"Aku tidak akan membiarkankan kau terluka lagi," kata Haruka dengan wand-nya yang terancung. Jarum-jarum cahaya kembali muncul di sekitarnya dan melesat lurus menusuk laba-laba raksasa tadi.

Setiap kali Haruka mengayunkan tongkatnya, jarum-jarum cahaya kembali muncul lalu melesat lurus ke depan. Menghantam goblin-goblin yang ada. Hingga, dalam tiga kali serangan saja, Haruka bisa membasmi semua goblin yang tersisa. Erix kebagian laba-laba raksasa yang tertinggal.

"Apa itu juga kemampuan dari Cleric Class...?" tanya Erix sambil memungut Dungeon Stone.

"Ya, begitulah. Tadi sihir untuk menyerang," jelas Haruka yang juga memungut Dungeon Stone.

"Jika kau bisa menyerang dengan sihir, kenapa sejak awal kau tidak membantuku," nada bicara Erix sedikit kesal.

"Haa, maaf...maaf. Setiap kali aku ingin membantu, kau selelu menghabisi monster-monster itu lebih dulu," jelas Haruka dengan senyum ramah. "Tapi, semua serangnku sangat lemah. Aku tidak bisa melindungi siapapun dengan kekuatanku sekarang."

Erix menghela nafas panjang, lalu ia mulai bertanya lagi dengan tema yang berbeda. "Kau tadi mengucapkan class, memangnya ada berapa class di kelompok shensin?"

"Class dasar terdiri dari sekitar empat belas class,"

"Baru dasar saja ada empat belas class, banyak juga ya," sahut Erix terpukau.

*****

Di sisi lain, Lucius masih sibuk dengan goblin penyihir yang menyusahkan. Walaupun sudah terpojok, goblin itu cukup keras kepala.

Semua sihir yang ia kuasai, ia kerahkan untuk melawan Lucius. Serangan petir, bola api, lendir asam bahkan laser merah. Namun serangan-serangan itu dengan mudahnya dihindari lawannya.

Pelayan itu melesat dan akan kembali menyayat tubuh lawannya. Namun dengan cepat, goblin penyihir itu menahan serangan itu dengan tongkat rot-nya.

Lecius segera berbalik dan akan menyeleding berputar mengincar kaki si goblin. Tapi, goblin itu tahu apa yang akan dilakukan Lucius. Ia segera meloncat mundur sambil melempar bola api ke arah pelayanan itu.

Lucius meloncat cepat kesamping untuk menghindar, dan kembali melesat menghantam tubuh goblin tersebut. Serangan ini tepat mengenai dadanya.

Dengan banyak luka sayatan di sekujur tubuhnya, goblin penyihir itu tetap terus menyerang Lucius dengan sihir-sihirnya. Meloncat kesana-kemari menghindari serangan. Sedangkan Lucius, laki-laki itu terus memburunya seperti harimau yang sedang memburu rusa.

*****

Erix dan Haruka telah sampai di ambang pintu menuju ruang bos. Dan hanya bermodalkan tekat, mereka masuk ke ruangan  yang mana di dalamnya terdapat bos dungeon.

Di dalam ruangan bos ini tidaklah gelap. Langit-langit guanya seakan memancarkan cahayanya sendiri. Seakan cahaya matahari di luar, masuk sampai kemari. Lantainya pun bukanlah tanah, melainkan ubin beton yang tersusunan teratur. Di ujung lorong, sesosok siluet duduk dengan santainya pada sebuah kursi antik dari batu. Dia adalah goblin berzirah hitam lengkap dengan helm logamnya.

"Siapa kau!?" bentak Erix.

Goblin itu tersenyum kecut, "Seharusnya aku yang bertanya karena kau yang memasuki istanaku."

Dungeon HallowWhere stories live. Discover now