"Iya sih. Betul juga yang mas bilang. Kadang aku heran sama dia, harusnya guru TK bisa me-manage kesabaran. Lebih ribet ngurus anak orang 'kan daripada anak sendiri, tapi kalo sama Oni malah galaknya gak ketulungan, mas. Kasian banget tu bocah juga," jawabku menggebu.

"Hmmm, udah ya gak usah bicarain orang lagi."

"Ya ampun, mas. Bukan bicarain orang kalik! Tapi, aku lagi nyari solusi. Tiap hari bu Tejo itu bawaannya ngeluh mulu kalo ke rumah,"

"Iya iya.... Pokoknya kalo gitu adek sampaikan aja kayak yang mas bilang tadi, jangan ikut campur terlalu jauh, nanti mas gak enak sama om Tejo."

"Hmmm... Baiklah, pak Komandan."

"Adek hati - hati ya selama di rumah sendiri. Jaga nama baik suami, gak usah ikutan nimbrung gosip sama ibu - ibu, apalagi sampe ikut campur urusan rumah tangga orang. Oke?"

Tumben suamiku banyak omongnya? "Oke, ndan!"

"Wes gak usah pake 'ndan' segala. Sekarang bobok ya, disana pasti sudah malem."

"Hmmm baiklah! Mas juga cepetan bobok yaa... Muuuach!"

"Hmmm.... Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam,"
tuut.....tuuuuut...tuuuuut... Kebiasaan banget ya gak mw bales kecupanku!

Jujur saja, aku pun sama dengan tanggapan suamiku. Paling tidak suka ikut campur dengan urusan orang lain apalagi dengan masalah rumah tangganya. Tapi kali ini aku tidak bisa mendiamkannya begitu saja. Karena ini tentang hati wanita yang disakiti dan terutama tetangga samping rumahku. Yaa sudah seharusnya begitu kan?

~~~~~~

"Assalamualaikum, Bu."

"Wa'alaikumsalam, iyaa sebentar."

"Maaf mengganggu, ini saya antar oleh - oleh dari kampung. Kenalkan saya istrinya Sertu Nazar yang rumahnya di samping Bu Arif." sapanya ramah.

Aku menyambut uluran tangannya. "Oh iya, makasih. Kapan datang, Bu? Ayo masuk dulu! Lagi sepi nich,"

"Eh iyaa, Bu. Kami datang kemarin sore trus dijemput anggota bapaknya di bandara. Om Aji kemana, Bu?"

"Maaf ya Bu, rumahnya berantakan. Mmm...bapake lagi dinas luar kota anter pasien, Bu. Makanya saya sendirian, tapi siang nanti ada Bu Tejo biasa temani kok. Oh ya selamat ya atas pernikahannya, dibetahin aja tinggal di asrama. Kalo ada perlu apa - apa sampean bisa sampaikan ke saya, kan kita leting tow!"

"Hmmm iya, Bu Aji juga masih pengantin baru ya? Belum ada isi? Hehe..."

"Alhamdulillah baru nikah 3 bulan dan masih pacaran dulu aja nich! Gak mau buru - buru, Bu. Se-dikasih-Nya aja. Lha samean targetnya kapan?"

"Kalo saya maunya secepatnya, Bu. Soalnya bapake mintanya begitu,"

"Oh iyaa insya Allah rejeki gak akan kemana kok, Bu. Banyak doa aja, moga cepet dikasih,"

"BUUUU.....!" pasti tau kan, siapa yang biasa membunyikan toa-nya.

Kami menoleh ke arahnya.

"Iyaa, jam berapa pulang Bu? Aku gak liat tadi," ada sesuatu pada Bu Tejo yang tampak tergopoh - gopoh masuk rumah.

"Astaghfirullah, Bu.. Itu Oni, pengen diapain yaa itu anak?" ia mulai lagi dengan emosinya dan tidak sadar ada tamu di rumahku saat ini.

"Sssssttt....!" ku beri sedikit kode padanya, ku arahkan lirikan pada Bu Nazar.

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritWhere stories live. Discover now