Blurb

7.7K 379 15
                                    

Ibu kota menjadi lokasi paling strategis dalam mengais rezeki. Tetapi tidak dengan kehidupannya. Mereka tidak tahu saja dibalik atribut yang flashy ada gaji yang menjerit.

Teras-teras kota itu dipenuhi kaum mid class yang terkadang berekspektasi menjadi high class. Ditekan dan dibanting hatinya sudah menjadi keseharian. Apakah arti keluhan diriku ini? Nabi utusan Allah saja yang sangat jelas surganya masih mendapatkan ujian, bahkan lebih berat. Tapi tak sedikit pun mengeluh. Lantas pantaskah aku mengeluh dengan ujian hidup yang tak seberapa ini?

Metode paling tepat ketika stres dan mumet di kantor adalah dengan berkumpul bersama orang-orang yang senasib sependeritaan, sambil menikmati secangkir capuccino di teras kota. Seandainya bisa berbicara mungkin teras kota ini akan berkata 'bahwa banyak sekali yang datang dengan setumpuk masalahnya'.

Jakarta-sejuta cerita penuh tantangan. Aku seperti dituntut untuk lebih maju di kota ini. Melupakan rasa lelah demi lillah. Menyambut duka dengan tawa. Seolah setiap harinya baik-baik saja. Untungnya aku masih memiliki teman yang senasib sependeritaan. Yang datang dengan sejuta cerita kehidupan. Aku percaya bahwa hidup tak hanya tentang sedih, tapi akan saling berganti antara sedih dan senang.

Teras kota menuntun ku pada sebuah arti kehidupan. Mendidikku dalam bersosialisasi, berkeluarga, dan dalam kesulitan. Teras Kota yang menjadi rumah kedua bagiku. Tempat aku melepas cerita dan membangun rasa.

Di antara semua cerita dari teras kota, kutemukan cerita paling ajaib. Yaitu pertemuan aku dengan lelaki yang selalu membuat jantungku palpitasi. Seperti saat ini, dia menaruh secarik kertas di dalam box berisi barang-barang milikku. Perlahan kubuka lipatan kertasnya. Tak ada kalimat panjang di sana. Isinya hanya sebatas tulisan '20:41'. Aku mengerutkan kening dengan bingung.

"Maksudnya?"

Seperti biasa dia hanya memasang wajah datarnya lalu pergi. Menggantung pertanyaan yang kubuat sendiri. Dan jawaban dari pertanyaan aku tadi sudah pasti harus aku yang mencarinya.

Gini nih kalau jadi highly sensitive person. Dicuekin sakit hati, dikasih perhatian malah bingung-Zani.

"Sudahi mengeluhnya ya cantik! Saatnya bersyukur sama pemberian Tuhan."

Aku menoleh ke belakang, ke-enam temanku sedang berdiri sambil tersenyum. Kompak.

Teras kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teras kota.

________________


Haiiiiiiiiii!!!

Apa kabar nih? Mari kita move-on dari kisahnya Jihan-Kean. Ada 'Teras Kota' yang ingin menyapa nih,

Gak terlalu banyak sih yang direvisi bagian ini. Next chapter pertama bakalan up besok yaa!!

Jazakumullah khairan katsiran. Sayangi dirimu, karena orang lain belum tentu sayang.

Teras Kota (Overheard Beauty)Where stories live. Discover now