Teras 15

1.6K 193 13
                                    

Ide Bos
________

konsep jodoh itu kalau gak nemu sendiri, ya pasti ditemuin—Bos.


"Bentar ya, aku ada perlu dulu sama Tante aku." Kataku pada teman-teman yang lain sambil menarik lengan Tante Dewi untuk menjauh dari mereka.

Sampai di depan tepatnya di samping kasir, aku pun berhenti bersama Tante Dewi. Wajah perempuan paruh baya ini masih terlihat tenang. Sementara hatiku sudah ketar-ketir sejak bertemu dengannya.

Aku mengambil napas dalam-dalam sebelum mengawali topik pembicaraan dengan Tanteku ini. Tempatnya tidak terlalu bising sehingga memungkinkan aku untuk bisa berdiskusi lebih tenang dengan Tante Dewi.

"Tante..." Panggilku.

"Kamu pasti mau nanya ngapain Tante di sini, iya kan?" Tebaknya tepat sasaran.

Aku bungkam karena memang itu yang muncul di kepalaku.

"Tante lagi ketemuan sama temen Tante."

"Bu Wina?" Aku memotong penjelasannya.

Tante Dewi langsung menyipitkan matanya. "Kok kamu kenal?"

"Ceritanya panjang Tan, aku gak bisa ceritain sekarang."

"Berarti Kiya juga kenal..." Tante Dewi mengarahkan telunjuknya ke meja yang diisi teman-temanku.

Aku menoleh ke arah sana. Ada empat laki-laki di sana, siapa yang dimaksud Tante Dewi?

"Kenal? Siapa?"

Tante Dewi mendengus kesal. "Lho, kamu ini gimana sih Ki? Itu yang di sana teman kamu, kan?"

Aku menoleh kembali ke arah teman-temanku berada. Lalu mengangguk pelan hampir tak terlihat.

Meskipun terkadang Tante Dewi ini termasuk orang yang paling dihindari di kalangan keluarga, tapi sabarnya Tante patut diacungi jempol. Seperti saat ini, dia sabar menghadapi pertanyaan keponakannya yang ngeyel ini.

"Jadi gini Kiya, Tante itu janjian sama Wina di sini ada beberapa hal yang harus kita diskusikan. MasyaAllah tabarakallah, tanpa diduga-duga malah ketemu kalian di sini."

"Ma-maksudnya Tante? Hal penting apa?" Aku mulai menaruh curiga.

Tante Dewi dengan santai menjawab, "banyaklah, seperti tentang kerjaan, keluarga, banyak. Ada yang paling penting banget selain itu,-"

"Apa, Tan?" Aku memotong ucapannya.

Tante Dewi menghembuskan napas kasar sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu gak ingat? Tante itu diamanahi sama ayah ibu kamu buat cariin kamu calon suami, Kiya!"

Seketika mataku membelalak kaget. Tepat, aku sudah yakin tujuan utamanya adalah itu. Ajang mempromosikan keponakannya ternyata belum usai dan masih berlanjut hingga kini.

"Ssstttt, pelan-pelan Tan!" Sergahku ketika suara Tante Dewi mulai meninggi.

"Bentar deh Tante, tadi Tante bilang ketemu kalian? Kalian... aku, sama?" Keningku bertambah lipatannya.

"Ya keponakannya Wina. Katanya ada di sana juga." Jawabnya enteng.

Jantungku berhenti bekerja. Sebentar, di sana ada empat orang laki-laki. Dan salah satunya kupastikan gagal masuk kategori, dia suaminya Mbak Rara. Which means sisa tiga laki-laki. Jangan bilang Abyan atau El?! Please jangan mereka berdua, kalau Adit aku masih bisa berusaha ikhlas menerimanya.

"Ad..."

Please Adit, please Adit, please Adit dong!!!

"Ad... Ad... Ad siapa ya Tante lupa?" Tante Dewi berusaha keras mengingatnya.

Teras Kota (Overheard Beauty)Where stories live. Discover now