14. ||Semua Imbasnya ||

80 6 1
                                    

“Banyak manusia yang memperlakukan seseorang seenaknya saja. Padahal, orang itu menganggap nya sebagai keluarga. Jika ada yang melakukannya, bersiaplah untuk merasakan kerugian”

Bangun tidur itu mandi jangan malah cek pesan dari Doi. Buat yang nggak punya Doi sabar aja. Saya yakin, kalian punya cowok fiksi,kan? Saya tau karena saja juga😁

___________

"Sama seperti Gue, ketua lo harus ngerasain apa yang gue rasain selama ini! " Untuk ke sekian kalinya Hara menendang Raga. Kini, rasanya Raga tak bisa bangun lagi. Seluruh tubuhnya seperti patah dan tak bertulang akibat ulah Geng Cobra.

Raga sempat melihat mata berkaca-kaca milik Hara di wajah merah karena amarahnya. Raga yakin, Hara juga masih mempunyai sifat manusiawi.

Hara pergi setelah melakukan tendangan itu.

"Lo juga nggak sejahat itu, Ra... Ah! " Raga memekik kesakitan.

Raga mengambil handphone yang sempat terjatuh dan menghubungi Indra. Jika Agra yang ia telpon takutnya akan menganggu istirahat nya setelah dinner bersama Siska.

Mengenai Ibu tua tadi Raga tak memikirkannya. Entah kemana pula wanita itu pergi. Mungkin, memang semua sudah di rencanakan oleh mereka.

"Arkh, lo bisa pelan-pelan nggak sih? Sakit banget, " ujar Raga protes karena kerja Indra yang tak benar dalam mengobati lukanya di wajah. Terlihat pula bibir Raga sedikit robek, pantas saja saat berbicara tadi sangat sakit.

"Lagian, lo kenapa bisa nabrak orang? " tanya Indra.

"Gue kurang fokus ".

Indra mengusur nafasnya kasar. Indra tak habis pikir pada Cobra mengapa terus meneror dan menganggu ketenangan mereka padahal Geng 45 sendiri sudah meminta berdamai. Memang ya, cinta yang teramat dalam membuat kita mau melakukan apapun.

" Gue yakin suatu saat kita bisa berdamai sama mereka, "ujar Raga dengan tatapan lurus ke depan.

Indra tertawa mendengar ucapan Raga. Sungguh, Raga sepertinya sedang melantur. Entah bagaimana bisa Raga mempunyai pikiran seperti itu.

" Lo yakin? ".

" Gue yakin!, "jawabnya tegas.

" Ga, Ga Mereka aja selalu bilang nyawa di balas nyawa. Kita mungkin bakal damai nanti pas ada satunya dari kita yang sebagai korban".

Raga terdiam. Benar juga apa kata Indra, laki-laki itu lupa siapa Hara. Hanya karena melihat air mata Hara sudah membuat Raga tak sadar.

"Ndra... " panggil Raga setelah beberapa saat hening.

Indra yang sedang membereskan kotak obat itu pun menjawabnya dengan kata "hmmm? "

"Lo anggap 45 apa, Ndra? " Indra menatap Raga dengan tatapan tanya. Pertanyaan Raga sedikit membuat Agra mengernyit.

"Lebih dari keluarga. Lo sendiri? ".

" Sama, Ndra. Bahkan, gue anggap 45 itu hidup gue, "jawab Raga.

" Kalo lagi di masalah ini, kadang gue punya pikiran buat nyerahin diri gue sebagai gantinya. "

Aura di antara mereka terlihat panas dan menegang sekarang. Indra tahu apa maksud Raga. Mungkin, laki-laki itu sudah lelah dengan semuanya. Bukan hanya kali ini saja, tapi sudah sejak lama 45 harus berhadapan dengan Cobra yang entah kapan akan selesai masalahnya.

"Nggak ada yang lebih berarti dari nyawa, Ga".

" Dan mereka. Mereka pengin nyawa salah satu di antara kita karena mereka punya prinsip itu juga, Ndra ".

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Where stories live. Discover now