Bandoeng 15

427 34 5
                                    

ºLEBIH BERBUNGA DARI KEMBANG 7 RUPAº

ArdanPoV

Jam pelajaran terakhir kosong sampai bel pulang berbunyi. Dengan semangat kusambar jaketku dan mengenakannya, meloncat dari meja yang kududuki, menyampirkan bag-pack kemudian pergi menghambur keluar kelas tanpa peduli Ardi memanggil-manggilku.

Sampai di koridor kelas XII IPA 1 aku diam menunggu beberapa siswa dari kelas itu yang mulai pada keluar. Saat pintu lengang aku segera menyelusup masuk. Kulihat Mia sedang membereskan bukunya ke dalam tas.

"Ardan?"

Panggilan itu bukan hanya membuat aku saja yang menoleh tapi Mia juga ikut menatap ke arah ambang pintu, ternyata di sana berdiri Anita.

"Iya?" kutanya.

"Mmm... bisa minta tolong gak?" Dia menghampiriku.

"Memang ada apa?"

"Anter aku ke toko buku." Dia memohon sambil meraih tanganku. Aku segera menariknya karena merasa tidak nyaman dengan keberadaan Mia dan beberapa siswa yang masih ada di kelas.

Aku tak langsung menyahut, aku melirik Mia yang mematung di bangkunya, dia seperti menuggu jawabanku juga.

Sementara aku bingung sendiri harus bagaimana. Soalnya aku punya rencana sore ini. Jika dibatalkan aku sudah minta izin Tante Ani dan pasti akan membuat teman-temanku merasa sia-sia jika membatalkannya. Tapi menolak Anita juga aku kurang enak. Dia selalu baik padaku.

"Mmm... gimana ya Nit?"

Mia berjalan pelan dan dia nyaris melewatiku begitu saja.
"Mia!" Seru ku untuk menghentikan langkahnya.

"Dan! Manèh ku urang digeroan. Jadi teu?" (Dan! Kamu aku panggil-panggil. Jadi gak?)

Aku teramat bersyukur dengan kehadiran Ardi yang menyusulku.

"Jadi atuh... tah gening aya manè Di."
(Jadi dong... nah ada lo Di)
"Eh, bantuan lah... anteur Anita ka toko buku cenah." (Eh, Di bantuin dong... anter Anita ke toko buku katanya)

Anita tertohok mendengarku.
"Tapi kan Dan--"

"Sorry... sorry banget Nit, tapi gua bener-bener ada perlu sama Mia."
"Nya? Sorry nya!"
Nya artinya oke.

Segera kutarik Mia.

Aku menyuruhnya menunggu di pos sementara aku membawa motorku ke parkiran. Ketika aku kembali aku melihat sebuah mobil menutupi Mia.

"Ayo pilih siapa." Kataku sambil menempatkan posisi motorku antara Mia dan mobil itu. Sepertinya si pemilik mobil mengajaknya pulang bareng.

"Kamu lah!" sahutnya segera dengan sedikit berbisik. Aku tersenyum lebar merasa bangga. Tak lupa juga kubagi senyumanku pada Gio si anak wakil kepala sekolah yang memang kata informan ku sedang naksir sama Mia. Gio mengernyitkan bibirnya seperti perempuan jutek.

"Makasih banget Gio tawarannya, tapi aku udah ada yang ngajak, hehe maaf ya." Mia naik ke atas boncenganku setelah aku memberinya helm.

(From) BandoengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang