Bandoeng 24

360 28 0
                                    

ºIRHAN AZAMº

Mia Pov

Ardan mengantarku pulang dan menceritakan semua kejadian hari itu kepada Tante Ani. Tante Ani begitu marah sekali mendengarnya, dan ia ingin membawa masalah ke jalur hukum. Bagaimana pun Tante Ani adalah orang yang semngat dan ambisius dalam menegakan apa yang dikiranya benar.

Tapi aku tidak mau memperumit masalah. Jadi Tante Ani menutuskan untuk menunggu pihak Gio datang ke rumah dan minta maaf.

Benar saja... esoknya, Pak Hasan bersama istrinya datang ke rumah, untuk meninta maaf dan menyelsaikan masalah secara kekeluargaan.

Kebetulan Ardan yang juga ada. Menuntut supaya Gio dikeluarkan dari sekolah, atau minimal dipindahkan.

Waktu itu Ibunya Gio ngomong sama Ardan, "mamang siapa kamu? Keluarga bukan! Ikut campur!" katanya dengan sangat ketus. Ibunya Gio yang juga merupakan guru memang mengetahui siapa dan bagaimana kenakalan Ardan.

Tapi dengan cepat Tanteku menyahut "dia ponakan saya juga!" Kemudian Tanteku menyetujui dengan apa yang diusulkan oleh Ardan, sebab dia juga agak kesal dengan sikap si Ibunya Gio.

Awalnya Pak Hasan menolak dengan alasan waktu kelas dua belas yang sudah mepet untuk pindah. Tapi Ardan mengeluarkan argumen yang terdengar mengancam, bahwa ia bisa saja melaporkan kasus Gio pada Papahnya. Jadi mau tak mau Pak Hasan menyetujui tuntutan kami.

"Gio akan saya didik dan saya pindahkan sekolahnya," kata Pak Hasan saat itu.

.
.
.

Dan sudah satu minggu ini aku beristirahat di rumah. Aku masih takut, sebelum Gio dipindahkan aku bilang aku tidak akan masuk sekolah.

Sempat kepikiran juga dengan tugas kelompok membuat kertas daur ulang. Sebab, aku tak hadir dan Irhan juga harus pergi tanding ke Jakarta. Katanya ada perubahan jadwal, jadinya dipercepat. Sebenarnya Irhan diskors, tapi guru olahraga memohon keringanan. Karena Irhan adalah tombak dari tim sepak bola sekolah, dan kepala sekolah akhirnya mau mengizinkan Irhan ikut tanding.

Jadi tugas kelompokku hanya dikerjakan oleh empat orang selama seminggu ini, yaitu Ipang, Gisel, Mutia dan Rizki. Mereka memaklumi traumaku, malah mereka menyuruhku untuk beristirahat beberapa hari.

Sedangkan Ardan tetap dikenai sanksi skors selama seminggu karena sudah melakukan tindak kekerasan di lingkungan sekolah. Selain itu katanya, dia juga sudah merusak sarana sekolah. Kau tahu, dua daun pintu kelas XII IPA 4 rusak.

Jadi yang kulakukan selama seminggu ini adalah diam di kamar berusaha melupakan kejadian hari itu.

Tiap malamnya, aku mencatat pelajaran yang Dea photo dan ia kirim lewat via WA. Dan sudah seminggu ini juga Ardan selalu datang ke rumah. Selain melihat perkembangan keadaanku dan juga apel, kami juga belajar bersama agar tak ketinggalan banyak. Dia jadi guru privat yang baik, aku mudah sekali memahami materi ketika belajar dengannya, apalagi masalah fisika dan matemaika.

Minggu 14:00

Aku sedang rebahan di atas tempat tidur. Baru saja aku sudah menghubungi Mutia untuk meminta file laporan kelompok. Niatnya, untuk aku selesaikan, tapi filenya malah sudah selesai. Jadi kuminta saja Mutia mengirimnya. Aku merasa tak enak tidak ikut kerja kelompok beberapa hari. Jadi biar aku yang mencetak filenya.

"Mi!!" Tante Ani membuka pintu kamarku dan melongok dari sana. "Ada Irhan..." katanya dengan suara berbisik. Tante Ani juga tahu dia yang menyelamatkan aku dari Gio. Bagaimana ia tahu? Kan sudah kubilang Ardan sudah menceritakan semuanya secara detail. Bahkan dia minta maaf karena lalai menjagaku.

(From) BandoengWhere stories live. Discover now