Teras 50

1.5K 221 33
                                    

Physical Touch

Terkadang faktor lingkungan lebih besar mempengaruhi kehidupan kita. Bagaimana cara kita memilih lingkungan itu sendiri, jika yang dipilih adalah lingkungan orang-orang yang taat mustahil untuk tidak termotivasi mengejar ketaatan mereka.

____________

Sepertinya pekan ini menjadi waktu yang sibuk untukku. Ada beberapa pekerjaan baru yang mulai harus aku kerjakan, seperti menyetujui hasil design dari Lucas, ngobrol panjang lebar tentang strategi marketing dengan Zulfa, dan diskusi konsep menu dengan El.

Kantung mataku semakin menebal karena berhasil tidur hanya tiga jam dalam sehari. Aku dan juga El jadi sama-sama lebih sibuk. Bisa memiliki waktu luang hanya saat di meja makan. Selebihnya kami kembali dengan aktivitas masing-masing. Namun itu tidak menciptakan jarak di antara kami. Malah lebih sering membangun komunikasi walaupun via telepon. Karena setelah mengantarkan aku pulang kerja, El akan berangkat lagi. Dan tiba di apartemen sekitar jam sembilan malam.

Beruntung sekali El memberikan aku iPad. Aku tidak bisa menenteng laptop kemana-mana, sehingga jika aku harus bertemu dengan Zulfa iPad tersebut bisa aku bawa sebagai gantinya.

Hari minggu kemarin El mengajakku survei rumah dari salah satu townhouse milik Dyo. Lokasinya berada di Jakarta Selatan dan townhouse ini mengusung style modern industrial. Ada tiga kamar tidur, dua kamar mandi, carport yang cukup untuk dua mobil dan taman terbuka di depan dinning room. Rumah ini memiliki tiga lantai, agaknya aku akan kelelahan setiap kali membereskannya.

Sebenarnya aku keberatan mendengar El membeli townhouse mengingat harganya yang kurang cocok di kantong seorang staf KAIA sepertiku. Tapi semua dana yang dikeluarkan berasal dari saku El, untuk bisa protes aku rasa malu sekali. Sebelum pulang El sempat menerima panggilan dari Lucas, infonya dia akan menunjukkan hasil rancangannya. Sehingga kami pun memutuskan mampir ke Mineral Cafe yang ada di Gandaria, karena lokasi itu yang terdekat dari kami pada saat itu.

"Aku sih yakin kalau tadi aku gak bilang lagi sama kamu, tujuannya pasti bukan meeting. Mana mau hari Minggunya diganggu kerjaan." Ucap El saat kami sedang menunggu panggilan terhubung ke Lucas.

"Harusnya tadi kamu bilang gak ada aku."

"Biarin aja, biar dia agak kaleman kalau ada kamu."

Aku menggelengkan kepala sementara El malah tertawa. Tak lama pramusaji pun datang membawa pesanan kami. El sengaja memilih Mineral Cafe untuk sekadar mampir saja. Sebab sebelum berangkat kami sudah sempat makan juga. Tak butuh waktu lama menunggu Lucas untuk bergabung dengan virtual meeting dadakan ini.

"Hai, bro! Sorry-sorry ganggu nih," sapanya sambil sibuk merapikan kertas-kertas yang berserakan.

"Santai aja, gue sama Zani emang lagi free kok." Jawab El yang kemudian menyesap kopinya.

"Oke-oke. Gimana? Langsung aja kali ya?" Kami berdua mengangguk.

"Jadi gue udah coba design bagian dalamnya seperti ini. Sesuai tema yang kalian minta clasic but chic." El menggeser iPadnya yang menunjukkan hasil design yang dikirim Lucas. Aku merapat ke El.

"Yang ini untuk bagian cashier, tapi gue belum sempat olah lagi yang lebih menarik. Sama ini bagian lampunya. Gue sih menyarankan lampu gantung industrial atau rotan. Terserah kalian berdua."

"Menurut lo cocokkan mana di antara kedua itu?" Tanya El.

"Kalau gue sih cenderung ke industrial biar ngasih kesan luas aja." Saran Lucas.

Teras Kota (Overheard Beauty)Onde histórias criam vida. Descubra agora