BAB 78

11.8K 987 56
                                    

CEPET KANNN UPDATENYAA??

BCOZZZ KALIAN PADA SEMANGAT KOMENNYA GUE SENENGG

SOO ENJOYY

---------

Seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya, Arabella menolak. Dia kekeuh dengan keputusannya dan malah mengusirku jika memang tidak mau berada di sini, membuatku menggeram marah saja.

"Kau saja yang pergi, Sam. Aku tidak akan kemana-mana," putusnya tidak mau membahas hal ini lagi. Arabella bangkit dan pergi ke kamar tanpa mengajakku.

Apa dia tidak peka? Terlihat sekali Bastian ingin menyingkirkan ku. Aku tidak tahu dengan Dariel, dia seperti menerimaku akan tetapi mengusirku juga.

Aku merasa posisiku tidak aman.

Aku menghela napas panjang dan akhirnya menyusul Arabella. Bagaimana pun dia tengah hamil, aku harus selalu berada di dekatnya untuk menjaga little Samuel.

Hanya untuk naik tangga saja, aku khawatir. Tanpa aba-aba aku menggendong Arabella hingga tangannya spontan memeluk leherku.

"Sam! Kau membuatku kaget!" Ucapnya dengan nada marah dan memukul dadaku kencang. Namun, aku tidak mempedulikannya, bahkan pukulannya tidak berasa apa-apa bagiku.

Aku merasa lebih aman jika membawanya seperti ini dibandingkan dia naik tangga sendiri.

"Aku tidak mau kau kelelahan my rabbit, aku akan menggendong mu setiap kau naik turun tangga."

Arabella terbelalak dan setelahnya menertawakan ku. Aku tahu ini sangat berlebihan, akan tetapi tidak ada kata berlebihan dalam memperlakukan Arabella. Dia pantas mendapatkan semua ini.

Setelah melihatku cemberut, Arabella menghentikan tawanya dan mengelus pipiku lembut.

"Baiklah, aku akan terus bergantung padamu, Sam," ucapnya yang membuatku tersenyum senang. Arabella selalu tahu bagaimana meluluhkan ku.

Yang tidak ku sangka adalah Arabella mendekatkan wajahnya dan mencium pipiku tanpa aba-aba. Lalu menyembunyikan wajahnya di dadaku. Dia tampak malu-malu.

Arabella seperti gadis remaja yang baru pertama kali pacaran. Padahal hanya cium pipi, namun pipinya sudah semerah itu, membuatku gemas saja.

Setelah sampai kamar, aku menidurkan Arabella dan menyelimutinya.

"Aku bosan tidur, Sam. Seharian ini hanya tidur dan tidur," keluhnya dengan wajah cemberut yang membuatku ingin menggigit pipinya.

Namun tidak ada bantahan, ibu hamil harus sering tidur. Aku tetap menyelimutinya walaupun berulang kali Arabella memberontak tidak ingin diselimuti.

"Apa harus ku keloni dulu baru kau mau tidur, Bella?" Tanyaku mengancamnya. Ku yakin Arabella tahu maksudku, aku tidak masalah jika harus sex dengannya lagi agar Arabella mengantuk. Aku malah kesenangan.

Sontak Arabella menggeleng dan menarik selimut hingga ke lehernya.

"Baiklah aku akan coba tertidur lagi. Kau pergilah, Sam. Aku takut tidak jadi tidur jika berada di dekatmu," usir Arabella yang membuatku sedikit sakit, akan tetapi aku memahaminya. Di dekat Arabella tidak mungkin aku dapat menahan nafsuku.

"Aku akan di sini sampai kau benar-benar tertidur," ucapku final. Aku duduk di pinggir kasur dan mengelus rambut Arabella berulang kali. Kadang kala aku mengelus hingga ke hidungnya dan membuatnya menguap lebar.

Arabella akhirnya mengangguk dan memejamkan matanya. Aku tersenyum dengan tingkahnya, dia tadi mengusirku, namun sekarang malah memeluk tanganku seakan itu adalah gulingnya.

Tidak berapa lama, napasnya teratur dan pelukan di tanganku melemah. Arabella sudah tidak sadarkan diri, bahkan ku cium pipinya beberapa kali saja tetap tidak terbangun.

Kesempatan yang bagus untuk menculik Arabella di saat seperti ini.

Namun sial masih ada Alarick yang harus aku selamatkan dari sini. 

