3. || Keluarga Lea ||

168 18 2
                                    

Jejak setelah baca!
Coba komen "semangat 45 ! "

___________

Lea telah sampai di rumahnya setelah Raya mengantarkan nya seperti biasa.

Gadis itu memasuki rumah tua bekas neneknya dulu. Ya, bangunan itu sudah semakin tua dengan tembok depan yang di tumbuhi lumut serta genteng yang sudah hilang dari tempatnya. Tak heran jika hujan tiba, Lea dan Ayah-nya kesulitan untuk mencegah air hujan membasahi barang-barang mereka. Meskipun kondisi rumah Lea sudah tak layak lagi, tetapi rumah itu terlihat bersih dan rapih. Rumah itu juga nyaman menurut Lea dan... Raya.

"Rumah lo nyaman banget, Le".

" Rumah lo juga. Bahkan lebih nyaman, "ujar Lea menanggapi ucapan Raya.

" Rumah gue cuma nyaman buat berteduh dari hujan, panas tapi, rumah gue bukan tempat pulang atau berteduh yang tepat. "

Lea menatap Raya yang terbaring di ranjang nya. Lea tau apa yang di maksud Raya.

"Jangan sungkan buat ke sini. Mau nginep berapa lama pun boleh! " ujar Lea.

"Gue nggak akan sungkan-sungkan , Le" Raya menertawai jawaban sendiri.

Rumah Lea benar-benar nyaman, Rapih dan Bersih. Dapat di pastikan hal itu. Meski bagian luar rumah itu kurang menarik namun sepertinya tidak dengan bagian dalam. Bagian dalamnya di tembok dengan chat berwarna putih namun, warna itu seolah luntur di makan usia. Hanya saja yang mengkhawatirkan adalah atap rumahnya. Hujan bisa kapan saja datang dan Lea serta Ayahnya bisa kapan saja kerepotan menyeka air hujan.

Meskipun begitu, Lea sangat bersyukur masih mempunyai rumah dan tinggal bersama satu orang tuanya yang menyayangi gadis itu dengan tulus.

"Lea... Ayah pulang! " Lea mematikan kompor yang sedang gadis itu gunakan untuk memasak makanan seadanya untuk gadis itu santap bersama Ayah-nya.

"Ayah... " Lea menyambut Anan-ayah Lea dengan pelukan serta senyum. Sudah menjadi hal biasa.

"Hmmm... Bau enak apa ini? Kamu masak apa? ".

" Lea masak sayur dan tempe goreng! Ayo kita makan bareng! "Lea menarik tangan Anan menuju dapur yang di sana terletak meja makan.

" Wah, enak banget, nih! "ujar Anan saat melihat makanan yang di hidangkan putri nya.

" Makanan ini buat besok lagi, ya, Sayang. Ayah hari ini belum pegang uang. Ayah takut besok kamu nggak bisa makan, "Anan menatap putri nya dengan tatapan sendu. Sebagai ayah, Anan merasa gagal karena tidak bisa menuruti apa yang gadisnya minta. Untuk makan saja Anan kesulitan mencarinya.

"Ayah tenang aja. Habisin aja makanannya. Kalo buat besok takut basi. Lea bisa bantu mamanya Raya jualan, " Ya, setelah sekolah terkadang Lea membantu Ibu Raya menjual kue buatan wanita itu. Nanti Lea akan mendapatkan persenan-nya. Tetapi, Lea terkadang harus rela hujan-hujan-an dan panas-panas-an untuk menjual kue itu. Meski begitu tak apa, lagipula Lea tak perlu jualan terlalu jauh, Lea hanya perlu menjual di kompleks perumahan Raya. Itupun kalau ibu Raya membuat kue. Karena Ibu Raya tak menentu saat membuat kue itu.

"Tadi, Raya bilang ke Lea kalo mamanya besok bikin kue, " ucap Lea untuk melengkapi ucapannya tadi.

"Maafin, Ayah, ya. Kamu harusnya ikut Bunda kamu biar hidup enak kaya Bunda kamu sekarang".

" Lea hidup enak kok. Semua nggak akan berarti kalau nggak ada Ayah, "Lea memegang tangan laki-laki paruh baya itu.

" Biarin Bunda bahagia, yah, Ayah. Biarin Bunda bahagia sama keluarga barunya. Dan kita, kita juga harus bahagia. Ayah bahagia, kan? "tanya Lea.

𝗔𝗚𝗥𝗔𝗟𝗘𝗔 [𝗖𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗕𝗨] Where stories live. Discover now