BAB 81

9.7K 777 52
                                    

ENJOYYY

----------

"Kita akan kemana, Bas?" Tanyaku khawatir melihat Bastian kelelahan menggendongku. Kita sudah berlari kurang lebih satu jam tanpa ada jeda sama sekali.

Aku takut Bastian pingsan jika kita terus begini.

Bastian menatapku serius dan akhirnya berhenti di balik batu besar yang menutupi kami. Dia meletakkan ku dengan lembut di tanah dan mengambil napas kuat.

Tangannya menumpu pada lutut dan keringat bercucuran deras dari dahinya.

Aku tidak tahu kami berada di mana, semuanya terlihat sama, hanya terdapat pepohonan tinggi di sekitar kami. Bahkan langit saja mulai tertutup saking lebatnya hutan ini.

 Bahkan langit saja mulai tertutup saking lebatnya hutan ini

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Aku tidak tahu, Bel, aku hanya ingin melindungimu. Aku payah tidak bisa melakukan apa-apa di saat seperti ini. Seharusnya aku tidak mengikuti rencana Dariel bodoh itu! Aku membencinya, akan tetapi aku khawatir dia kenapa-kenapa. Aku tidak berguna, Bebel, dan aku takut," lirih Bastian dengan nada suaranya yang bergetar.

Dia tampak berantakan dan sangat mengenaskan seperti sudah putus asa dengan perjalanan ini. Kita tidak menemukan apa-apa, malah semakin menyasarkan diri.

Wajahnya mengerut dan bibirnya mengerucut seakan menahan tangisannya.

Keningku menaik dan mataku sayu melihat Bastian seperti itu. Adikku yang biasanya manja kini menyalahkan dirinya sendiri. Padahal dibanding Bastian, aku lah yang lebih tidak berguna.

"Kemarilah, Babas."

Aku menarik Bastian dengan lembut hingga dia terduduk di sebelahku. Tanpa aba-aba aku memeluknya dan membiarkan kepalanya menyender pada bahuku.

Saat wajahnya tersembunyi, ku rasakan bahunya bergetar dan semakin membalas pelukanku dengan erat.

Bastian seperti anak kecil yang kini sedang menangis karena ditinggal ibunya. Ku elus rambutnya dan menenangkannya dengan kata-kata yang manis.

"Jangan takut, Babas, aku ada di sini bersamamu. Ayah tidak akan kenapa-kenapa, dia kuat. Karena itu, kita harus mengikuti perintahnya dan meminta bantuan pada pasukan di utara. Sekarang istirahatlah dulu, kali ini aku yang akan melindungimu," ucapku dengan tersenyum lembut.

Aku berbohong. Tentu saja saat ini aku juga sangat takut. Aku tidak pernah menjadi buronan sebelumnya, ditambah aku harus melindungi Bastian dan bayiku. Akan tetapi, jika aku menunjukkan rasa takut itu, ku yakin Bastian akan semakin panik.

Aku tidak mau semakin membebaninya, aku seorang kakak di sini.

Matanya menatapku memelas dan hidungnya memerah lucu. Bibirnya masih mengerucut seperti anak bayi. Ditambah keningnya yang mengerut tidak memercayai ucapanku.

"Padahal kau tidak bisa apa-apa, tapi malah menenangkanku. Kau menyebalkan, Bebel," ejek Bastian dengan menjepit hidungku.

Dia memang selalu seperti itu, ucapannya tidak sesuai dengan tindakannya. Buktinya Bastian malah semakin mempererat pelukan kami dan menyamankan dirinya dengan menyender padaku.

Kini tubuhnya sudah menutupi badanku hingga aku merasa seperti kucing yang terjepit. Akan tetapi, aku membiarkannya.

Dia tampak letih dan mengantuk. Bastian menjadikanku guling dan matanya tertutup di ceruk leherku. Kami tiduran di tanah yang beralaskan rumput. Jangan tanyakan seberapa kotornya kami saat ini.

Sontak aku memeluknya erat, walaupun tanganku sedikit pegal karena harus menumpu kepalanya.

