50.||Tuduh||

59 4 0
                                    

Selamat malam... Jangan lupa buat vote dan komen setelah membaca ceritanya.

Jadilah pembaca yang bijak dengan memberikan komen serta vote sebagai bentuk mengapresiasi 👍🏻

Happy Reading!

________________________

Fero dengan langkah cepat membuka pintu ruangan yang di mana terdapat Lena, istrinya. Setelah mendapat telpon dari petugas rumah sakit, Fero di minta datang secepatnya dan laki-laki itu menuruti. Saat sampai, Fero melambatkan langkahnya ketika ia melihat istrinya sedang memarahi sang dokter dengan air mata yang terus merambas.

"Kemana anak saya, Dok! Selamatkan anak saya! " ujarnya sembari terus menarik-narik jas dokter yang menangani nya.

Dokter itu terlihat diam dengan raut wajah murung. Melihat kedatangan Fero, keduanya langsung menatap lekat Fero yang berjalan mendekati istrinya. Saat jarak mereka beberapa meter lagi, Fero dengan segera memeluk sang istri dan membiarkan istrinya menangis sejadi-jadinya.

"Nanti bisa ikut ke ruangan saya, Pak? ".

Fero mengangguk. " Nanti saya ke sana".

Fero mengusap-usap punggung Lena yang bergetar hebat dengan air mata yang terus bercucuran membasahi baju yang di kenakan-nya.

"Ayah... Di mana anak kita? Hiks" tanya Lena dalam pelukan Fero.

"Bunda tenang, ya. Nanti Ayah tanya ke dokter. Bunda harus istirahat, Bunda nggak boleh kaya gini, " ujarnya menenangkan.

"Bunda nggak ngerasain ada anak kita di perut... " Lena menangis lagi setelah mengucapkan hal itu. Setelah beberapa lama kemudian, Fero terlihat keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju ruangan dokter.

Setelah sampai, Fero di persilahkan untuk duduk dan dokter pun mulai menjelaskan.

"Maaf, Pak. Saya dengan berat hati harus mengatakan ini... " jeda sang dokter.

"Kenapa, Dok? Apa yang terjadi sama istri saya? Apa yang terjadi sama anak yang ada di kandungannya? Apa yang terjadi, Dok! " tanya Fero khawatir.

Setelah mengambil nafas panjang, Dokter pun memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan. "Istri bapak mengalami keguguran... ".

Deg

Jantung Fero mendadak seperti berhenti berdetak. Fero juga terdiam mematung dan terlihat tak mengambil nafas. Sedetik kemudian Fero tersadar.

" Istri saya keguguran, Dok? "tanya nya masih tak percaya. Dokter mengangguk untuk menjawab pertanyaannya itu.

" Dan... Ada satu hal yang harus bapak tau..., "ujarnya kembali menggantung ucapannya.

" Apa lagi, Dok? ".

" Rahim istri Bapak harus di angkat karena ternyata hasil pemeriksaan memperlihatkan rahim istri bapak yang terluka cukup parah. Jika tidak segera di lakukan tindak, itu bisa membuat parah keadaan istri bapak bahkan bisa membunuh istri bapak".

"Oleh sebab itulah istri bapak mengalami sakit yang luar biasa. Saya butuh persetujuan bapak untuk mengambil tindakan ini. Bagaimana, Pak? Jika bapak setuju, bapak harus menandatangani berkas-berkasnya, " ujar sang Dokter dengan sangat jelas.

Hati Fero di buat hancur oleh kenyataan ini. Ia yang teramat senang akan menjadi Ayah lagi dan mempunyai anak kecil kini harus menelan kenyataan bahwa itu semua tak akan terjadi. Bahkan, mau berusaha lagi pun tak akan bisa karena rahim Lena harus di angkat. Fero tak bisa menahan lagi rasa amarah dan kecewanya. Setelah menandatangani beberapa berkas, Fero segera menuju lorong rumah sakit tempat istrinya di ramat. Karena keadaan yang sepi, membuat Fero memberanikan diri untuk menumpahkan tangisnya di lorong itu.

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Where stories live. Discover now