PART 32 •Moment Romantisme•

76.4K 3.6K 113
                                    

"Siapa yang bilang masih jauh? Nanti tamat SMA aku mau langsung tunangan sama kamu."

-Bara Denza

•••

Vania tersenyum kikuk, menggaruk kepalanya agar rasa gugupnya bisa hilang. Cowok dihadapannya ini begitu kaku sehingga menciptakan suasana canggung.

Lalaki itupun sama, bingung. Mereka ini tidak saling kenal lalu kenapa sekarang malah terjadi adegang tatap-menatap?

"WOY!" teriak lelaki itu membuyarkan lamunan Vania.

Padalah Vania tadi sedang asik-asiknya membayangkan cowok itu menjadi pacarnya dan bersikap lembut padanya. Namun sekarang? Dia saja sudah berani berteriak.

"Iya, kenapa?" tanya Vania polos.

Cowok itu menghela nafas heran sambil berkacak pinggang, "Lo bakal terus-terusan duduk disana, hah!?"

Vania perlahan melihat ke bawah dan ia lantas terkejut, tanpa ia sadari ia masih saja dalam posisi duduknya. Ia pikir ia sudah berdiri tadi.

"Ah, sorry aku lupa."

"Lupa lupa segitu doang lupa."

Kesal, itulah perasaan yang bisa Vania deskripsikan sekarang. Mungkin tadi ia bilang tampan karena Vania sama sekali belum tahu seperti apa jika cowok itu berbicara.

Tetapi, sekarang Vania sudah tahu jika mulut cowok ini begitu sinis, galak, dan tidak sabaran sekarang.

Coba, lihatlah sekarang. Dia begitu gesitnya mengambil semua buku-buku yang berceceran sambil sesekali mengatakan 'misi' supaya Vania agak sedikit menyingkir.

"Ish, Jadi cowok gak bisa sabar apa!?" ketus Vania menghentakkan kakinya kesal.

"Gak bisa, gue sibuk. Gak kayak lo yang bisanya cuman duduk doang,"ejek lelaki itu lalu pergi seenak jidatnya.

"Huh... Ingin ku berkata kasar."

•••

Vania begitu susah mencari kelasnya saat ini, ketika ia ke ruang kepala sekolah ia dinyatakan masuk ke dalam kelas 12 IPA 3.

Tetapi yang gadis itu bingungkan yaitu letak kelasnya dimana? Dia malas jika harus bertanya pada orang-orang disini.

Dilihat dari wajahnya saja sudah sombong-sombong sekali, Vania pikir ia pasti akan susah mencari teman baru yang tidak munafik.

Gadis itu kini sampai di koridor khusus kelas 12, mungkin kelasnya ada disini pikirnya.

Setelah mencari-cari sekian lama, ternyata kelasnya berada di paling ujung alias kelas paling akhir.

Suasana kelas begitu sepi, inilah keadaan kelas IPA jika guru sedang sibuk menjelaskan materi. Lihatlah sekarang pipinya memerah.

Vania malu jika harus masuk dan berdiri di depan banyak orang, apalagi kelasnya itu mayoritas laki-laki. Dari 4 deretan bangku, 3 deretan bangku dikuasai oleh laki-laki dan 1 deretan bangku semuanya perempuan.

Vania menghela nafasnya, berusahan memelankan detak jantung dan rasa gugupnya kali ini. Belum lagi ia melihat sesosok lelaki yang tadi ia tabrak.

"Nak, ayo masuk. Kenapa diam diluar saja, sayang?" sapa guru yang menjelaskan materi tadi, sontak semua murid kini menatap ke arahnya.

"Ehh, iya, bu? Makasih," Vania dengan langkah pelannya berjalan memasuki kelas sambil menunduk dalam.

"Perkenalkan anak-anak ini murid baru di kelas kita, silahkan perkenalkan dirimu, Nak."

BARA POSSESSIVUMWhere stories live. Discover now