"Menyedihkan bukan ... kondisiku sekarang ini," ujar Yura lirih.

"Setidaknya kau tidak mati," jawab Erix cetus.

Mereka diam, membuat suasana menjadi sepi.

Canggung. Mungkin ini salah satu penyebabnya.

"Terimakasih, aku benar-benar berterimakasih padamu. Aku berhutang nyawa padamu." Yura kembali bicara.

"Tidak perlu dipikirkan. Lagi pula, sekarang aku tinggal di rumahmu, walaupun-digudang, aku merasa terselamatkan," kata Erix.

"Jika kau membutuhkan sesuatu, katakan saja padaku. Aku pasti akan membantumu," kata Yura lagi. Erix bisa menangkap perkataan Yura bahwa ia serius.

"Kau berlebihan," kata Erix sambil menyeringai, "Sebenarnya ... ada satu hal...."

"Apa itu?" Yura penasaran, "Katakanlah."

"Anu ... itu ... mm ... akau mau tanya tentang Haruka," kata Erix sedikit canggung, takut Yura menangkap hal aneh dari pertanyaan ini. "Di mana ibu dan ayahnya sekarang?"

Yura diam sesaat. "Ibunya meninggal saat Haruka masih kecil. Ayahnya meninggalkannya kepada kami dan hingga sekarang kami tidak pernah melihatnya lagi."

Erix terdiam, ia melamun. Tiba-tiba saja ia teringat saat bertemu dengan Haruka di perjumpaan pertama mereka. "Sekarang aku mengerti mengapa ia sampai sejauh itu untuk menyelamatkanmu."

Dalam hidupnya, hanya keluarga ini yang Haruka miliki dan ia tidak mau kehilangan bahkan salah satunya.

"Kau sendiri, kenapa bisa terjebak di dungeon itu?"

"Yang aku ingat, aku bersama shensin lain dan membentuk party . Saat kami dikepung Gigantula, kami segera menggunakan Telepolter Cristal untuk keluar dari dungeon. Namun, orang-orang itu membuangku dan meninggalkanku di dalam," jelas Yura, nafasnya sedikit berat. Ia kesal jika mengingat hal itu. Saat ini, lima wajah shensin telah terukir di hatinya yang penuh dendam. "Aku sangat kesal dan mara-"

"Kau tidak ditinggal," Erix memotong perkataan Yura. "Tapi kau terpental dengan sendirinya dari area Telpolter Cristal. Lucius telah bertemu dengan shensin-shensin yang satu perty denganmu dan mereka semua mengatakan hal sama."

Yura mengingat kembali kejadian menyakitkan itu dan dalam ingatannya yang buram, apa yang dikatakan shensin-shensin itu ada benarnya. "Tapi, ada sesuatu yang menganjal di pikiranku. Seharusnya para elf yang berada di luar dungeon mengetahui kalau ada seseorang yang sekarat dan langsung mebuat ritual pemanggilan. Tapi mereka tidak melakukannya. Saat Haruka menanyakan hal ini pada guild, elf yang waktu itu menjaga dungeon tersebut bersikeras kalau mereka tidak merasakan keberadaan seorang pun di dalam dungeon. Aku sangat penasaran dengan hal ini."

"Tidak hanya itu. Kami juga mendapat informasi bahwa sebelumnya lebih dari tiga puluh shensin mengalami hal yang sama, mereka tidak bisa kembali dari dungeon dan para elf pun tidak bisa melacak keberadaan mereka. Sehingga mereka dianggap gugur di dalam dungeon. Dan kau, satu-satunya orang yang berhasil selamat." Erix teringat dengan tulang-tulang yang Lucius temukan di ruang rahasia. Mungkin merekalah para shensin yang nasibnya tidak seberuntung Yura. "Coba kau ingat lagi, apa yang terjadi padamu sebelum masuk ke dungeon."

"Tidak ada yang special. Aku hanya bertemu wanita penjual apel. Ia menyapaku dan memberikan sebuah apel. Hanya itu," jelas Yura, ingatannya sangat bagus mengenai hal ini karena wajah cantik wanita berkerudung merah itu tidak bisa ia lupakan.

Erix tidak menerka lebih jauh lagi dari ini. Dari apa yang Yura katakana, memang tidak ada kejadian menjanggal pada dirinya. Tapi mengingat dunia ini, di mana sihir dan mantra dapat digunakan, Erix tidak bisa membuang rasa curiganya pada wanita yang Yura sebutkan barusan. Namun, akhirnya ia menyerah untuk berpikir lebih jauh karena memang tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang. "Sudahlah. Sekarang pulihkan dulu tubuhmu. Kau bisa mencari jawabannya setelah kau sembuh."

"Dan juga, tolong lindungi Haruka. Ia memang pintar, tapi ia bukanlah shensin yang kuat," tambah Yura.

Erix berangkat dari tempat duduknya dan berkata dengan lantang. "Kau tidak perlu khawatir, karena aku yang akan menjadi perisainnya."

Haruka masuk bersama Bibi Izumi yang membawa obat untuk Yura.

"Haruka! Aku akan selalu melindungimu!" seru Erix kepada Haruka tiba-tiba. Tentu saja Haruka bingung dengan apa yang di katakana Erix barusan.

Sedangkan Bibi Izumi tersenyum mendengar pernyataan tersebut. "Wah, wah, wah. Ternyata begitu."

Note:
Gak ada....? y udah...

______________________________________
Capter 9.... fuh....

capek juga sob, tapi capek nya akan hilang jika melihat banyak yang mengomentari karya ini.....^^

Dungeon HallowМесто, где живут истории. Откройте их для себя