Dengan nada sebal, Jake pun menjawabnya.

"Kita sudah berkenalan tiga kali, namaku Jake, bodoh. Astaga kesabaranku habis, sifatnya berbeda sekali denganmu, Bel. Kau yakin dia kembaranmu? Aku bahkan lebih percaya jika kau bilang kembaranmu adalah Evelyn---" ucap Jake tiba-tiba saja terpotong, seakan tidak yakin dengan ucapannya.

Senyumku memudar menyadari ada yang tidak beres dengan perkataan Jake. Keningku seketika mengerut dan menatapnya bertanya.

Bastian sudah menggeleng memberi kode tidak ada apa-apa dan Samuel menggenggam tanganku erat dengan sedikit keringat dingin yang kurasakan di sana.

Belum sempat aku menanyakannya, Samuel sudah mendahului ucapanku. Raut wajahnya tampak gugup dan dengan ragu-ragu bibirnya mengucapkan kalimat yang membuatku terbelalak.

"Eve-Evelyn sudah mati," terang Samuel dengan terbata-bata.

Jantungku terasa berdegup cepat saking takutnya, rasanya tidak mungkin aunty Evelyn mati semudah itu. Dia penyihir hebat yang pernah ku temui.

Mengingat Evelyn sudah sering membantuku, membuatku merasa sangat tidak enak. Ada rasa tidak nyaman yang bersemayam di hatiku sekarang.

"Apa maksudmu, Sam?" tanyaku masih menyangkal segala pikiran buruk.

Akhirnya, Samuel pun berdiri diikuti dengan Jake dan Bastian. Tangannya mengulur padaku, membantuku untuk ikut berdiri. Tidak dilepasnya tangan itu barang sedikit pun.

Mereka berjalan ke arah gundukan aneh yang sudah tertutupi kain putih. Terlihat banyak darah yang merambat ke kain itu hingga tampak menakutkan.

Darahku mendesir menebak bahwa di dalam sana terdapat Evelyn. Setelah Jake membuka kain itu, tebakanku benar.

Sontak aku berteriak ketakutan melihatnya dan langsung berdiri di belakang Samuel dengan badan merinding.

Tubuh Evelyn tengah telanjang dengan banyak lubang seperti habis digigit seseorang. Matanya masih terbelalak dan mulutnya terbuka seakan dia mati dengan keadaan berteriak.

Tidak hanya itu, mulai tercium bau bangkai sejak kain itu dibuka, yang berasal dari mayat Evelyn.

Aku mencengkram kemeja Samuel, melampiaskan ketakutanku. Aku tidak berani untuk melihat wajahnya lagi.

Rasanya aku masih sangat shock melihat Evelyn yang biasanya cantik dan modis kini harus mati dengan mengenaskan. Mataku masih menyalang dengan keterkejutan yang tiada tara.

Otakku terasa kosong dan tubuhku melayang, aku tidak pernah melihat mayat sebelumnya. Ini benar-benar menakutkan.

Tanpa ku sadari, kedua mataku memanas memikirkan kebaikan Evelyn. Walaupun awalnya dia adalah sainganku, akan tetapi sekarang aku sudah menganggapnya sebagai seorang teman.

Aku masih tidak mempercayainya.

"Ini yang akan terjadi padamu, Bella, jika saat itu aku tidak menyelamatimu. Karena tidak ada manusia di sini, kami menjadi kanibal dan saling membunuh satu sama lain. Dan hanya Evelyn yang mempunyai aroma enak sepertimu, dia mati karena dimakan oleh banyak vampir sekaligus. Karena itu, jangan bertindak gegabah lagi, kumohon," lirih Samuel memandang Evelyn dengan mata sayunya.

Ku yakin dia tengah membayangkan posisiku berada di sana. Jujur saja aku tidak tahu akan se parah ini.

Rasa takut terlukis jelas di wajahku dan perlahan aku mundur menjauhi tempat itu. Yang ku tahu, tubuh Evelyn sudah tertutup kembali dengan kain dan tidak ada yang menyentuhnya lagi.

Aku menatap dinding dan banyak pikiran seandainya di kepalaku. Seharusnya tidak begini, kan. Seharusnya Evelyn masih bisa selamat, entah bagaimana caranya.

Menggigit bibir dalam kuat, aku merasa bersalah dan sangat marah pada Alarick. Apa yang dia mau sebenarnya?

Hanya mengincarku saja, rasanya sangat berlebihan membunuh pasukannya sebanyak ini. Ya, bukan hanya Evelyn korbannya. Aku baru menyadari jika sekitarku banyak gundukan yang sudah tertutup kain putih.

Dengan tekad yang kuat, api ku perlahan keluar begitu saja dari tangan hingga membakar sedikit bajuku. Dalam amarah, lebih mudah untukku mengeluarkan kekuatan ini.

Aku merasa bisa membunuh Alarick, dia tidak punya kekuatan apa-apa selain pasukannya, kan.

Tanganku yang panas membalas genggaman Samuel dan menekannya seakan tengah memberikannya keyakinan. Aku tahu ini sangat tiba-tiba, akan tetapi aku hanya butuh dukungannya.

Selama Samuel berada di sisiku, aku merasa aman.

"Sam, izinkan aku membunuh Alarick, aku benar-benar membencinya sekarang. Ini semua untuk pembalasan apa yang sudah terjadi pada Dariel, Evelyn, dan semua vampir yang dia bunuh tanpa ada salah apa-apa. Kau mau membantuku, kan?"

--------

DARIEL UDAH MATI BLOM SIH? GAADA KABAR YA WKWKWKWK

YU BISA YUUU UDH BEREMPAT TINGGAL LAWAN ALARICK AJA SUSAH BET

HERAN SAMA DIRI GUE SENDIRI

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA

KLO BISA SPAM CEPET WKWKWKW

LOVE YOUUU🤍

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now