Extra Chapter (9b)

940 131 5
                                    

Hampir satu pekan setelah peristiwa kebakaran di dekat gudang arsip, misi gue dan Abyan berhasil dibantu juga oleh Pak Ari. Penyebab utamanya seperti yang dikatakan Pak Ari sebelumnya bahwa adanya korsleting listrik dari mesin genset. Namun ada hal lain yang membuat gue agak menaruh curiga, yakni oknum yang melakukan fraud tersebut ada juga di lokasi. Berdasarkan pengakuan salah satu saksi mengatakan bahwa oknum tersebut dengan sengaja menggeser cctv-nya ke arah yang lain. Tapi berkat kejujuran staf public area, akhirnya kecurigaan gue terpecahkan.

Dalam penyelidikan kasus fraud yang melibatkan event PT. Airlangga Sentosa, salah satu staf sales executive unit budget hotel menjadi terduganya. Sehingga ketika adanya peristiwa kebakaran feeling gue langsung tertuju padanya. Tetapi sekarang gue tahu, bahwa oknum tersebut memang ada di sana mengawasi Syazani, tetapi kebakaran bukan ulahnya. Itulah pentingnya memverifikasi kejadian sebelum menuduh. Jika ada sesuatu yang janggal, kita cenderung otomatis menganggap orang lain penyebabnya.

Hampir satu pekan ini gue pulang selalu larut malam. Setiap gue pulang Syazani belum tidur atau kadang dia bisa sampai ketiduran di sofa. Dia akan menunggu sampai gue benar-benar pulang. Memastikan gue sudah makan, baru dia akan tidur. Hal ini membuat gue sadar bahwa pernikahan yang baik, tidak karena salah satu pihak berhasil mengendalikan. Tetapi karena kedua pihak memiliki pengertian.

Seperti malam ini, dia menyambut gue begitu pintu dibuka. Tangannya secara otomatis terulur menyalami gue. Tak lama dia pergi ke ruang makan dan mengambilkan satu gelas air putih kepada gue. For your information, Syazani tidak pernah bertanya 'kamu baru pulang?' Setiap gue pulang larut malam. Karena menurutnya itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan basa-basi. Syazani akan langsung menyalami gue, membawakan air minum, kalau gue duduk dia akan menemani duduk juga. Baru setelah cukup gue istirahat dia akan menawari gue makan. Dia cukup paham cara metreatment suami yang lelah bekerja.

Kali ini gue yang request duluan minta dibuatkan nasi goreng. Tenaga gue hampir terkuras seharian ini. Dia membawa piring berisikan nasi goreng buatannya, lalu duduk kembali di samping gue. Sebelumnya dia menawarkan bantuan kepada gue, namun gue tolak. Karena gue juga tahu dia pun sudah lelah bekerja seharian. Tetapi Syazani tetaplah Syazani, dia bisa tidur kalau gue pun sudah menutup laptop. Sekarang dia ikut-ikutan duduk di samping gue sambil membuka laptopnya.

"Harusnya kamu istirahat."

Dia melirik gue sebentar lalu tersenyum sekilas.

"Kamu juga harusnya istirahat." Jawabnya mengulang perkataan gue.

"Iya, sebentar lagi."

Mau gak mau gue harus menyelesaikan pekerjaan di kamar. Ini tak akan berakhir kalau masih gue kerjakan di ruang tengah seperti ini, dia akan ikut bergadang meskipun pekerjaannya telah rampung. Gue gak mau egois.

Ada dua ponsel, dan dua laptop di atas meja. Salah satu ponsel berdering. Otomatis gue dan Syazani menatap sumber dering. Dan itu berasal dari ponsel gue. Secepatnya gue mengambil ponsel dan berjalan sedikit menjauh. Panggilan tersebut berasal dari Zulfa. Teman semasa SMA dulu. Sekarang dia tengah bekerja di salah satu perusahaan startup di Amerika.

"By the way, sorry nih gue ganggu malam-malam."

"Gak, gak ganggu sama sekali."

Ini pertama kalinya Zulfa menghubungi gue lagi setelah empat tahun kami memilih untuk memutus kontak. Zulfa merupakan teman satu sekolah gue sejak SMA. Dan sekarang dia bekerja di salah satu perusahaan starup di Colombia. Sudah sangat lama kami lost contact.

"Lo lagi ada kerjaan ya? Kalau jam segini belum tidur."

"Biasa awal bulan banyak banget yang harus dikerjain. And then... gimana, gimana?"

"Nggak. Gue mau ngabarin akhirnya gue diterima di perusahaan startup di Indo, rencanya gue mau balik."

"Bagus dong, biar Dyo ada yang ngontrol."

"Hmm... resek lo!"

"Hahahaha." Gue malah ingin tertawa, Zulfa paling tidak terima jika gue mengaitkannya dengan Dyo, tapi kemana-mana yang dicari Dyo.

Jika teman-teman gue berpikir Zulfa tertarik pada gue, itu salah besar. Realitanya gue malah merasa Zulfa lebih tertarik pada Dyo. Karena setiap kali kami bertemu, Zulfa lebih antusias hanya pada Dyo.

Sependek pengetahuan gue, Syan juga tertarik pada Zulfa. Agak membingungkan memang circle pertemanan kami. Dan gue gak pernah percaya adanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa dilandasi sebuah perasaan.

"Terus, terus? Gue sampai lupa kalau di sana masih jam empat sore ya?"

"Iya, gue baru pulang kerja ini makanya telepon lo."

Zulfa bercerita panjang lebar seputar pekerjaannya. Dan kami baru menyelesaikan panggilan sekitar tiga puluh menit kemudian. Zulfa juga meminta Dyo untuk menjemputnya di airport besok. Gue pun kembali ke ruang tengah, cukup mengejutkan karena Syazani masih berada di sana berdiri dekat rak buku. Sepenuhnya gue menyadari bahwa ada mimik wajahnya saat gue kembali. Ada sekitar sepuluh persen gue bahagia karena merasa dia sedang cemburu. Namun sembilan puluh persennya lagi gue takut karena telah menghabiskan tiga puluh menit untuk berbicara dengan perempuan yang bukan mahram tanpa memberitahu istri. Walaupun yang dibahas bukan sesuatu yang mengarah pada hal buruk, hanya memberitahukan bahwa ia diterima bekerja. Dan gue yakin kalau Zulfa tahu gue sudah menikah, dia tidak akan mungkin menghubungi gue seperti tadi.

___________


El cari perkara mulu.

Next, aku update dulu ke I'm Lucas ya✨

Next, aku update dulu ke I'm Lucas ya✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teras Kota (Overheard Beauty)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang