Extra Chapter 4

1K 154 9
                                    

Satu minggu setelah menikah seperti biasa Syazani memutuskan berangkat sendiri. Penampilannya sudah rapi sejak gue baru keluar dari kamar mandi. Laptop sudah ditentengnya, dia benar-benar sudah siap berangkat kerja. Gue lihat jam baru menunjukkan pukul tujuh, padahal masuk kerja jam sembilan.

Pagi-pagi sekali dia berangkat kerja, kalaupun berangkat bareng gue dia juga tidak akan terlambat. Mungkin karena dia terlalu lama tinggal sendiri sehingga jarang sekali mengandalkan orang lain untuk urusannya. Selama bekerja dengannya gue lihat Syazani termasuk orang yang cukup perfeksionis. Dan sepertinya tanpa dia sadari.

Gue pernah sekali mendapati dia meninggikan suaranya saat berbicara dengan salah satu staf unit di telepon. Entah kesalahan apa yang diperbuat staf tersebut, namun kontras sekali Syazani sedang menahan marah. Berulangkali dia menegaskan bahwa perlu ketelitian dalam perkara uang. Salah ketik satu angka saja nominalnya akan berubah. Hari itu bahkan dia tidak ikut meeting bersama sales and marketing department karena dia meminta izin untuk visit ke salah satu unit. Sampai sore dia tidak ada di kantor dan baru pulang menjelang magrib di saat staf lain sudah pulang.

Sebelum menikah kami memang tidak melewati tahap ta'aruf. Karena gue pikir kita sudah sama-sama saling mengenal. Padahal faktanya menikah itu ta'aruf seumur hidup. Saat ini baik gue maupun dia sama-sama belum mengetahui sifat buruk masing-masing. Kami seperti orang asing di dalam satu rumah yang sibuk dengan dunia masing-masing.

Akhirnya gue membiarkan dia pamit tanpa berani mencegah. Satu hal yang muncul di benak gue adalah kemungkinan dia sedang mengalami masalah di kantor. Karena untuk apa berangkat pagi-pagi sementara pekerjaannya tidak seberat Reynan maupun Ana?!

Dan benar saja ketika gue sampai kantor, dia terlihat yang paling sibuk hingga mengabaikan kehadiran gue. Ketika yang lain berdiri sambil menyapa, Syazani justru sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Saat telinga gue aktif mendengarkan laporan dari Reynan mata gue tetap fokus pada Syazani. Bahkan dia terlihat melepaskan cincin nikah yang buru-buru ia masukkan ke dalam saku blazernya.

"Rencananya hari ini kita berdua sama Pak Yudha GM Madani Hotel mau lihat sampel karpet yang buat room."

"Oh, berarti lo sama Rara ya?" Tanya gue sambil tetap memperhatikan Syazani.

"Iya kita berdua aja mas, soalnya Diandra ada janji sama vendor amenities."

"Oke, sekalian Rey management mau ada penggantian beberapa room facilities. Minta bantuan Pak Yudha aja yang mana harus ganti. Kalau pengajuannya sih udah disubmit ke gue."

"Siap mas, berarti gak ikut ke sana?"

"Nggaklah, gue ada meeting sama GM hotel budget."

Gue beralih pada Rara yang sejak tadi hanya mendengarkan kami berdua. "Titip ya Ra,  vendornya harus yang oke."

"Siap."

Gue melihat lagi ke arah Syazani yang ternyata sudah berdiri membawa selembar kertas. Pandangan gue mengikuti kemana dia pergi. Ternyata dia mendatangi meja Reynan. Spontan gue bergeser untuk memberikannya jalan. Kehadiran gue seolah dianggap tidak ada olehnya.

"Rey, gue izin keluar ya?"

"Kemana?"

Ternyata itu surat izin keluar di jam kerja.

"Ke PT. Mandala Indonesia."

"Ngapain lo ke sana?"

Pertanyaan gue terwakili oleh Reynan.

"Ngasih invoice aja."

