Teras 16

1.4K 175 18
                                    

Annoying

_____________

Makanya gak usah FOMO, lihat orang liburan ikut-ikutan mau liburan juga! Sehari-hari aja kerja lembur terus.—Boss



Televisi yang sengaja dipasang di pantri sedang menayangkan berita lonjakan covid-19. Dari hari ke hari penyebarannya begitu cepat. Akhir-akhir ini desas-desus mengenai work from home terdengar kembali. Sudah terbayang bagaimana jenuhnya nanti harus bekerja dari rumah lagi.

Aku mendesah pelan. Tanganku sibuk mengaduk kopi instan di dalam tumblr. Sudah hampir dua tahun ini pandemi covid-19 di Indonesia tidak juga segera mereda. Padahal belum lama ini aku bisa keluar berkegiatan seperti sebelum masa pandemi. Bagiku work from home lebih berat daripada bekerja seperti biasa di kantor.

Mulai dari segi waktu jadi tidak menentu, kadang-kadang sampai mengharuskan lembur hingga larut malam. Seandainya dikerjakan di kantor tak akan selama itu. Waktunya telah ditentukan, kapan harus pulang dan jam berapa batas waktu untuk lembur. Selain itu keterbatasan alat dan komunikasi juga menjadi penghambatnya. Seringkali percekcokan terjadi kalau sudah begini, yang ujung-ujungnya hampir tawuran virtual antar divisi.

Contoh kecilnya, ketika itu pimpinan masih dipegang oleh Bu Nindi sebelum adanya El. Aku ditugaskan untuk melakukan penagihan ke beberapa perusahaan yang memiliki aging. Berhubung kantor pihak klien pun ditutup, dengan berat hati salah satu cara yang bisa kulakukan hanya melalui email berikut attachmentnya yang kurang lengkap. Karena divisi front office tidak dapat menyerahkan hard copynya. Dan itu pun tidak langsung mendapat jawaban sehingga aku harus berulangkali mengirimkan email pada mereka.

Jika work from home kembali dilakukan lagi, aku tidak bisa menjamin aging yang menggantung bisa secepatnya dibayarkan. Dan hotel-hotel yang berada di bawah naungan KAIA jumlah occupancynya tentu akan kembali menurun. Ini juga akan berdampak langsung pada karyawan yang mungkin akan dirumahkan kembali, atau meradangnya vendor dan supplier yang menjadi pendukung.

Selama pandemi ini occupancy dari hotel-hotel KAIA menurun hampir tujuh puluh persen. Group meeting tidak ada, apalagi tamu yang hanya menginap untuk sekadar liburan. Paling sekitar sepuluh persen tamu yang menginap hanya sebatas untuk transit ketika hendak pergi dinas.

"Berita covid-19 naik lagi?" Tanya seorang perempuan yang kini sudah berdiri di sampingku ikut menuangkan air panas.

Aku mengangguk lalu memutar tubuh menghadap ke arahnya.

"Selama pandemi imun kita harus kuat. Biar gak ikut ketularan. Salah satu cara agar imun kuat adalah kita harus bahagia." Ujar Ana.

"Of course. Kalau kita bahagia imun kita tentu meningkat. Hormon Dopamin, Serotonin, Oksitosin, Endorpin pasti meningkat kalau kita bahagia." Aku menimpali.

"Jadi... apa yang harus kita lakukan?" Sahut Ana.

"Liburan." Seru kami berdua kompak sambil mengepalkan tangan sebelah ke atas.

Aku dan Ana pun tertawa bersama.

"Bias kognitif!"

Anyone else besides us, here?

Aku dan Ana menoleh pada sumber suara yang kini ikut bergabung bersama kami dengan santainya. Can you see pemirsa, how annoying my Boss is? Hmm... lebih tepatnya beyond annoying.

Sependek pengetahuanku bias kognitif ialah kondisi yang terjadi ketika alam bawah sadar salah dalam berpikir sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam berpikir, memproses, dan menafsirkan informasi. Yang akhirnya bisa menyesatkan dan membuat kita mengambil keputusan yang salah. Maksud laki-laki itu menyindir kami? Usulan kami tadi merupakan kesalahan dalam sistematis berpikir, begitu?

Teras Kota (Overheard Beauty)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang