PART 38 •Bukti•

62K 3.1K 34
                                    

Dan sekarang Bara butuh bukti supaya bisa mengembalikan kepercayaanya kembali seperti semula.

-Bara Sadness

                                         •••

Suara dering telpon berbunyi di pagi hari, memecahkan mimpi Indah sang empu kamar yang sedang asik bergelut di bawah selimut.

Tangannya meraba-raba nakas di sampingnya, mencari-cari ponselnya yang entah berada di mana. "Kenapa?"

Tidak ada sapaan di awal percakapan, cowok itu tidak suka basa-basi. Membuang-buang waktu saja menurutnya, "Ngomong yang jelas!"

Tiba-tiba dia membentak, orang yang di sebrang telpon pun lama sekali mengeluarkan suara seakan sedang berpikir apakah ia harus menyampaikan pesannya atau tidak.

"Bos, saya hanya ingin memberi kabar soal Nona Karen. Pada waktu itu saya melihatnya sedang berpelukan--" ucapan anak buahnya terpotong.

Ya, memang benar yang saat ini menelpon adalah anak buah yang Bara tugaskan untuk menjaga kekasihnya dengan cara memata-matai.

"Jangan bicara sembarangan kamu! Saya perlu bukti," desis Bara,  mencengkram erat ponselnya.

Hatinya panas, matanya memancarkan api kemarahan yang berkobar. Ini masih pagi, aktivitas masih belum berjalan tetapi dia sudah mendapat kabar yang buruk.

Berita macam apa ini!?

Bara mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang, dengan dadanya yang naik-turun secara tidak stabil. Tangannya yang bebas pun terkepal erat.

"Bos, saya melihatnya sendiri. Pada waktu Bos mengantarkannya pulang, seorang cowok tiba-tiba datang dan langsung memeluknya," terang anak buah itu.

Namun Bara seolah tak percaya, hatinya tak mengeluarkan suara antara percaya atau tidak.

Disisi lain dia perlu bukti tetapi disini tak ada yang bisa membuatnya percaya dengan apa yang di katakan anak buahnya.

"Bagaimana ciri-ciri cowok itu? Kirimkan fotonya!"

Terdengar helaan nafas di telpon, "Maaf, Bos. Pada saat itu kamera mati, ponsel saya berada di mobil tak ada bukti sama sekali. Tapi saya lihat dengan jelas, Bos."

"DASAR TIDAK BECUS KAMU!? APA SAJA PEKERJAANMU DISANA, APA KAMU HANYA MEMAKAN GAJI BUTA!?" bentak Bara lantas membanting ponselnya.

Cowok itu berdiri dari ranjangnya, melangkahkan kakinya menuju depan kaca. Menatap pantulan dirinya di cermin dengan kobaran api yang membara.

Nafasnya tidak teratur, dadanya pun bergerak naik-turun. "Ini tidak akan terjadi... INI GAK BAKAL TERJADI! ARGH!"

PRANG...

Suara pecahan kaca terdengar memenuhi segala penjuru kamar, ia tak peduli tangannya harus berdarah apalagi pecahan-pecahan kaca yang berserakan.

"Gue gak bakal biarin ini, Karen gak mungkin selingkuh di belakang gue. Dia perempuan baik-baik, gue Cinta sama dia," gumam Bara, lirih.

Cowok itu menurunkan pandangannya menatap kepalan tangan kanannya yang berdarah, bahkan beling-beling kaca masih ada yang tertancap disana.

"Ya ampun! Den Bara! Aden! Aden, kenapa toh? Bibi kaget lo tadi denger suara kaca. Aden, Bibi masuk ya?" teriak Bi Sumi dari luar kamar.

Bara melihat pintu kamarnya, pandangan matanya menusuk tepat pada pintu itu. Kedua tangannya terkepal kuat, giginya bergeletuk.

"DIAM DI LUAR! JANGAN IKUT CAMPUR, BI! " bentak Bara kemudian menendang meja di depannya hingga terjungkir balik.

BARA POSSESSIVUMWhere stories live. Discover now