"Kenapa harus kamu? Bukannya PT. Mandala Indonesia in house di Alfa Hotel ya? Kenapa gak AR-nya aja yang ke sana?" Gue benar-benar penasaran.

Seperti baru menyadari kehadiran gue, Syazani menoleh dengan raut wajah terkejutnya. Bisa-bisanya dia tidak menyadari keberadaan suaminya sendiri.

"Mmm... pihak PT. Mandala Indonesia minta kirim ulang hardcopy invoice-nya, soalnya invoice sebelumnya kemungkinan tertimbun dengan surat lain."

"Emangnya AR Alfa Hotel kirim pakai ekspedisi?"

Seingat gue kalau surat atau dokumen tertimbun dengan surat lain pengirimannya biasanya dilakukan via ekspedisi. Dan kemungkinan sampai pada orang yang ditujunya akan lebih lama karena harus disortir lebih dulu oleh pihak ekspedisi di kantor mereka.

Gue berasumsi invoice itu dikirim via ekspedisi atau ada kesalahan dalam pembuatan invoice-nya. Sehingga pihak klien memintanya untuk kirim ulang. Dan gue condong pada kemungkinan yang kedua. Kesalahan dalam pembuatannya. Jika diamati kenapa harus  Syazani sendiri yang mengantarnya secara langsung bukan pihak AR Alfa Hotel.

"Kemungkinan seperti itu." Jawabnya yang membuat gue kurang puas. Seperti ada keraguan.

Reynan pun menandatanganinya dan Syazani segera pamit. Dia terburu-buru keluar membawa tasnya. Gue masih merasa ada yang tidak beres. Hal yang gue tidak sukai salah satunya adalah membiarkan gue terlihat tak tahu apa-apa ketika terjadi sebuah masalah.

Sebagai staf yang berada dalam naungan gue, seharusnya Zani memberitahu apapun yang terjadi. Dan itulah pentingnya sebuah komunikasi. Ketika masalah tidak dapat diselesaikan sendiri, mungkin ada kepala orang lain yang bisa membantu memecahkannya.

"Na, itu Alfa Hotel kenapa sih? Gue perhatikan dari dua hari kemarin Syazani sibuk ngurusin unit itu." Gue mendengar Reynan bertanya pada Ana.

"Masa sih? Gue gak ngeh malah. Zani juga gak cerita apa-apa malah kemarin dia bantu AR Madani Hotel sama Belova Resort yang di Sanur, katanya AR-nya baru terus salah posting apa gitu."

Gue yang awalnya mau masuk ke ruangan urung melanjutkan. Dan malah memilih kembali ke meja Reynan. Mereka bertiga sempat kaget melihat gue menghampiri mereka kembali.

"Syazani kalau lagi keluar kantor gitu suka sama siapa?"

Ketiganya menggeleng.

"Waktu itu sih gue sempat tanya, dia bilang pakai ojek online." Ana menjawab.

"Bukannya Syazani gak ada jatah reimbuse ya?"

"Iya, tapi dia emang jarang pakai fasilitas kantor sih. Dulu Bu Nindi juga sempat nyuruh dia ngajak driver kantor, tapi dia gak mau kayaknya." Reynan memberikan informasi.

Satu hal yang gue sadari dia tidak akan mau pergi dengan driver yang notabennya bukan mahram. Gue harus melalukan sesuatu sebagai suaminya bukan sebagai atasannya. Syazani sepertinya membutuhkan kendaraan sendiri, jika dilihat dia sering keluar kantor.

Berapa banyak waktu yang dia tempuh jika harus memakai kendaraan umum? Sementara pekerjaannya tidak hanya pada satu unit saja. Lagi-lagi Allah menampar gue dengan sebuah kenyataan setelah menyepelekan pekerjaannya tadi pagi. Bahwa pekerjaannya tidak sesederhana yang gue pikir.

___________

Sedikit ya?
Insyaallah next chapter agak panjangan.

Besok ketemu Lucas dulu ya.

Besok ketemu Lucas dulu ya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Teras Kota (Overheard Beauty)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt