BAB 39

40.5K 2.3K 111
                                    

ALERTTTT ADA DEWASANYA

ENJOYY

------

Samuel POV

Aku membuka baju Arabella dengan perlahan. Tidak ada penolakan darinya. Dia menatapku lekat tanpa rasa takut.

Aku merasa lega dan semangat untuk melanjutkannya. Walaupun masih ada keraguan di hatiku. Aku tidak mau Arabella melakukannya dengan terpaksa.

"Apa kau ingin melanjutkannya?" Tanyaku kembali memastikan.

Arabella dengan malu-malu mengangguk. Rabbit-ku manis sekali. Aku mengambil rambutnya yang menghalangiku melihat wajahnya. Wajahnya memerah dan tidak berani menatapku.

"Tidak ada penyesalan?"

Aku menggigit bibir dalamku. Takut jika Arabella berubah pikiran.

Arabella kembali mengangguk dengan lugunya. Tidak dapat ku tahan aku tersenyum. Aku tidak pernah melihatnya pasrah seperti ini tanpa paksaan.

Tanpa lama-lama lagi aku membuka bajunya. Bahkan aku robek saking tidak sabarnya.

Arabella menutupi payudara dan kemaluannya dengan tangan kecilnya. Padahal aku sudah pernah melihatnya, akan tetapi dia pemalu sekali.

Jujur aku tidak pernah melakukannya dengan perawan. Aku jadi ikut gugup dan tidak sabar.

"Bisakah lampunya dimatikan? Aku malu," ucapnya lirih.

Aku mencium keningnya dan berjalan untuk mematikan lampu. Hanya lampu tidur yang masih menyala. Di suasana remang-remang ini aku semakin bernafsu.

Aku menghimpitnya dan mulai bermain dengan bibirnya. Ku kecup dengan lembut dan sesekali ku lumat.

"Kenapa kau memberikannya padaku?" Tanyaku penasaran.

Arabella mengalihkan pandangannya dariku dan terlihat sangat gugup.

"Aku juga mencintaimu," bisiknya yang hampir tidak terdengar. Akan tetapi aku mendengarnya.

Jantungku berdegup kencang seperti tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Dulu Evelyn palsu mudah sekali mengucapkan hal itu sehingga aku tidak merasakan gugup lagi.

Namun, saat Arabella yang mengatakannya, aku jadi gugup dan malu.

Ku sembunyikan wajahku di antara kedua dadanya, tersenyum lebar setelah mendengar hal tersebut.

"Sudah tidak takut lagi padaku?"

Arabella berpikir lama dan menjawabnya ragu. Apa yang kuharapkan, tentu saja dia masih takut. Tidak lama, Arabella menggeleng.

"Lakukanlah," ucapnya yang membuatku berbunga.

Aku tahu Arabella takut, akan tetapi dia tahan. Syukurlah dia tidak menolak ku.

Aku mulai turun ke arah lehernya dan membuat banyak kissmark di sana. Saat sampai di bagian lehernya, aku jilat dan merasakan vanila itu sangat dekat.

Jika saja tidak aku tahan, pasti sudah ku gigit dan ku habisi darahnya. Tapi sekarang, aku tidak mau melakukannya tanpa persetujuan Arabella.

Arabella menatapku dan memiringkan kepalanya. Dia menyiratkan bahwa aku boleh menggigitnya.

"Aku akan melakukannya dengan lembut."

Semakin mendekati leher itu, taringku keluar begitu saja. Sudah lama aku tidak merasakan darah Arabella. Apalagi dari lehernya langsung, itu hal yang sangat nikmat.

"AHHH," teriaknya kesakitan. Arabella mencengkram bahuku denga kuatnya. Padahal sudah ku gigit dengan lembut, tetap saja menyakitkan.

Aku tidak tega, tetapi rasanya enak sekali. Aku menghisapnya perlahan.

Darah itu mengalir ke tenggorokanku seperti madu. Rasanya sangat manis dan membuatku candu. Tiap hisapanku diiringi teriakan kesakitan Arabella. Akhirnya aku melepasnya.

Mulutku masih penuh dengan darah dan berjatuhan di wajahnya. Arabella yang dipenuhi darah itu sexy sekali. Warna merah darah sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Aku menjilat jatuhan darah itu dan merasakan kenikmatannya.

Arabella tampak sangat lemah dan terengah-engah. Aku merasa bersalah telah membuatnya seperti itu.

"Kau tahu pasangan vampir biasanya saling meminum darah. Kau mau mencoba darahku?" Tanyaku.

Arabella menatapku ragu dan ketakutan. Akan tetapi, dia mengangguk. Aku tersenyum lebar dan menggigit pergelangan tanganku sendiri.

Ku arahkan tanganku ke mulutnya. Dengan gemetar dia menjilatnya.

Wajahnya mengerut tidak suka dengan rasanya. Manusia tidak akan suka dengan darah, berbeda dengan kami. Namun, aku tetap merasa senang Arabella melakukannya.

Artinya, kami sudah bersatu.

Bagi kaum vampir, hal ini lebih intim dari seks. Penyatuan darah hanya bisa dilakukan sekali dengan orang yang benar-benar dicintai.

"Rasanya tidak enak," jujurnya ingin memuntahkan darahku, tetapi aku tahan. Arabella harus menelannya.

Aku mencium bibirnya dan terpaksa dia menelan darahku.

"Kau akan terbiasa, rabbit."

Arabella menatapku polos yang membuatku tidak tahan untuk menciumnya. Kucium bibirnya dengan lembut dan dia membalas ku. Walaupun masih kaku, akan tetapi rasanya enak sekali.

Kumainkan lidahnya dengan lidahku. Sedangkan Arabella dia hanya pasrah membuka mulutnya tidak tahu harus melakukan apa.

Aku melepaskannya setelah dia memukul dadaku. Arabella mengambil napas sebanyak-banyaknya.

Aku turun ke bagian gunung kembarnya yang sangat menggoda. Arabella masih mencoba menutupnya, namun dengan perlahan aku membukanya. Aku menatap keduanya dengan intens.

"Jangan tatap aku seperti itu, aku malu," ucap Arabella ingin kembali menutupi dadanya, dengan cepat aku menahannya.

"Aku menyukainya."

Aku memainkan sebelah payudaranya dengan mulutku dan sebelahnya lagi dengan tanganku. Ku tatap wajahnya yang sangat terangsang saat aku mainkan. Arabella sangat sexy, aku bisa gila.

Namun, aku tidak mau berlama-lama di sini. Aku tidak sabar dengan hal selanjutnya.

"Saatnya hidangan utama. Kau siap rabbit?"

--------

PADA SIAP GAAAA???

GUE GA BOONG TUH YAAA. MEREKA EHEM EHEM PAS UDAH SALING JATUH CINTA.

LANJUT GA NII? APA LANGSUNG PAGI AJA? AHAHAHAHA

VOTE COMMENT JANGAN LUPAA

LOV UUU🤍



Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now