BAB 48

29K 1.8K 78
                                    

Setelah menyelesaikan panggilan alam, aku keluar dari toilet. Kepalaku masih pusing seakan tengah dihantam beton. Jalanku tidak seimbang jika saja tidak berpegangan pada dinding.

Di tengah kesadaran, aku menatap kasur kosong yang biasa aku tempati. Kamarku. Kangen sekali.

Aku merebahkan diriku di sana dan berguling-guling ke kanan kiri.

Tiba-tiba saja tanganku ditahan seseorang, begitu pula dengan kedua kakiku. Jantungku berdetak kencang merasakan sebuah tangan menjelajahi tubuhku.

Sekuat tenaga ku buka mataku. Sayangnya hanya buram yang kulihat.

Seberapa kali pun ku coba lepaskan, malah terasa semakin sakit. Seseorang itu mencengkram ku kuat.

"Diam manusia! Kami akan memakan mu," ucap seseorang itu membuatku keringat dingin mendengarnya. Aku memberontak dan menendang-nendang ke segala arah.

Seketika aku teringat, astaga aku sedang berada di pesta vampir. Alkohol ini membuatku lupa segalanya.

Tanpa aba-aba seseorang itu menghimpit ku. Sedangkan temannya satu lagi masih menahan kedua tanganku.

Kurasakan kulitnya yang dingin, sudah pasti itu vampir. Bahkan dia tidak repot-repot mengenakan baju. Tubuh telanjangnya menekan tubuhku membuatku tidak nyaman. Apalagi merasakan tonjolan di bawah sana yang tidak tertutup sehelai benang pun.

"Kurasa aku akan memerkosanya dulu sebelum membunuhnya, dia sangat cantik."

Tangannya membelai pipi hingga daguku. Saat sampai di mulutku, dengan tangkas aku menggigitnya kuat. Spontan dia menarik tangan itu menjauh.

Wajahnya memerah merasa marah karena tindakanku.

Plakk. Dia menamparku hingga tercetak bekas tangan di sana.

Rasanya nyeri sekali seakan tulangku pun ikut bergeser. Tamparannya tidak main-main, semakin menyadarkan ku untuk segera pergi dari sini.

"Sudahlah jangan berlama-lama. Aku ingin merasakannya juga."

Vampir di atasku menunjukkan raut kesalnya dan mendekatkan kepalanya pada leherku. Sebisa mungkin ku tahan agar dia tidak mencicipinya.

Namun, tentu saja aku kalah karena dua lawan satu. Kepalaku ditahan agar tetap miring oleh vampir satunya lagi.

Baru saja dia mengeluarkan taringnya, seseorang dari arah pintu masuk. Aku tidak dapat melihatnya. Firasatku tidak enak jika dia seorang vampir juga.

Sepertinya nyawaku akan melayang hari ini.

"Dia mangsaku. Bisakah kalian melepaskannya? Aku yang akan mencicipinya pertama kali," ucap seseorang yang suaranya ku kenal.

"AUNTY EVELYN TOLONG AKU!" Mataku membelo seperti menatap sang bidadari datang. Perasaan lega menghinggapi dadaku hingga aku tidak dapat menahan senyumku.

Evelyn maju selangkah demi selangkah mendekati kami. Kakinya yang jenjang menapak indah di setiap langkahnya. Hanya dengan jalan saja dia sudah mengeluarkan aura yang menyeramkan.

"Siapa kau?" Tanya vampir yang masih menghimpit ku.

Aku takut jika Evelyn kalah dari vampir-vampir ini. Apalagi mereka berdua dan dia sendiri. Tamparannya saja kuat sekali meninggalkan bekas merah di pipiku.

Evelyn tanpa rasa takut menatap pria itu tajam dan mengucapkan beberapa gumaman yang tidak aku mengerti. Dia seperti medusa tanpa ular di kepalanya. She is a witch.

"Ini mangsa mu. Kami bukan siapa-siapa dan tidak berhak merebutnya darimu," ucap vampir itu seperti mengulangi apa yang Evelyn ucapkan.

