BAB 72

17.4K 1.4K 107
                                    

OMGGG UDH LAMA BGT G UPDATEEE?

PD NUNGGUIN GA SIHHH?

GUE SIBUK BGTT, INI AJA DISEMPET-SEMPETIN EHEHEHHEE

SORRY YAHH UPDATE MALEM MULU

ADA YG MSH BANGUNN? AHAHAHAHA

ENJOYYY

-------------

Badanku menegang mendengar ucapan Samuel. Dia tidak mungkin serius akan menculikku, kan? 

Keluargaku pasti semakin tidak menyukai Samuel jika dia melakukannya dan aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku sudah berniat membujuk Dariel, hanya saja memerlukan waktu.

Dariel sepertinya orang yang keras dan tidak mudah luluh.

"Aku tidak akan kemana-mana, Sam. Kemarin kau sudah menyetujui untuk meminta izin Babas dan ayahku," ucapku sedih.

Padahal aku sangat senang saat dia menyepakati hal itu.

Pelukan Samuel semakin erat tanda dia merasa berat dengan ucapanku dan dagunya menempel pada bahuku. Tangannya tidak berhenti mengelus di bagian perut.

"Ribet," lirihnya singkat padat jelas, bibirnya melengkung ke bawah dan mengerucut.

Aku merenung dibuatnya. Samuel memang tidak suka hal-hal yang menurutnya kompleks. Dia suka cara instan.

Dulu saja dibanding membuatku jatuh cinta, Samuel lebih memilih untuk mengurungku. Apalagi untuk membujuk Bastian dan Dariel, sepertinya membutuhkan bertahun-tahun untuk itu.

Aku harus meyakinkannya. Karena ku tahu, urusannya akan semakin panjang jika kita pergi diam-diam.

"Tidak ribet, sayang, aku akan mendukungmu. Dan juga ada buah hati kita di sini, kan," ucapku menumpu tangannya dengan tanganku. 

Dapat kurasakan badannya menegang saat aku mengucapkan kalimat itu. 

Tanpa aba-aba, Samuel membalikkan badanku dan memojokkanku ke dinding. Matanya menatapku lekat dan penuh rindu.

"Sejak kapan kau se menggoda ini, rabbit?" tanyanya melihatku dengan gemas. 

Samuel tersenyum lebar seperti anak kecil yang diberikan permen. Sepertinya kata-kata dukunganku berhasil, lihat saja matanya yang berbinar itu. 

Sepertinya semakin hari aku semakin tahu cara mengendalikan Samuel.

Dia memang pemarah dan juga baperan. Samuel akan mudah marah jika dipancing, namun juga akan cepat senang jika aku mengucapkan hal-hal yang manis untuknya.

"Jangan kabur, Sam. Kita pasti bisa menghadapi Babas dan ayah," bujukku. Tanganku membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

Lalu turun ke pipi dan dagunya. Bulu-bulu di sana tampak sedikit lebat seperti sudah lama tidak dicukur. Padahal hanya ditinggalkan sebulan, kurasa Samuel tidak menjaga dirinya dengan baik.

Akhirnya dengan pasrah Samuel mengangguk. Dia mengambil tangan nakalku yang menelusuri wajahnya dan menciumnya lama.

Tatapan memujanya tidak pernah putus memandangku. 

Rasanya hatiku meleleh. Apalagi jarak kami yang kurang dari lima sentimeter, dia semakin terlihat tampan.

"Berjanjilah selalu di sisiku," pintanya.

Aku tersenyum dan mengangguk yakin. Aku tidak mungkin menjauh dari Samuel. Bahkan kini aku tidak ingin dia menghilang dari pandanganku.

Kurasa ini karena hormon bayiku juga.

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now