Aku pun bangkit dan menuju kamar tamu untuk melihat keadaan bapak tua itu. Lagipula sudah berumur masih saja mencari masalah, aku tidak ingat umurnya berapa ku rasa sudah mau yang ke 300. Setua itu.

Pintu kamar tamu itu terbuka dan menampilkan Bastian dari celah kecil di sana. Aku melihat sekitar dan menemukan Dariel juga sedang fokus dengan sesuatu. Sepertinya mereka sedang membahas sesuatu yang penting.

"Ayah sudah mengambil kekuatan Samuel?" Tanya Bastian yang dibalas anggukan oleh Dariel.

Aku tidak tahu apa rencana mereka, akan tetapi tampak sangat serius. Dariel mengenakan sarung tangan hitam dan mendekati meja di sana. Sedangkan Bastian hanya menatap dari Jauh.

"Sekalipun kau mengambil kekuatan Samuel, kau tidak bisa meracik obatnya, Dariel. Bukankah kita tinggal meminta bantuan Samuel bodoh itu saja agar memudahkan kita?"

Dariel yang sedari tadi fokus dengan alat raciknya seketika berhenti dan menatap tajam pada Bastian. Sebenarnya untuk apa kekuatanku?

"Tetap sesuai rencana, Bastian," ucapnya singkat, padat, jelas, dan tidak mau dibantah.

Sedari tadi hanya kalimat itu yang dikeluarkan Dariel membuatku penasaran apa yang mereka rencanakan. Jangan bilang mereka ingin menghapus ingatan Alarick, ya kurasa begitu.

Sebenarnya aku tidak masalah jika ingatan yang dihapus hanya dari masa lalu mereka saja. Namun, aku tidak yakin mereka bisa meracik kekuatanku untuk hal itu. Kesalahan fatalnya adalah Alarick akan benar-benar lupa ingatan dan kembali seperti bayi.

Tidak menginginkan hal itu terjadi, akhirnya aku pun masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Aku akan membantu kalian," ucapku sambil berjalan mendekati meja itu. Ku ambil sarung tangan di meja dan ikut meracik obat untuk lupa ingatan di beberapa memori tertentu.

Aku tidak tahu apa rencananya, akan tetapi ku yakin hanya untuk Alarick, tidak menjadi masalah.

Tanpa ku tahu Bastian dan Dariel terbengong menatapku bingung.

"Kau serius ingin membantu kami? Kau tahu rencana ini sejak kapan, Sam?" Tanya Bastian terlihat sangat terkejut dengan tindakanku.

Aku mengendikkan bahu dan hanya mengangguk sebagai jawabanku. Aku pintar, tentu saja hal ini sangat mudah tertebak.

"Baguslah kalau kau menerima takdirmu," ucap Bastian yang tidak ku mengerti. Dia tampak senang dan mendekatiku dengan langkahnya yang antusias.

Ini perasaanku saja atau memang ada yang aneh dengan Bastian sedari tadi. Berbeda dengan Dariel yang tampak tidak peduli dan duduk di sofa, membiarkanku melakukan pekerjaanku.

Meracik obat adalah hal yang gampang, aku sudah melakukan hal ini selama dua tahun pada Arabella. Itu hal yang ingin ku lupakan sebenarnya, hanya saja saat ini rasanya aku ingin menyombongkan diri di depan Bastian dan Dariel.

Saking lamanya menunggu racikan obat ini selesai, Bastian dan Dariel akhirnya keluar dari kamar dan meninggalkanku sendiri. Ya, biasanya bisa sampai berjam-jam untuk membuat obat ini, tentunya banyak yang harus ku teliti ulang agar kandungannya tidak salah.

Samar-samar aku masih mendengar suara antusias Bastian dari sini. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, sepertinya menyebut namaku, akan tetapi sepertinya aku salah dengar.

"Apa Samuel tidak tahu kalau obat itu untuk dia juga? Aneh sekali Samuel mau membantu kita melupakan ingatannya sendiri, kau yakin tidak ingin mengubah rencana kita, Dariel? Kurasa Samuel tidak seburuk ayahnya."

-------------

EHEEHHEHEHE

DADAHH SAMUEL

CEPET DAH LUPA INGATAN SMUA TRUS BUBAR YEYYY

WKWKWWKWK

ADA YG KASIHAN SAMA SAMUEL KLO LUPA INGATAN??

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA

LOVE YOUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now