149 : Gelanggang Yevimofich - part 2

Start from the beginning
                                    

"Seratus tahun!" seru Selina.

"Kenapa harus terkejut seperti itu. Wajarlah, dia itu, kan dragon," timpal Mathilda.

*****

Gelanggang Yefimovich masih dipenuhi dengan seruan para penonton. Teriakan dukungan terus mereka lontarkan ke arah seorang pemuda yang sekarang sedang berhadapan dengan sesosok makhluk tidak diketahui.

Genderuwo, begitulah pembawa acara menyebutnya. Berwujud laki-laki besar setinggi dua meter dengan tubuh gelap sehitam arang. Berambutnya panjang kusut dan tidak terurus. Sepasang tanduk menghiasi kepalanya seperti banteng. Di mulutnya, dua pasang gigi taring bawah mencuat ke atas. Mirip seperti taring orc yang Erix lihat di Dungeon Hutan Saba.

Bagi Erix, Genderuwo ini terlihat seperti Gerandong namun, mereka sedikit berbeda. Mungkin mereka dari ras yang sama. Tapi Gerandong terlihat lebih rapi dibandingkan Genderuwo yang terlihat urak-urakan.

Makhluk itu mulai menggunakan cakarnya untuk menyerang lawannya.

Tangan hitam berbulu yang mungkin sama besar dengan tangan beruang, berayun cepat merobek udara. Erix meloncat mundur untuk menghindar.

Sejak tadi, Erix sudah mengerahkan semua serangan yang ia miliki. Namun, tidak satu serangan pun berhasil merobek kulit Genderuwo tersebut. Karena hal itu, untuk sekarang Erix hanya bisa menghindar sambil berfikir cara untuk mengalahkan makhluk itu.

Cakar Genderuwo terus berayun kasar. Menerkam Erix yang begitu lincah berlari. Satu ayunan keras melesat, membelah udara dari atas ke bawah. Erix meloncat ke samping untuk menghindar. Cakar tersebut menghantam tanah, seketika terjadi ledakan kecil di sana. Erix berlari ke sisi lain untuk menjauhi lawannya.

"Sial! Bagaimana mengatasi makhluk yang satu ini," keluh Erix dalam hati. Jika terdesak sepeti ini, biasanya Kuishin-katananya-memberikan beberapa arahan padanya. Namun kini, "Sial!"

Dari jauh, Erix menatap seluruh tubuh makhluk itu lekat-lekat. Bertubuh tinggi kekar persis beruang. Seluruh tubuh ditumbuhi bulu hitam yang kasar dan kusut. Selain itu, dia juga telanjang. "Tapi, aku tidak melihat itu-nya. Sial! Konsentrasi Erix! Jangan pikirkan yang macam-macam!" sahutnya pada diri sendiri.

Seluruh tubuh makhluk itu sangat keras, setiap tebasah tampak tidak berpengaruh sama sekali padanya. Erix melihat otot yang kekar itu. 'Keras!'. Mata Erix bergulir menatap lengan yang besar itu. 'Keras!'. Matanya kembali bergulir, kali ini mendarat di dada makhluk itu. 'Itu juga keras. Sial. Ayolah, apa tidak ada yang bisa aku lakukan? Tunggu dulu, kenapa aku melihat bagian yang keras, bagian yang lunak ...." Mata Erix tertuju pada satu titik di tubuh makhluk itu dan tersenyum. 'Sepertinya patut dicoba.'

Tidak seperti sebelumnya, kali ini Erix yang melesat maju. Dalam waktu singkat, pemuda itu sudah di sebelah Genderuwo. Makhluk hitam itu menyadarinya dan langsung mengayunkan cakarnya, lima jari melesat untuk menebas. Erix kembali meloncat tapi bukan untuk menghindar. Ia meloncati monster itu dan berpindah ke sisi sebelah.

Erix mendarat dengan matap dan tanpa ditunda pedangnya meluncur cepat ke arah wajah Genderuwo, lebih tapatnya ke arah mata. Laju pedang itu tidak ada yang menahan dan dalam sekejap, Pedang Erix telah bersarung di kepala makhluk itu.

Tubuh Genderuo lemas tak bernyawa, lalu hancur menjadi debu hitam dan menghilang. Tinggalah seonggok dungeon stone seukuran bola kaki yang terjatuh ke tanah.

Histeria penonton kembali bergemuruh. Sorak semangat dan tepuk tangan mereka lempar kepada petarung hebat di arena gelanggang tersebut.

"Wow, kau boleh juga anak muda. Datangkan monster selanjutnya! Cockatrice!" saut pembawa acara.

Dungeon HallowWhere stories live. Discover now