Teras 27

1.3K 178 14
                                    

Take It Or Leave It?

Tapi seramah-ramahnya bos, pasti ada maksud di baliknya.

______________

“Bu...” rengekku.

“Kiya, sekarang ibu tanya usiamu berapa? Sejak awal ibu gak mempermasalahkan kamu mau menikah di umur berapa pun, sampai ayahmu tiada saja ibu masih sabar. Benar, tidak ada aturan yang mengharuskan wanita menikah sebelum usia dua puluh lima tahun. Tapi sebagai orang tua wajar dong ibu bertanya kesiapanmu, terlebih usiamu dari hari ke hari semakin bertambah.” Kutaruh gelas yang baru saja dibilas ke atas rak pengering. Sementara ibu duduk di meja makan sambil menceramahiku.

Sejak El mengatakan akan menemui ibu, tanpa berpikir lagi paginya aku langsung berangkat ke Bandung. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya.

“Sekarang kamu mau nunggu siapa Kiy? Dan sampai kapan?” ibu bertanya selembut mungkin. Namun nadanya terdengar menuntut.

“Aku gak tahu bu harus nunggu siapa. Tapi bu, ibu belum tahu El itu seperti apa, kita juga tidak mengenal keluarganya. Bagaimana aku bisa percaya sama orang yang aku sendiri gak tahu siapa keluarganya, gak tahu bibit, bebet, bobotnya seperti apa?!”

Ibu berdengus tertawa, lalu berjalan menghampiriku. “Kiy, ibu paham sekali ketakutan kamu. Lantas apa kamu juga yakin orang yang kamu tunggu itu baik? Sedangkan sama saja dengan El. Kamu tidak mengenal keluarganya, tidak tahu bibit, bebet, bobotnya.” Seperti buah simalakama, ibu mengulang ucapanku.

“Ibu gak memaksa, tapi coba kamu pikir sekarang itu sulit sekali menemukan laki-laki yang datang dengan keberanian padahal sudah tahu ditolak. Coba kamu pikirkan, Kiy.” Ibu menasihatiku.

Yup, keberanian El memang patut diacungi jempol. Hanya saja ibu tidak tahu bahwa keberanian El tidak hanya sekadar datang ke rumah menemui ibu saja. Jangan lupakan El juga pernah berani menamparku dengan kertas di depan umum. Apakah itu layak untuk disanjung sebagai lelaki pemberani? Apakah itu juga bisa menjamin dia tidak akan berlaku kasar setelah menikah, sedangkan baru kenal saja dia sudah berani kasar padaku.

Jika aku ceritakan semua keburukan El, ibu pasti pingsan. Anak perempuan yang seumur hidupnya tidak pernah ia kasari, jangankan secara fisik verbal saja tidak pernah dilakukannya dan sekarang ada laki-laki yang melamar putrinya setelah bersikap kasar. Apa ibu masih mau menerimanya?

Tolonglah, dia tidak memberikan jaminan apa pun atas sikapnya. Lagipula aku tidak tahu siapa orang tuanya, kutebak pasti dia datang pun hanya dengan Alana. Lalu jika aku mengiyakan keinginannya itu, menikah nanti bagaimana? Tanpa restu dan kehadiran orang tuanya, begitu?

“Jangan terlalu berlebihan menilai seseorang tanpa kita tahu di balik layarnya.” Ibu menepuk pundakku, sebelum berlalu. “Dia datang bersama ayahnya.” Bisik ibu lagi seolah tahu isi kepalaku.

What... ayahnya?

Bukankah selama ini dia tidak pernah akur dengan ayahnya? Bagaimana bisa? Ish... selalu saja dia menyuruhku berpikir, tidak di kantor tidak di luar kantor.

Rumah sudah tergolong bersih, namun aku merasa bosan dengan layout-nya. Beberapa lemari dan sofa aku coba geser untuk menciptakan suasana baru. Vas bunga yang kebetulan kosong, aku isi dengan bunga sedap malam yang aku beli via online tadi. Rumah ini memang tidak sebesar rumah-rumah elit di cluster kawasan jakarta Timur. Namun untuk ditinggali seorang diri, ini terasa begitu luas. Pantas ibu sering merasa kesepian setelah ayah tiada. Aku jadi tidak tega meninggalkan ibu seorang diri.

Ibu pernah berkata kepadaku, suatu hari nanti apabila aku sudah menikah ibu berharap aku dan suamiku bisa tinggal bersama di sini. Namun sebagai anak muda generasi milenial aku memilih untuk mandiri, dengan menempati tempat tinggal sendiri. Bukan karena aku tidak ingin tinggal bersama ibu, hanya saja aku memiliki prinsip jika sudah menikah urusan rumah tanggaku biar aku dan calon suami yang urus. Aku ingin belajar mempertanggung jawabkan hak dan kewajibanku sebagai seorang istri. Dan aku tidak ingin merepotkan ibu lagi apabila aku telah memiliki anak.

Teras Kota (Overheard Beauty)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt