Bandoeng 4

651 37 13
                                    

ºORANG ANEHº

Mia PoV

Kulirik jam di dinding yang diapit oleh photo presiden dan wakil presiden menunjukan pukul 14:13. Rasanya aneh, karena menurutku, aku yang telat untuk ikut klub menulis--yang katanya diadakan hari Sabtu pukul 14:00--tapi sudah jam dua lebih kelas ini tetap kosong. Apa karena aku murid baru jadi Kak Andi membohongi aku? tapi tidak mungkin, sepertinya Kak Andi bukan tipikal laki-laki seperti itu.

Aku berdiri melongok ke koridor, terlihat beberapa siswa laki-laki memakai baju jersey. Mereka balas menatapku jadi aku kembali menarik diriku ke dalam. Aku kembali duduk di kursi dekat pintu dan menunggu dengan sabar. Lagi pula sekolah tidak terlalu sepi. Jadi aku tidak usah takut, nanti juga Kak Andi dan lainnya datang.

Mungkin sekitar lima menit setelah aku mengecek tadi, seseorang melongokan kepalanya dari pintu. Jujur aku terkejut. Kemudian dia masuk sambil mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum," katanya.

"Wa'alaikumsalam," kubalas.

Mukanya tidak asing, dia cukup tampan, aku sering melihatnya. Hanya saja aku tak ingat siapa namanya dan tak tahu siapa dia. Kalau tidak salah dia yang kemarin sedang mengobrol dengan Anita dan so kenal padaku, dan dua hari sebelumnya tak sengaja kusenggol, lalu setelah hari itu ia menanyakan seseorang yang sama sekali tak kukenal. Namun kujawab saja dengan asal. Habisnya jangankan orang yang ia tanyakan, dirinya saja aku tak kenal.

Dia berdiri di depan mejaku lalu tersenyum. Dan anehnya dia memakai baju putih abu di hari Sabtu, dibalut jaket denim agak keliatan kumal, mungkin karena warnanya memang begitu atau mungkin dia tidak mencucinya selama satu bulan. Sepertinya dia semacam anak pelanggar peraturan.

"Aku diberi dua tugas, satu buat ngasih tau kalau sekarang Klub Menulis libur, lalu tugas kedua ngabsen yang hadir."

"Oh, iya." Kataku, meski sedikit bingung karena ia tak membawa apapun selain tangan hampa. Aku juga tidak begitu percaya, orang berpenampilan bar-bar ini aktif dalam organisasi ekstrakulikuler.

"Boleh pinjam bolpion."

Tanpa bicara aku berbalik merogok tasku yang kebetulan bolpoinnya kusimpan tidak dalam tempat pensil. Dia tidak membawa kertas. "Kertasnya?" tanyaku, maksudnya kutawari ia biar sekalian.

"Gak perlu, cuma satu orang ini." Dia segera mengangkat ujung bajunya, diletakan di atas meja lalu menulis.

Aku merengut, ingin kukatakan "hey kenapa nulisnya di baju?" tapi tidak jadi karena dia bukan menulis namaku, melainkan...

"12 Juli Bidadari cantik Klub Menulis".

Lalu aku mau protes karena itu bukan namaku, tapi entah kenapa aku merasa terhalangi. Bagaimana jika memang ada seseorang yang bernama Bidadari dan ia sedang ingin menulis namanya. Setelah selesai ia menaruh bolpoinku di atas meja, tersenyum kemudian pergi begitu saja.

Orang aneh! Pasti dia ngerjain aku.
Aku sempat kepikiran bagaimana dengan bajunya nanti, bolpoinku pasti tidak akan hilang.

Tapi masa bodoh, itu urusannya. Dimarahi juga dia ini.

Aku melamun lagi. Tapi gak terlalu lama, karena tiba- tiba seseorang datang. Dea, teman sekelasku. Dia berkacak pinggang "Tuh aku bilang Klub Menulis libur. Pulang yuk!" ujarnya so' galak.

"Kapan kamu bilang?" tanyaku, aku rasa hari ini dia belum bilang mengenai hal itu.

"Eh, nebak sih aku juga. Hehehe!" tandasnya kemudian.

(From) BandoengWhere stories live. Discover now