Bandoeng 20

419 27 4
                                    

ºKERJA KELOMPOKº

Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini sudah berbunyi. Di salah satu meja, aku, Rizki dan Mutia berkumpul. Meja depan yang tak jauh dari pintu.

Tak lama kemudian datang Ipang, Gisel dan Irhan. Lalu mereka bergabung mendiskusikan cara kerja dan bahan-bahan yang harus dipersiapkan.

Kelompok Anita juga sedang sibuk berdiskusi di sudut kelas. Anita terlihat kecewa ketika menanyakan dimana Ardan kepada Irhan. Tapi Irhan bilang tidak tahu, karena sejak pelajaran terakhir juga Ardan tidak ada di kelas.

Jawaban itu sedikit mengusikku. Kenapa si Ardan itu? Selalu... melanggar peraturan.

Kami kemudian mendiskusikan siapa yang akan membawa bahan apa, dan di rumah siapa akan di kerjakan. Sampai akhirnya mendapat kesimpulan.

"Oke bergiliran, di hari pertama ini di rumah Mia ya?" Kata Irhan. Aku mengangguk dan yang lain mengiyakan.

"Udah lama gak maen ke rumah kamu." Kata Irhan sambil tiba-tiba duduk di sebelahku, suara nya pelan.

Aku hanya tersenyum kaku. Beberapa kelebat berhasil menghampiri pikiranku. Dulu, aku dan Irhan selalu menghabiskan waktu di taman belakang rumah, di ayunan. Sambil mengobrol dan tertawa. Dia senang sekali menjahiliku dengan mengayunkan ayunannya tinggi-tinggi. Dan aku suka pura-pura marah waktu itu, atau kalau enggak pura-pura nangis, supaya dia kasihan dan mau menghentikan ayunannya.

Kuhirup udara maksimal lalu kuhempaskan, berharap itu akan melegakan diriku, berharap itu mampu mengusir memori-memori penuh kesenangan itu.

"Katanya, kamu jadian ya sama Ardan?" tanyanya.

"Iya," jawabku. Entah kenapa aku tersentak dan jantungku ikut bergetar.

"Selamat ya,"

Aku mengangguk.

"Haaaan," Dania muncul dari pintu. Langsung menatap aku dan Irhan bergantian dengan tatapan tidak suka.
"Ayo!" katanya dengan wajah judes.
"Aku nunggu malah ngobrol!"

Ada senangnya Nia datang, berarti aku tidak pulang satu motor dengan Irhan seperti yang diencanakan. Tapi ada kesalnya, ya...itu, liat wajah juteknya.

"Iya iya." Irhan beranjak dari kursi menghampiri Dania.
"Mia, maaf ya aku nganterin dulu Nia pulang."

"Aku bisa pulang sama Ardan," kataku.

"Oh. Oke. Pang, semuanya, aku nganterin dulu Nia pulang ya..."

"Heh!!! Jangan lupa ke rumah aku, bawa kertas bekas!" Tiba-tiba Anita berteriak sambil mengarahkan tatapannya pada Dania.

Jadi mereka satu kelompok?

Dania menoleh, "iya sip," jawabnya sebelum akhirnya berlalu sambil bahunya dirangkul oleh Irhan.

Selang beberapa detik...

"Mia!!" Tiba-tiba Ardan muncul dari balik pintu sambil menghentakan kaki. Membuat semua teman kelompokku mengomel karena kaget.

Aku tersenyum.

"Ardan!! Kemana aja sih?!" Kata Anita.

Ardan menoleh ke sumber suara lalu memberi Anita senyuman bersalah.

"Sorry atuh," katanya dengan wajah memberengut karena rupanya Anita tidak luluh dengan senyumannya tadi.

Ardan menghampiriku lalu duduk di atas meja, di depanku.

"Kalah kadinya, dieu!"
(Malah ke sana, sini!) Anita kesal melihat apa yang dilakukan Ardan. Entah karena merasa kelompoknya akan terhambat atau karena sesuatu yang lain.

(From) BandoengTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon