Bandoeng 16

508 30 2
                                    

ºKEBANGGAANKUº

Mia PoV
💕

Senang. Senang sekali. Semua terasa cukup hanya karena hadirnya. Semua terasa menyenangkan bila dilalui bersamanya. Lima September, hari jadi aku dan Ardan, hari penuh kesan dan penuh kesenangan.

Menyatakan perasaan itu hak nya, mungkin terlalu cepat. Tapi seperti yang dia bilang, PDKT gak usah terlalu lama, gak usah menunggu lama untuk menyatakan cinta. Kelamaan proses PDKT, untung kalau awet pas jadian karena sudah saling mengenal, tapi kalau mempercepat mencapai titik bosan bagaimana? Karena tak bisa dipungkiri terkadang hubungan berakhir hanya karena alasan itu. Bukan berarti Ardan akan seperti itu tapi dia bilang, dia ingin melewati proses saling mengenal bersama- sama secara spontan dan mengejutkan. Dan ia yakin pada perasannya benar untuk ku.

Ardan mengajak aku ke rumahnya. Dia bilang dia sudah telpon Tante Ani untuk izin legal, jadi aku tak usah mengkhawatirkan apa pun. Dia selalu berusaha memberiku rasa nyaman.

Aku turun di depan pagar besi rumahnya lalu mengikuti Ardan yang masuk bersama motornya. Aku menunggu di dekat teras sementara ia menyimpan motornya di garasi samping rumah.

Tiba-tiba seorang anak perempuan berteriak "Aa!" Dia muncul dari celah pintu sambil berlari kemudian memeluk kaki Ardan dari belakang. Lantas Ardan segera menggendong nya.

"Siapa?" tanyaku menghampiri mereka.
Gadis kecil yang lucu itu malah menyembunyikan wajahnya ke leher Ardan.

"Kenalan dong sama Teteh... de?"
"Dede? De Arla..." Ardan membujuknya tapi anak kecil itu malah menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Dia adik aku, namanya Arla."
"Ya Arla ya...?"
"Sapa itu Teteh nya."

Teteh adalah panggilan untuk kakak perempuan atau orang yang lebih tua dari kita. Sedangkan untuk kakak laki-laki biasa dipanggil Aa. Ditulis Aa dibaca satu persatu A a.

Aku langsung ingat dengan cerita Ardan yang berantem sama Gandhi, karena Gandhi mengejek adiknya idiot. Aku tersenyum lalu mengusap kepalanya.

"Dia agak pemalu." Kata Ardan.
"Umurnya empat tahun tapi belum bisa bicara."

"Jangan malau dong sama Teteh... Arlaaa?" Aku berusaha membujuknya agar dia mau mengagkat wajahnya dari tengkuk Ardan. "Dia suka apa?"

"Tuh Arla ditanya suka apa," kata Ardan pada adiknya. "Arla suka es krim stobeli ya?"

"Nanti Teteh beliin yah, Teteh sekarang punya nya cokelat." Kurogok cokelat dalam ranselku kemudian menyerahkan cokelat tersebut ke genggaman Arla. Gadis kecil itu kemudian menggenggamnya.

"Bilang apa sama Teteh?"
"Makasih..."

"Masuk yuk!" ajak Ardan.

Dia berjalan duluan naik ke teras aku mengikuti dari belakang dambil berusaha membujuk Arla agar tidak malu atau takut sama aku.

"Smek--? Smek apa La?"

"Don!" jawab Arla berbisik di telinga Ardan.

Ardan tergelak singkat.
"Smekum!" katanya kemudian, dengan sedikit berteriak.

"Assalamu'alaikum..." kataku mengoreksi.
"Yang bener! Salam kok disingkat-singkat."

(From) BandoengWhere stories live. Discover now