"Kau sebut ini istana? Tempat ini tak lebih dari sarang tikus," timpal Erix, raut muka goblin ini tampak sangat kesal tanda ia geram.

Mata Haruka menyusuri setiap sisi gua untuk mencari celah sempit yang ada di peta.

Goblin berzirah tadi tertawa gila. "Jangan main-main kau lalat bodoh. Aku Jatreth Sang Raja Goblin, akan ku potong kepalamu dan mengeluarkan otakmu yang tidak berguna itu."

Haruka menemukan celah sempit yang ia cari. Jaraknya sekitar sepuluh meter dari mereka.

"Baiklah, dia sudah terpancing. Aku akan membuatnya sibuk, kau segera masuk ke celah itu," bisik Erix tanpa mengalihkan pandangannya. "Goblin jelek, hancurkan kepalaku jika kau bisa!"

Kedua mata Raja Goblin bersinar merah. Ia berdiri dari singgahsananya dan merentangkan kedua tangannya. Dari kedua tangannya tersebut , keluarlah cahaya dengan warna yang berbeda, ungu di kanan dan hijau di kiri. Keluar dua buah kris dari masing-masing cahaya tadi. Jareth menangkap kedua kris itu dan bersiap untuk bertarung.

Melihat lawannya sudah mengeluarkan senjata, Erix pun menghunuskan katana-nya. Goblin itu tersenyum dan melesat maju menghampiri sang penantang.

"Sekarang, maju!!"

Haruka berlari sekuat yang ia bisa menghampiri celah sempit di sisi kanan ruangan. Sedangkan Erix berbentrok dengan Raja Goblin itu.

Goblin ini sangat hebat, iasangat mahir memainkan kedua senjatanya. Gerakannya pun cukup lincah dan cepat. Gelarnya sebagai Raja Goblin bukanlah sekedar isapan jempol. Tapi Erix tidak selemah itu. Ia dapat mengimbangi setiap gerakan lawannya.

Namun raja tetaplah raja. Kehebatnnya patut di takuti. Ia menahan serangan pedang Erix dengan kris di tangan kanannya lau menyerang balik dengan cepat menggunakan kris di tangan kirinya. Erix menghindari serangan itu, lalu membelah udara dari atas ke bawah. Jareth menahan dengan kedua krisnya.

Pertarungan ini sangat sengit. Dentingan senjata yang beradu menggema di seisi ruangan. Percikan-percikan bunga api timbul dari gesekan senjata mereka. Sesekali mereka melompat kesana-kemari berpindah posisi sambil menghindari serangan bahaya.

Selama Erix dan Jareth saling bunuh, Haruka tiba di celah sempit itu dan segera masuk kedalamnya. Di ujung celah memang terdapat ruang kecil tidak gelap. Cahaya biru dari lumut bersinar remang menerangi ruang kecil itu.

Di sana tergeletak lemas seorang laki-laki muda. Haruka segera menghampiri laki-laki tersebut. Ia mengenali laki-laki itu, laki-laki inilah alasan mengapa mereka memasuki dungeon yang berbahaya. Pemuda itu adalah kakak Haruka yang mereka cari-cari.

"Kakak...!? Kakak...!? Ini aku, sadarlah!" teriak Haruka sambil sesekali memegang nadi di tangan kakaknya untuk memastikan denyut nadinya apakah masih ada.

Mata laki-laki itu terbuka sipit, pandangannya sangat kabur dan buram. "Ha-ru-ka i-tu-kau?"

"Ya, ini aku, kita harus keluar dari sini!" Haruka membopong kakaknya untuk keluar dari ruangan itu.

Erix masih berhadapan dengan Jareth. Rencana membuat Raja Goblin itu sibuk masih dilakukan. Pertarungan masih sengit, mereka seimbang. Tak lama setelahnya, Haruka muncul dari celah sempit di sisi gua sambil membawa kakaknya yang lemas. Melihat hal ini, Erix meloncat jauh ke belakang menjauhi Jareth.

Dungeon HallowWhere stories live. Discover now