Aku menatap kagum pada Evelyn. Aku hanya pernah melihat kemampuan Jake, kukira itu saja sudah sangat hebat. Ternyata Evelyn tidak kalah, dengan mudahnya dia menyihir orang-orang untuk menuruti kemauannya.

Sepertinya mulai sekarang aku adalah fans Evelyn.

Kedua vampir yang akan memangsa ku tadi pergi begitu saja tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Aunty kau benar-benar keren! Sihir aku agar menjadi cantik sepertimu."

Evelyn membanggakan diri dengan mengibaskan rambutnya ke belakang. Setelahnya dia menyentil keningku.

"Sihir tidak bekerja seperti itu, bocah," ucapnya.

Tinggi kami memang berbeda sepuluh centimeter. Juga dandanan Evelyn yang bold membuatnya tampak lebih tua dariku. Panggilan aunty bocah sepertinya akan menjadi kebiasaan kami mulai sekarang.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku. Bagaimana aku membalasnya?"

Rasanya tidak adil jika aku terus menyusahkan Evelyn. Pulang dari sini sepertinya aku akan melatih taekwondo ku lagi. Setidaknya aku harus bisa melawan vampir-vampir itu tanpa bantuan orang lain.

Evelyn tampak berpikir keras dan menatapku lekat.

"Aku mau mencoba darahmu," pintanya.

Matanya fokus ke arah leherku membuatku refleks menutupnya. Tatapan vampir sangat menakutkan, penuh nafsu dan hawa lapar.

Namun, karena aku sudah berutang budi. Ku putuskan untuk memberinya, mungkin sedikit. Lagipula Evelyn tidak seburuk yang ku pikirkan.

Ku iris telapak tanganku menggunakan gunting yang terletak di atas meja.

"AUUU," teriakku spontan.

Aku lebih memilih telapak tangan karena Samuel pernah bilang tepat di dekat nadi, darahku sangat manis. Tidak mungkin kan aku mengiris leherku sendiri.

Wangi vanila menyeruak ke seluruh ruangan bagi bangsa vampir. Evelyn yang berada di dekatku perlahan mendekat dan menatapku tanganku lapar.

Tanganku gemetar masih merasakan sakit irisan itu. Bahkan darahku sampai mengalir, yang di mata Evelyn seperti hidangan yang lezat.

Tanpa berlama-lama, tanganku ditariknya dan didekatkan ke mulutnya. Evelyn menjilat setiap darah itu tanpa sisa. Dia juga menggigit sedikit bagian sana.

Aku meringis menahan sakitnya. Kuat-kuat ku tutup mulutku agar tidak keluar rintihan.

Sumpah, rasanya sakit sekali saat darahku dihisapnya. Namun, melihat Evelyn sangat menikmatinya membuatku tidak lagi merasa berutang budi. Perasaan lega menghinggapi ku.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka dan terbanting dengan kasarnya. Bahkan pintu itu sampai terlepas dari gagangnya.

Pandanganku teralihkan ke sana dan menemukan Samuel dengan tampang marahnya.

"Jalang sialan! Sudah ku duga kau akan melakukannya."

Samuel mendekati kami dan menghempaskan Evelyn hingga dia melayang.

Aku terbelalak dan terdiam saking terkejutnya. Kepalaku berdenyut dan sudah setengah sadar setelah meminum alkohol, ditambah lagi aku kekurangan darah. Sepertinya sebentar lagi aku akan pingsan.

Belum sempat aku menahan Samuel, tubuhku terkulai lemas di kasur.

Evelyn yang tidak sekuat Samuel terpojok di dinding seperti seekor rusa yang dimangsa serigala.

"Aku akan membunuhmu."

---------

JADI EVELYN MAU DIBUNUH ATAU GA?!!

AYO PADA JAWABB

BTWW THANK U YANG UDAH BACA DAN MASIH STAY SAMPE BAB INI

KALIAN LUAR BIASAAAA

JANGAN LUPA VOTE COMMENT

THANK UUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireDonde viven las historias. Descúbrelo ahora