Intervision 9th

Começar do início
                                    

Laki-laki berzirah itu tidak sendiri. Ia bersama lima kesatria lain di belakangnya.

"Selamat datang kembali Raja Helicius," saut Pangeran Lionel.

Laki-laki itu hanya mengangguk dengan sedikit berdehem. Ia segera turun dari kudanya dengan kasar dan berjalan cepat mengahampiri Jean D'Arc. "Apa yang dilakukan budak gereja di sini?"

Raja Helicius van Borg merupakan Raja dari Kerajaan Ziheld. Berbeda dari enam pemimpin negara yang tergabung dalam aliansi ini, ia turun langsung dalam peperangan. Dengan ditemani salah satu jendralnya, Jendral Frederik Willem, ia berdiri bersama pasukannya.

Tidak ada unsur kehalusan dalam sifatnya, apa lagi jika menyangkut tentang gejera. Di masa lalu, ia sempat terlibat komflik dengan pemimpin gereja agung mengenai doktrin dari para pendeta saat merangkul jemaat di kerajaannya. Konflik itu hampir memecah belahkan kerajaannya.

Sejak saat itu, ia sangat membenci apa pun yang berhubungan dengan gereja dan membatasi pergerakan gereja di dalam kerajaan.

"Maaf jika lancang, Yang Mulia. Namun kata-kata Anda sungguh kasar," saut Jean.

"Huh, apa gereja ingin mencari muka setelah membuat masalah dengan Kerajaan Elsia," ujar Raja Helicius lagi.

Menurut kabar yang beredar, penganut ajaran gereja mencoba memerdekakan diri dari Kerajaan Elsia. Para jemaat menganggap kalau kerajaan menghalangi mereka untuk beribadah.

"Yang Mulia, Anda sudah berlebihan," kata Jean yang mulai mengangkat nada suaranya.

"Sudahlah Raja Helicius, kita terima saja niat baik mereka," ujar salah satu dari enam orang yang sejak tadi diam di belakng Raja Helicius. Rambut coklat klimisnya yang panjang, ia sisir ke samping dengan rapi. Nampak jelas pada dirinya status seorang bangsawan. "Jangan ungkit masa lalu sekarang."

"Jangan ikut campur Barbatos! Ini urusanku pada tikus gereja ini."

Laki-laki itu, Alonzo Barbatos, pemimpin pasukan perwaklian dari Kerajaan Lumira. Beliau merupakan adik dari raja yang memerintah sekarang. Mengingat hubungan dekat antara Kerajaan Ziheld dan Kerajaan Lumira, sikap yang ditunjukkan Raja Helicius dia anggap biasa.

Sinar kesabaran pada wajah Jean mulai meredup. Sorot matanya begitu tajam menatap Raja Kerajaan Zihelt tersebut. Untuk saat ini, ia hanya diam menunggu hinaan berikutnya. Dan jika itu terjadi, ia tidak akan sungkan menghunuskan pedangnya demi harga diri gereja.

"Sudahlah ... sudahlah ... lebih banyak yang bergabung, kan lebih baik," saut seorang laki-laki berzirah full plate bercorak merah dan jingga, datang dari belakang Raja Helicius. Kumis laki-laki ini tampak unik, bentuknya menhujam ke atas sehingga seperti huruf W.

"Benar yang dikatakan Jendral McGinn. Semakin banyak yang bergabung, semakin baik," tambah seorang lagi. Ia mengenakan zirah dengan bentuk persis seperti Jendal McGinn namun, corak warnanya berbeda. Miliknya berwarna ungu dengan garis warna putih.

Sama seperti jendral satunya, laki-laki ini pun memiliki bentuk kumis yang unik. Kumisnya yang tebal itu dibiarkan tumbuh panjang di bagian samping.

Meski dengan kumis yang nyentrik, kedua orang itu adalah jendral hebat utusan dari Kerajaan West Cape. Mereka menggantikan raja untuk memimpin pasukan dari kerajaan tersebut. Mereka adalah Jendral Albuquer McGinn dan Lew Wallace.

Raja Helicius terdiam namun tetap dengan raut wajah penuh kekesalan. Ia pergi tanpa sepatah kata menuju tenda kerajaan Ziheld. Lima orang yang ikut bersamanya tadi hanya bisa menghela nafas menghadapi sifat Raja Helicius tersebut.

"Kalau begitu, hamba undur diri, Yang Mulia," ujar Jean pada Pangeran Lionel dan pergi dari tempat itu, menuju pertendaan pasukannya yang mungkin sekarang sedang dibangun.

Dungeon HallowOnde histórias criam vida. Descubra agora