BAB 34

41.1K 2.4K 82
                                    

Samuel tidak pernah datang lagi.

Biasanya dia duduk di pojok sana, sekarang tidak ada. Benar-benar menghilang bak ditelan bumi.

Sedangkan aku, masih seperti biasanya. Bekerja lalu pulang. Tekadku sekarang ingin mengumpulkan banyak uang dan menyewa apartemen sendiri.

Aku tidak mau bergantung lagi. Entah itu pada Samuel maupun Jake. Aku ingin mandiri.

Setelah kejadian tidak mengenakkan di gudang beberapa hari yang lalu, sudah kuduga semakin banyak para pelayan yang mencemooh ku. Menyebutku pelacur, menjual diriku pada dua pria, dan omongan buruk lainnya.

Tentang Jake? Dia sudah meminta maaf, katanya khilaf.

"Aku benar-benar tidak sadar diri. Kumohon maafkan aku, sayang. Aku tidak akan seperti itu lagi," ucap Jake pada saat itu. Bahkan dia sampai berlutut.

Akan tetapi aku tidak ingin mempercayainya begitu saja. Lebih baik aku menjauhinya juga.

Sampai saat ini Jake kekeuh menyebutnya sebagai kekasihku. Padahal aku sudah bilang aku memiliki kekasih juga. Dia tetap ngeyel.

Dan pada akhirnya, disinilah kami sekarang. Aku dan Jake tengah menemui Louis, temannya yang dapat mengembalikan ingatan.

"Mengembalikan ingatan itu perlu kekuatan yang besar, aku tidak bisa Jake," ucap Louis.

Aku lemas mendengarnya, padahal aku sangat ingin tahu masa laluku, terutama keluargaku. Jake juga sama sepertiku, dia menatap penuh harap pada Louis.

"Apa tidak bisa hanya beberapa ingatannya?"

Louis berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk. Dia terlihat tidak tega dengan Jake.

"Baiklah ingatan mana yang mau kau kembalikan? Beberapa tahun terakhir atau beberapa tahun sebelum penculikan?" Tanya Louis. Ya, dia sudah tahu mengenai penculikan ku oleh Samuel.

Aku bingung ingin memilih yang mana. Jika beberapa tahun terakhir, maka ingatanku masih seputar dikurung Samuel, kan. 

Aku harus mengetahui sebelum penculikan. Dengan begitu aku akan dapat info mengenai keluargaku.

Belum sempat aku jawab, Jake menyelanya.

"Beberapa tahun terakhir," ucapnya dengan yakin.

Aku menatapnya kaget tidak setuju dengan pendapatnya. Aku butuh tahu tentang kehidupanku sebelum penculikan.

"Kau harus tahu apa saja yang Samuel lakukan padamu. Kau harus membencinya, Bel!" Jake dengan teguh selalu meyakinkanku untuk membenci Samuel.

Padahal orangnya saja tidak ada dan juga aku tidak ingin membencinya.

"Jake, aku tidak perlu tau itu sekarang! Aku hanya ingin kembali ke keluargaku."

Louis menatap kami berdua dengan bingung. Sedangkan Jake, dia tidak mau menatapku. Kalau sudah ngambek seperti itu pasti maunya dituruti. Akan tetapi kali ini aku tidak mau.

Aku menatap Louis memohon dan akhirnya dia menyetujuinya.

Louis menggerakkan jarinya dan muncullah cahaya-cahaya merah mengelilingi tangannya. Cahaya itu berputar hingga menampilkan bayangan masa laluku.

Dulu aku masih polos sekali, kurasa itu saat SMA. Aku tidak begitu ingat pada masa itu. Yang kutahu aku tidak memiliki banyak teman.

Hanya saja ada seorang lelaki yang mengikuti aku kemana saja.

Semakin lama bayangan itu semakin jelas dan terlihat wajah Jake di sana. Aku mengerut dan menatap Jake dengan tanda tanya.

"Sudah ku bilang aku pacarmu," ucap Jake.

Aku terbelalak dan menatap Jake lama sambil mencoba mengingat hal-hal yang ku lupakan.

"Aku menyukaimu, mau jadi pacarku?"

"Aku tidak suka kau dekat dengan pria lain."

"Apa begitu sulit menuruti ku?! Aku punya hak atasmu."

Sikap lembut dan keras Jake berputar di ingatanku bagai sebuah film. Jake tidak pernah berubah. Dari dulu dia perhatian dan dari dulu pula dia kasar.

Ya, pacarku beneran Jake. Aku masih terkejut mengenai fakta tersebut. Bagaimana aku menerimanya? Lalu kenapa kita berpisah? Banyak pertanyaan yang menggantung di otakku.

Akan tetapi aku tidak mau memikirkan hal itu dulu, aku mau fokus menemui keluargaku.

"Bagaimana dengan keluargaku?" Tanyaku terburu-buru.

Louis menatapku dengan sorot matanya yang kasihan. Dia seakan sudah membaca masa laluku.

"Kurasa kau tidak perlu mengetahuinya."

Aku memberikan tatapan protes dan marah kepadanya. Jiwa penasaranku sudah mencapai batasnya.

"Baiklah aku akan memberitahumu, saat ini hanya tersisa papamu, dan aku tidak tahu dia ada dimana," jelas Louis merasa bersalah setelah memberitahu fakta tersebut.

Aku berkecamuk dengan pikiranku. Dimana mamaku? Atau adikku? Bahkan aku tidak begitu dekat dengan papaku. Papaku sudah menikah lagi dan kini kami pisah rumah. Aku hanya tinggal bersama mama dan adikku.

Begitu aneh kedua orang yang ku sayang mati begitu saja.

Mengetahui fakta tersebut aku merasa semakin sendirian di dunia ini. Semangatku membara untuk bisa hidup mandiri.

Sedangkan Jake, dia masih tenang dan hanya menatapku. Tangannya mengelus punggungku dan dia menyediakan bahu untuk kepalaku bersandar.

Sekarang aku harus apa? Kukira jika sudah mengetahui keluargaku, aku bisa dengan mudah pergi dari Jake maupun Samuel. Ternyata tidak ada informasi yang membantuku.

"Tidak apa-apa, Bel. Kau bisa bersamaku."

Dibalik tatapan lembut Jake, entah mengapa aku melihat kegelapan di sana. Ditambah lagi dengan senyumnya yang terlihat jelas dia kesenangan dengan fakta tersebut.

"Kita bisa hidup berdua, selamanya."

--------------

APA YANG PALING BUAT KALIAN PENASARAN SAMA KELANJUTAN CERITA INI?

GUE TAKUT GA SERU NJIRRR

TAPI INI UDAH USAHA BANGET UPDATE YAAA

SOOOO JANGAN LUPA VOTE KOMEN

YANG KANGEN SAMUEL SABAR YAA

LOVE UU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now