BAB 43

36K 1.8K 54
                                    

Arabella POV

Jake mendekatiku dan mengurungku ke dinding. Aku tidak bisa kabur dengan cepat, bagian bawahku masih terasa sakit.

Tanganku ditahannya di atas kepala. Jake menatapku lekat dan mendekatkan kepalanya padaku.

Dia menciumku dengan kasar dan penuh nafsu, seakan memang sudah ditahannya sejak lama. Bibirku dipaksa dibuka oleh bibirnya dan langsung memasukkan lidahnya.

Rasanya tidak nyaman.

"Ahh Jake!" Aku berusaha mendorongnya dengan dadaku. Namun, sepertinya Jake semakin terangsang.

Perih sekali bibirku dimainkannya. Jake lumat dan gigit dengan kencangnya hingga bibirku berdarah.

"Darahmu manis sekali," bisik Jake tersenyum puas.

Bibirku sudah mengeluarkan darah hingga sedikit tercecer ke daguku, seperti mati rasa. Dan dengan tidak berperasaan Jake mengisapnya dengan kuat di bagian darah itu.

Ya, sudah lama aku tidak memberinya darah. Jake menyalurkan nafsunya itu saat ini.

"AHH," teriakku saat Jake membuatnya semakin berdarah. Ku yakin bibirku sudah sangat bengkak akibat ulahnya.

Langkah kaki terdengar lebar dari arah sampingku. Aku terbelalak dan panik, tidak mau Samuel melihat hal ini. Aku takut jika dia salah paham.

Jake yang merasakan kehadiran Samuel, menghentikan ciumannya. Dia menatap menantang pada Samuel, sudah tidak ada lagi aura persahabatan di antara mereka.

Jake mengusap darah yang mengalir dari bibirku dan menjilatnya di depan Samuel.

"Rasanya manis, kau sudah mencobanya, kan? Arabella memberikannya padaku juga secara cuma-cuma. Kau bukan satu-satunya, Sam," ucap Jake membuatku mengerut.

Aku tidak pernah memberinya pada Jake, dia yang memaksaku. Samuel menahan dirinya, akan tetapi tetap terlihat urat di lehernya yang menebal.

Tanpa aba-aba, Jake menyentuh payudaraku dan meremasnya. Kalau saja tanganku tidak ditahannya, sudah pasti ku hajar pria itu. Jake menyentuhku di depan Samuel. Pikiranku sudah berkelana takut Samuel salah paham pada posisi kami dan ucapan Jake yang selalu ambigu.

"Aku sudah merasakannya juga, sangat sempit, kan?"

Lagi dan lagi Jake memancing amarah Samuel. Tidak seperti biasanya, Samuel hanya diam dan menatap tajam Jake.

Biasanya akan ada perkelahian. Namun kali ini tidak, entah mengapa aku sedikit kecewa melihat Samuel terdiam.

"Lepaskan wanitaku, Jake, dan berhentilah berbohong. Kau sangat payah."

Samuel menghempas tangan Jake dan menarik ku hingga bersembunyi di belakangnya. Tanganku yang kebas terlihat sedikit merah karena kekejaman Jake. Belum lagi Samuel yang menarik ku dengan kencangnya.

Dua pria ini tidak ada lembut-lembutnya.

Setidaknya aku masih paham Samuel seperti itu karena amarahnya.

"Aku pacarnya, tentu saja hal yang normal untuk bercinta, kan. Dulu kami sering melakukannya." Jake tertawa mengejek.

Aku tahu dia berbohong. Namun, entah mengapa aku jadi takut itu memang nyata. Aku tidak ingat apa-apa tentang masa lalu, sedangkan Jake sudah mengingatnya.

Dan sekelebat aku memang merasakan kami pernah melakukannya, walaupun aku tidak tahu sampai sejauh mana.

"Teruslah berkhayal Jake, Bella masih perawan saat ku sentuh," kekeuh Samuel.

Aku menggenggam erat tangan Samuel takut pria itu hilang kontrol akibat amarahnya. Tanganku mendingin menunggu jawaban dari Jake. Entah dia berbohong atau tidak, aku tetap deg-degan.

"Kau yakin itu darah perawannya? Kulihat ada bekas gigitan di pahanya."

Aku menatap ke bawah dan benar saja ada bekas gigitan di sana. Aku baru ingat sebelum Samuel memasuki ku, dia menggigitku. Tidak hanya di leher, sebenarnya dia menggigitku di banyak tempat.

Jantungku berdetak karena ucapan Jake yang terdengar meyakinkan.

"Bella tetap milikku," tekan Samuel tanpa mau dibantah.

Tangannya terkepal ingin menghajar Jake, jika tidak ingat bahwa Jake adalah sahabatnya. Dan aku sedikit kagum dengan Samuel yang kini tidak selalu mengandalkan kekuatan.

Jake menyeringai dan menatap kami berdua dengan sinisnya. Aku jarang melihatnya seperti ini. Jake memang akan berubah jika keinginannya tidak terpenuhi. Apalagi jika sedang bernafsu seperti sekarang.

"Mungkin sekarang tidak berhasil, namun aku akan pastikan Bella lebih memilihku. Aku yang lebih dulu memasukinya."

Lalu, Jake menatapku dan mengelus pipiku. Wajahnya dia dekatkan dan berbisik di telingaku.

"Dan kau manis, aku tidak akan bersikap baik lagi jika itu pilihanmu. Aku akan mendapatkanmu bagaimanapun caranya," ucap Jake dengan yakinnya.

Dia melenggang pergi menjauhiku dan Samuel yang terdiam. Samuel memang tidak melawan, akan tetapi tangannya sangat kuat mencengkram ku.

Tiba-tiba saja Samuel mengangkat ku dan membawanya ke atas meja. Tanpa ada sepatah katapun, Samuel menelanjangiku di meja makan ini. Aku malu akan tetapi aku membiarkannya. Samuel tengah melampiaskan cemburunya.

Aku malah takut Samuel salah paham karena ku yakin semua ucapan Jake itu bohong. Kita tidak pernah bersetubuh. Ku yakin hanya Samuel yang pernah merasakan ku.

Samuel masih mengeras dan mencengkram daguku kuat.

"Aku ingin membuktikan sendiri apa kau pernah disentuh olehnya," lirih Samuel tersirat nafsu di sana.

Tangannya bergerak membuka bawahan kami. Samuel menekan pinggangnya dan penisnya masuk begitu saja ke vaginaku. Aku yang belum siap mencengkram bahunya kuat.

"Puaskan aku, rabbit. Bergeraklah seperti saat kau bermain dengan Jake."

--------

GMN SIH SAM LANGSUNG PERCAYA GITU AJA

HARAP BERSABAR YAH SAMA SAMUEL

APALAGI SAMA JAKE

CKCKCKCKK

JANGAN LUPAAA VOTE COMMENT OKEE

THANK UUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now