"Tidurlah, kita sudah jauh dari vampir-vampir itu. Istirahatlah, Babas," bisikku yang membuatnya semakin menguap lebar. Sepertinya suaraku sudah menjadi lantunan dongeng untuknya.

Angin yang sepoi-sepoi terasa dingin di kulitku. Apalagi bajuku sudah sedikit robek karena ranting kayu saat dia menggendong ku tadi. Ya, tanganku sedikit berdarah karena goresan kayu itu.

Tanpa ku tahu, wanginya semakin menyengat. Itulah yang membuat Bastian semakin nyaman dalam tidurnya. Wangi darahku sudah seperti lilin aroma yang menghipnotisnya.

Bastian sudah terlelap dan napasnya menghembus teratur.

Aku mencium keningnya lembut.

Tatapanku sedih dan pikiranku sibuk berandai-andai. Coba saja aku punya kekuatan seperti vampir-vampir itu. Seharusnya aku juga bisa melindungi Bastian.

Aku bergerak perlahan dan membebaskan diriku dari pelukan Bastian. Tanganku sudah kram. Sepertinya dia se lelah itu sampai pergerakanku saja tidak dapat membangunkannya. Aku menghela napas lega.

Aku tidak sadar saat ada ranting tajam di belakang. Pergerakanku yang masih mundur membuat ranting tajam itu menusuk pergelangan tanganku seperti sebuah jarum yang menembus kulit.

"Aww," ringis ku tidak dapat menahan sakitnya.

Terlihat darahku yang berceceran di sekitar ranting itu. Dengan perlahan aku menarik tanganku hingga darah itu semakin bercucuran.

Aku mengepalkan tanganku, menahan rasa sakitnya. Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak berteriak, takut akan membangunkan Bastian.

Namun, aku merasakan ada suara orang lari mendekatiku.

"Manusia! Ada manusia di sini!" Teriaknya dari jauh. Aku melotot dan jantungku berdegup kencang.

Aku melihat Bastian yang masih tertidur dan tidak tega untuk membangunkannya.

Ini mungkin keputusan terbodoh, aku berdiri dan menutupi tubuh Bastian dengan daun-daun di sekitar kami. Setelah memastikan tubuhnya tidak terlihat lagi, aku membisikkannya.

"Aku akan kembali, Babas," ucapku seperti salam perpisahan.

Yang penting adalah Bastian, aku harus menjauhi vampir-vampir itu dari adikku.

Secepat mungkin aku berlari menjauhi tempat ini.

"Hei, kejar wanita itu! Dia manusia!" Teriak sang vampir memanggil kawanannya.

Aku menoleh ke belakang dan melihat mereka yang semakin mendekat. Rasanya lariku tidak ada apa-apanya dibanding para vampir itu.

Tidak berapa lama, dia sudah berada di depan dan mencegat ku untuk lari. Kedua temannya langsung memegang tanganku dan mendudukkan ku hingga tidak dapat bergerak.

Aku menatap sekitar dan menghitung jumlah mereka, tiga orang.

Orang di depan menyentuh daguku dan menaikkannya. Refleks aku menjauhi tangannya. Akan tetapi tenaganya yang kuat mencengkram daguku lebih erat.

"Kau cantik dan bau mu harum. Ayo kita perkosa dan nikmati darahnya. Yang penting jangan sampai mati, Alarick yang akan membunuhnya," ucapnya membuatku merinding ketakutan.

Kedua temannya yang awalnya ragu, saling menatap dan tersenyum mesum.

"Ide bagus! Aku tidak pernah merasakan darah manis. Aku yang akan pertama menggigitnya."

Vampir di samping kanan melepaskan tanganku dan bergerak mendekatiku. Bergantian dengan temannya yang langsung memenjarakan ku.

Aku menatap takut dan napasku sudah terengah-engah merasa terancam dengan keadaan ini. Dengan cepat dia merobek bajuku, membuatku memberontak kuat dibuatnya.

"Nikmati saja, cantik, kita akan sama-sama puas."

---------

EEHEHHEHEHE

ADA KEJUTAN APA YAAA DI BAB SELANJUTNYAA

ADA YG BISA TEBAKK??

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA

LOVE YOUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireKde žijí příběhy. Začni objevovat