24. || Kenyataan Terpahit||

135 6 0
                                    

Siapin musik sad kalian biar dapet rasa di part ini.
Ini part bakal panjang sih soalnya di part ini spesial part milik Anan.

BUAT YANG BACANYA UDAH SAMPE SINI, CEK DAFTAR ISI DAN KLIK PART YANG JUDULNYA CAST /TOKOH. SOALNYA BARU DI UPDATE DAN BIAR YANG UDAH BACA SAMPE SINI JUGA LIAT.

Happy Reading!

_______________

"Kita bawa ke rumah sakit aja. Ayo Pak antar kita ke rumah sakit, " Pinta Helen pada supirnya.

Lea mencoba untuk berbicara namun tak bisa, suaranya hilang begitu saja. Lea juga merasa semakin lama semakin melemas tubuhnya.

***

"To-long... " Sebuah tangan dengan darah yang terus mengalir mencoba menggapai sesuatu.

Merasa tak akan sampai, tangan itu turun dan matanya menatap ke langit yang cerah di sana. Ia tersenyum sembari membaca sesuatu yang nampaknya syahadat. Setelah selesai membacanya, orang itu masih tersenyum. Tak ada gerakan lagi. Air matanya meluruh dan bercampur dengan darah segarnya. Matanya terus menatap ke langit yang cerah. Perlahan tapi pasti, mata itu menutup hingga sempurna dan tiba-tiba saja langit itu mendung seiring terpejam nya mata.

Nafasnya telah terhenti, darahnya terus mengalir dan langit ikut bersedih dengan mendatangkan awan hitam yang akan menjatuhkan butiran air ke bumi hinga air itu bercampur juga dengan darah merah yang kental.

***

"LEA! " Teriak ketiganya. Lea dengan segera membuka matanya dan langsung berkata ingin pulang.

"Gue mau pulang. Bawa gue pulang! " Pinta Lea di sertai isakkan.

"Lo harus di periksa dulu sama Dokter, " ucap Helen.

"Gue mau pulang! Gue mau pulang! " Sewot Lea yang ingin pulang.

"Oke, Oke lo tenang dulu. Pak, antar kita ke rumah, Lea" ujar Helen.

"Gue mau pulang, cepet gue mau pulang! " Entah mengapa Lea terus memaksa.

Tak lama kemudian Lea di tenangkan karena Ayahnya menelpon gadis itu. Lea tidak boleh memberitahu Anan bahwa ia habis menangis.

"Ayah... " ucap Lea mengawali pembicaraan saat dirinya menjawab panggilan.

Jawaban telpon itu sangat lirih hinga ketiganya tak mampu mendengar. Hanya Lea yang mendengarnya.

"Lea lagi pulang, Ayah udah pulang? Sebentar lagi Lea sampe rumah. Lea beliin Ayah baju buat sholat magrib kita nanti, ya. Lea pulang sekarang Ayah. Tunggu Lea, " ucap Lea.

Lagi-lagi mereka tak bisa mendengar jawaban apa yang di ucapkan Ayah Lea. Yang jelas, setelah mendapat jawaban itu Lea seketika terdiam dan mematung. Ya, Lea diam seolah menjadi patung tak ada sedikitpun suara atau gerak tubuh Lea, hanya air mata yang tiba-tiba saja meluruh dengan sendirinya. Lea juga menjatuhkan Handphone nya yang membuat ketiga temannya semakin bingung dengan Lea.

"Lebih di percepat laju mobilnya, Pak. Bisa, kan? " Tanya Lea tanpa ekspresi apapun. Pandangan Lea terlihat kosong.

"Baik, Mba".

" Apa yang terjadi, Le? Kenapa lo jadi gini? "Tanya Olive.

" Lo baik-baik aja, kan, Le? "tanya Intan.

Lea tak menjawab, gadis itu terus menatap dengan tatapan kosong dengan mulut yang seolah terkunci.

*****

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora