari Samuel di sana.

Kemeja Samuel sangat besar di tubuhku, bahkan nyaris sampai lututku. Tentu saja itu karena badan Samuel yang tinggi dan bahunya yang lebar.

Aku merasa lebih nyaman menggunakan baju tertutup seperti ini. Ditambah wangi Samuel yang melekat di kemeja itu. Entah mengapa membuatku nyaman.

Aku sekarang tengah sendiri di sebuah kamar. Aku menyadari jika aku masih berada di kantor Samuel, terlihat dari jendela kamar ini yang hanya menampilkan awan.

Rasanya aku ingin pulang dan cepat-cepat mandi. Tubuhku terasa sangat lengket, apalagi bagian bawahku.

"Kau sudah bangun?"

Aku seketika mengalihkan pandanganku pada orang itu. Jake.

Sejak kapan dia duduk di sana? Apa dia melihatku tidur?

"Tidak perlu terkejut, sayang. Ini kemampuanku, aku bisa menyelinap kemana saja tanpa sepengetahuan siapapun. Aku bisa menembus pintu dan menjadi tidak terlihat, keren bukan?"

Senyum di wajahnya itu melebar saat dia menyombongkan kemampuannya padaku. Tunggu, kemampuan?

"Apa semua vampir memilikinya?" tanyaku penasaran.

"Ya, tapi tiap vampir berbeda-beda," jelasnya singkat.

Aku jadi penasaran apa kemampuan Samuel selain mesum dan marah-marah.

"Lalu Samuel, apa kemampuannya?"

Jake tersenyum mencurigakan dan mendekatiku. Perlahan-lahan aku mundur menjauhinya. Instingku mengatakan dia juga berbahaya, tidak jauh beda dengan Samuel.

"Aku akan menjawabnya, tapi biarkan aku mencicipi darahmu, bagaimana?"

--------

VOTE COMMENT JANGAN LUPAAA!!

LIATT TUU DI BAWAH KIRI ADA BINTANG KAN, PENCET!! GA SUSAH KOK SUER

BYEEE🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now