BAB 61

18.5K 1.4K 27
                                    

UPDATE JUGAAAA

SO SORRYY YAH GES GUE LEBIH FOKUS NOVEL SEBELAH

YANG BARU EMG SUKA LEBIH MENGGODA

BUTTTT NOVEL INI BAKAL GUE BERESIN SAMPE TAMAT, TENANGG

BTWWW GMN COVER BARUNYA COCOK GA SII??

ENJOYYY

--------

Arabella POV

Sejak malam saat kami dikejar penjaga itu, aku dan Bastian menyasar di tengah hutan, tanpa adanya tanda kehidupan.

Aku sudah berusaha mengelilingi hutan itu, tapi sepertinya kami hanya memutar. Ditambah hari sudah malam, tidak ada cahaya sama sekali.

Akhirnya aku dan Bastian memilih tidur di hutan itu, kami hanya tidur dengan menumpu pada pohon. Tidak lupa membuat kayu bakar agar tetap hangat.

Aku kasihan pada Bastian yang tidak mengenakan atasan sama sekali.

"Brr dingin, hmm," gumam Bastian dalam tidurnya, dia menggigil. Sontak aku kembali terbangun dari tidurku saat mendengarnya.

Bastian masih memejamkan matanya, akan tetapi tangannya memeluk dirinya sendiri.

Dengan perlahan, aku membawa kepala Bastian menyender pada dadaku. Ku peluk dia dengan erat walaupun tidak sepenuhnya.

Badanku terasa pegal karena Bastian mengimpitnya. Tanganku juga kebas terus berada di posisi ini.

Namun, setidaknya kini Bastian nyaman.

"Maaf sudah membawamu ke hutan ini. Sweet dream!" ucapku sebelum benar-benar menutup mata.

Mungkin tanganku akan mati rasa esok hari, aku tidak peduli.

Saat aku terbangun, ku kira masih berada di hutan. Ternyata, aku sudah berpindah.

Aku tidak tahu dimana. Kamar ini sangat besar dan luas. Belum lagi kasurnya yang empuk seperti kasur kerajaan.

"Kau sudah bangun?" Tanyanya menyender pada pintu. Bastian.

Aku mengangguk masih dengan kepalaku yang pusing baru saja bangun tidur.

Aku bersyukur Bastian sudah mengenakan bajunya dan luka-lukanya sudah diobati, entah oleh siapa.

Bastian mendekatiku dan dengan tidak sabar ingin melihat keadaanku.

"Kau tidak apa-apa? Maksudku kau terlihat baik-baik saja. Ah sudahlah aku tidak peduli juga dengan keadaanmu. Keluarlah, seseorang menunggumu," ucapnya dengan wajah khawatir. Namun, ucapannya bertolak belakang.

Ya, kurasa Bastian masih gengsi padaku.

Dibanding itu, aku lebih penasaran sekarang ada dimana. Padahal niatku tadinya setelah keluar dari hutan adalah kembali pada Samuel. Sepertinya sulit.

Belum sempat Bastian keluar dari kamar ini, aku memanggilnya. Rasa penasaranku tidak dapat ditahan lagi.

"Tunggu! Kita ada dimana?"

Bastian membalikkan badannya dan menatapku lekat. Auranya terlihat dingin seakan tidak mau memberitahuku.

"Rumah ayah, Dariel. Seharusnya kau mengenalnya," lirihnya yang masih dapat ku dengar.

Entah perasaanku saja atau Bastian memang tidak nyaman membahas tentang ayahnya.

Tunggu? Ayah? Aku menganga menyadari jika sekarang kami berada di rumah Dariel.

Dariel, ayahku yang sejak lama sudah meninggalkanku, juga meninggalkan Bastian.

Pikiranku semrawut memikirkan bagaimana bisa Bastian dan Dariel saling kenal. Dariel sudah membuang Bastian sejak dia lahir.

Tidak dapat dipungkiri, perasaanku berdebar akan menemui Dariel. Banyak kenangan buruk tentangnya, walaupun aku tidak begitu ingat.

Dari cerita ibu, Dariel adalah sosok yang tidak pantas disebut sebagai seorang ayah.

"Bagaimana bisa kita tiba-tiba berada di sini?" Tanyaku tidak sabar saking penasarannya.

Bastian mendekatiku dan duduk di sebelahku. Dia berbalik dan menunjukkan chip di belakang telinganya.

"Ayah mengirim sinyal padaku. Ya, selama ini aku berada di sini," jelasnya membuatku tercengang.

Entah siapa yang harus ku percaya, akan tetapi sudut pandang ibu dan Bastian sepertinya berbeda.

Ternyata, Bastian tidak pernah dibuang.

Aku menahan tangannya yang hendak kembali berdiri. Ku paksakan dia untuk duduk kembali.

"Ceritakan padaku, semuanya!" pintaku dengan penuh harap.

Bastian menatap pergelangan tanganku dan melepaskannya. Tatapannya tajam kepadaku seperti saat pertama kali kita bertemu.

"Siapa kau mengatur-atur ku? Kita tidak se kenal itu, Bella."

Jujur saja ucapannya menyakitiku. Ku kira saat di penjara kemarin, hubungan kita membaik. Apa yang ku harapkan? Aku baru bertemu Bastian kemarin, tidak mungkin bisa langsung akrab.

Aku harus mewajarinya. Sejak awal bertemu Bastian, dia memang sosok yang dingin.

"Terima kasih sudah menjagaku semalam. Walaupun ku akui kau bodoh berlari ke tengah hutan seperti itu. Untung saja chip ini bisa diandalkan," ucapnya sebelum pergi meninggalkanku.

Aku melihat punggung Bastian menjauhiku seakan memang ada jarak antara kami.

Aku jadi rindu pada Bastian yang manja padaku. Sepertinya dia membentengi diri untuk menutupi sifat itu. Aku ingat Bastian tidak mempercayai keluarga.

Kalau begitu, sudah menjadi tugas bagiku untuk menunjukkannya. Akan ku beri dia kehangatan hingga es itu mencair.

Kakiku perlahan melangkah ke arah pintu dan membukanya. Di luar kamar, ruangannya terlihat lebih besar dengan plafon yang sangat tinggi.

Aku mengikuti jejak Bastian yang menuju ke suatu ruangan. Begitu dia masuk, aku pun menyusulnya.

Seseorang di balik jendela tampak serius tengah melihat keluar sana. Figurnya terlihat gagah dan berkharisma dari belakang, seakan memang orang yang sangat penting.

"Aku sudah membawakannya, ayah. Cicipilah sepuasmu, aku tidak akan peduli," ucap Bastian sebelum benar-benar pergi meninggalkanku dengan seseorang itu, Dariel.

Ku lihat Bastian mencengkram tangannya erat seperti tidak rela meninggalkanku. Namun akhirnya dia tetap keluar.

Aku sedari tadi menegang saat Bastian mengatakan hal itu, cicipi apa maksudnya?

Dariel membalikkan badannya dan tampak sosok kebapakan di sana. Namun, dibanding itu aku lebih fokus pada tatapannya yang sayu menatapku.

Dia tidak seseram yang ku bayangkan.

"Arabella, anakku!"

----------

YEYEYEYEYEY BERESSS

G NYAMPE SATU JAM INI KEBUT BGTT NGETIKNYA

CAPE YA DUA NOVEL OTAK GUE KEBELAH

TAPI TETEP GUE USAHAIN!!

GIMANA EKSPEKTASI KALIAN SAMA DARIEL?

SEMOGA PADA SUKA YAHHH

JANGAN LUPA VOTE COMMENTSS

LOV UUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now