Bandoeng 1

1.9K 77 2
                                    

ºMASA LALUº

Mia Pov



Mereka yang hadir sekarang adalah mereka yang akan menjadi masalalu. Dan orang-orang di masalalu akan ada di masa depan, baik itu hadir kembali dalam kehidupan, atau hanya sebatas jadi kenangan.

Hari ini aku menangis, bukan untuk peratama kalinya ini terjadi padaku, dan penyebabnya sama. Aku menangis karena adu mulut dengan teman sekelasku. Dia seorang laki-laki cerewet, bahkan terlalu cerewet bibir monyongnya itu untuk seorang laki-laki.

Aku keluar dari kelas, semua teman menyoraki Dayat, entah bermaksud membelaku, memojokan aku, atau menyudutkan Dayat yang membuatku menangis.

Orang lain tidak akan tahu susana hati seseorang, tapi bukan berarti mereka bisa mengejek dan terus mengoceh seenaknya tanpa berpikir bagaiamana keadaan mood orang tersebut. Dan kebetulan moodku sedang dalam keadaan jauh di bawah normal. Karena aku sedang mendapat masalah dengan tugas-tugasku. Bu Santi mengembalikan tugas lukisanku karena memurutnya jauh dari tema, padahal aku sudah mengerjakannya dengan susah payah, tapi dia adalah seorang guru yang perfectionis.

Menyenggol bahu seseorang, sontak aku menatapnya dengan mata sembabku. Kedua kelopak matanya terangkat penuh menampilkan iris hitamnya, menunjukan bahwa ia tak kalah terkejutnya denganku. Dia cukup tampan dan dikenali di sekolah, dan aku tahu dia tapi aku tak yakin dia tahu siapa aku. Melarikan tatapanku darinya dan segera berlari.

Kulewati koridor dimana Irhan berkumpul dengan teman-temannya, memandangku sekilas dengan tatapan malas dan terkesan sinis. Hatiku semakin pedih saja melihat pemandangan itu.

Aku tersedu di bangku pendopo yang berada taman belakang, tepatnya di dekat apotek hidup yang dipenuhi tanaman herbal. Alasan kesedihanku sedikit demi sesikit berubah, sekarang otaku malah dipenuhi kepedihan yang berasal dari sikap Irhan yang berubah.

Irhan Azam.

Dia murid baru di sekolah ini sama sepertiku, entah kenapa bisa samaan. Dia mantan kekasihku waktu masih duduk di SMP. Aku sudah move on, tapi kehadiranya kembali di hidupku ternyata memberi efek yang cukup fatal. Aku kembali menyukainya dan aku yakin jika sebelumnya pun aku memang masih menyukainya, kami berpisah karena terpaksa. Aku tahu dia tak akan bisa memaafkan salahku. Menurutnya aku telah mengakhiri semuanya tanpa sebab.

"Mia !" Suara cempreng milik Dea menusuk telingaku. Aku mungkin terlalu muluk tapi aku benar-benar menunggu seseorang yang kiranya peduli padaku datang dan membujuku.

"Ayo ke kelas, guru bentar lagi dateng! Kamu kan belum menyelesaikan tugas!" Hei bujukan yang bagus. Benar sekali, aku lupa jika aku belum menyelesaikan tugas yang semalam baru kukerjakan sebagian.

Pelajaran berlangsung dengan membosankan.


Kudorong sepedaku karena ban-nya kempis, musim penghujan yang buruk bagiku di tahun ini. Aku tidak pernah menyangka aku akan melewati semua ini, aku tidak terlalu suka dengan teman-teman sekelasku, apalagi Dayat. Mengingat namanya saja aku sudah ingin mengulang pukulanku tadi siang yang mendarat tepat di bokongnya. Dia berisik, mengatai lukisanku jelek, dia juga bilang 'mampus di hukum' karena memang aku mendapat hukuman saat upacara karena lupa tak memakai sepatu hitam di hari senin. Ugh! Sialnya aku.

Kebanyakan teman-temanku mengendarai motor untuk pulang pergi sekolah, tapi aku memilih sepeda karena alasan Ibu yang membelikannya sebelum ia meninggal. Iya Ibuku sudah tenang di surga. Sedang ayah hidup dengan istri barunya di Jogjakarta.

seorang siswa berjalan di depanku, dan ternyata itu Irhan, ditemani seorang wanita cantik, Melioni.

Meli. Perempuan itu dulunya bisa dibilang musuhku alias sainganku untuk mendapatkan Irhan, dia sepertinya memang tak menyukaiku sejak awal, apalgi setelah Irhan lebih memilihku. Dan sekarang kesempatan baik baginya untuk memanas-manasiku.

(From) BandoengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang